sebesar 6,335 dengan nilai P-Value sama dengan 0,176, yang berarti bahwa terdapat minimal satu slope model yang tidak sama dengan nol atau independent
variable secara serentak berpengaruh nyata terhadap gx. Selain itu berdasarkan
uji kebaikan kebaikan model yaitu melalui metode Pearson, Deviance, dan Hosmer-Lesmeshow
diperoleh nilai P lebih besar dari a 20 yang berarti tidak cukup bukti untuk menyimpulkan model yang diperoleh tidak baik Tabel 11.
Dengan demikian didapatkan model persaman probit sebagai berikut :
Interpretasi dari model probit pilihan kesediaan membayar skenario pertama tidak dapat secara langsung seperti pada model model regresi. Dalam
menginterpretasikan model tersebut, erlebih dahulu menggunakan contoh satu orang. Misalnya sesorang diketahui memiliki nilai variabel LU=10, TK=10,
PDPT=46.600, JRK=3,5, dapat diestimasi nilai probabilitas menyatakan bersedia membayar adalah gx = 1,62. Untuk mengubah angka tersebut menjadi nilai
probabilitas, gunakan tabel distribusi normal standar z, didapatkan nilai z = 0,0526. Nilai tersebut dikurangkan dari nilai 1 sehingga diperoleh 1 - 0,0808 =
0,9474. Dengan demikian probabilitas orang tersebut memilih bersedia membayar untuk skenario kedua sebesar 94,74 .
Pada model tersebut variabel yang berpengaruh nyata terhadap pilihan kesediaan membayar pengrajin pada tingkat kepercayaan 80 adalah :
1. Pendapatan
Nilai P variabel umur sebesar 0,124 yang berarti berpengaruh nyata terhadap kemungkina melakukan pengelolaan limbah. Nilai koefisiennya
sebesar 0,0002 bertanda positif yang berarti semakin bertambah tinggi
gx = -4,157 + 0,132 LU
i
+ 0,021 TK
i
+ 0,00002 PDPT + 0,775 JRK
i
pendapatannya maka kemungkinan melakukan pengelolaan limbah semaki nbesar. Hal ini disebabkan karena dengan pertambahan pendapatan membuat
seseorang memiliki dana untuk melakukan pengelolaan limbah.
2. Jarak Pabrik ke Badan Air
Nilai P variabel jarak pabrik ke badan air sebesar 0,140 yang berarti berpengaruh nyata terhadap kemungkinan pengrajin melakukan pengelolaan
limbah. Nilai koefisien 0,775 bertanda positif yang berarti semakin bertambah jauh jarak pabrik ke badan air maka kemungkinan melakukan
pengelolaan limbah semakin besar. Hal ini disebabkan karena dengan jarak yang semakin jauh maka akan melewati kawasan yang lebih luas. Limbah
dapat mencemari daerah yang lebih luas dan dampak yang ditimbulkan dapat lebih besar, sehingga pengrajin berpikir bahwa limbah tersebut harus dikelola
dengan baik.
Tabel 11. Hasil Probit Persepsi Pengrajin Terhadap Pengelolaan Limbah
Parameter Koefisien
P Keterangan
Constant -4,157 0,245
- Lama usaha LU
0,132 0,391 Tidak Berpengaruh Biaya tenaga kerja TK
0,021 0,954 Tidak Berpengaruh Pendapatan PDPT
0,00002 0,124 Berpengaruh Nyata Jarak pabrik ke badan air JRK
0,775 0,140 Berpengaruh Nyata a = 20
Log-Likelihood = -7.071
Test that all slopes are zero : G = 6.335, DF = 4, P-Value = 0.176
Goodness-of-Fit Tests Method
P Keterangan
Pearson 0,992
Model Baik Deviance
0,994 Model Baik
Hosmer-Lemeshow 0,988
Model Baik pada tingkat kepercayaan 80
Berdasarkan analisis probit juga dapat diketahui nilaikondisi potensial dan aktual, yaitu kondisi yang secara potensial dan aktual menunjukkan jumlah
pengrajin yang telah melakukan pengelolaan limbah maupun pengrajin yang tidak melakukan pengelolaan limbah. Kondisi potensial dan aktual dapat dilihat pada
tabel frekuensi observasi dan harapan Tabel 12 dan tabel koreksi nilai observasi dan harapan Tabel 13. Kondisi potensial ditunjukkan dengan nilai
