Setelah diberi pertanyaan lanjutan mengenai alasan mengapa mereka melakukan atau tidak melakukan pengelolaan limbah cair, jawaban yang
diberikan