harapanexpectation, sedangkan kondisi aktual ditunjukkan dengan nilai observasiobservation berdasarkan jawaban yang diterima dari pengrajin
Tabel 12.Tabel Frekuensi Observasi dan Harapan Persepsi Pengrajin Terhadap Pengelolaan Limbah
Group Total
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
Value 1 Obs
0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1,0 1,0 1,0 3,0
Exp 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1 0,2 0,5 0,5 1,6
2,9
Value 0 Obs
3,0 4,0 3,0 4,0 3,0 4,0 3,0 3,0 2,0 3,0 32,0
Exp
3,0 4,0 3,0 4,0 3,0 3,9 2,8 3,5 2,5 2,4 32,1
Total 3,0 4,0 3,0 4,0 3,0 4,0 3,0 4,0 3,0 4,0
35,0 Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara
kondisi aktual dengan kondisi potensial. Tabel. 12 menunjukkan bahwa terdapat 35 orang pengrajin yang dikelompokkan dalam 10 grup. Pada grup pertama
sampai dengan kelima kondisi aktual dan kondisi potensial dimana pengrajin yang tidak melakukan pengelolaan limbah sebanyak 3 orang dan tidak ada pengrajin
yang melakukan pengelolaan limbah. Pada grup ini tidak ada perbedaan antara kondisi aktual dengan kondisi potensial. Sedangkan pada grup keenam terdapat
perbedaan antara kondisi aktual dengan kondisi potensial, baik pada pengrajin yang tidak melakukan pengelolaan limbah mapupun pengrajin yang melakukan
pengelolaan limbah. Pada kondisi aktual tidak ada pengrajin yang melakukan pengelolaan limbah, namun pada kondisi potensialnya menunjukkan bahwa 0,1
dari 4 pengrajin secara potensial melakukan pengelolaan limbah. Sedangkan
pengrajin yang menjawab tidak melakukan pengelolaan limbah, pada kondisi aktual berjumlah 4 orang, namun pada kondisi potensialnya menunjukkan bahwa
3,9 dari 4 orang pengrajin secara potensial tidak melakukan pengelolaan limbah. Selisih 0,1 0,1 - 0,0 = 0,1 pada grup keenam disebabkan oleh secara
potensial 0,1 orang ingin melakukan pengelolaan limbah, tetapi karena pendapatan yang tidak memungkinkan ia melakukan pengelolaan limbah sehingga
pengrajin tersebut tidak mengelola limbah. Pemahaman yang sama dilakukan pada grup-grup seterusnya sampai dengan grup 10. Secara keseluruhan
menunjukkan bahwa sebenarnya secara potensial terdapat 2.9 orang pengrajin melakukan pengelolaan limbah dan 32,1 tidak melakukan pengelolaan limbah.
Jumlah ini berbeda dengan kondisi aktual dimana terdapat 3 orang pengrajin melakukan pengelolaan limbah dan 32 orang tidak melakukan pengelolaan
limbah. Tabel 13. Tabel Koreksi Nilai Observasi dan Harapan
Persepsi Pengrajin Terhadap Pengelolaan Limbah
Observasi Prediksi Harapan
Koreksi
Melakukan Tidak Melakukan
Tidak Melakukan 0,0
32,0 100,00 Melakukan
2,9 0,1
96,67
Nilai Keseluruhan Terkoreksi 99,71
Pada Tabel 13 menunjukkan nilai observasi dan harapan persepsi pengrajin terhadap pengelolaan limbah secara keseluruhan. Tabel 13
menggambarkan bahwa dari 3 orang pengrajin melakukan pengelolaan limbah ternyata hanya 2,9 orang yang benar-benar mampu melakukan pengelolaan
limbah. Sisanya 0,1 orang masih berpeluang untuk berubah menjadi tidak melakukan pengelolaan limbah. Adanya bias tersebut menyebabkan nilai koreksi
kebenaran dari pengrajin yang menjawab melakukan pengelolaan limbah adalah 96,67 . Besarnya nilai bias yang terjadi adalah 0,1, sehingga menyebabkan nilai
kebenaran obeservasi nilai koreksi keseluruhan 99,71 , dan menunjukkan bahwa model yang dihasilkan sudah baik.
VII. ANALISIS WILLINGNESS TO PAY WTP PENGRAJIN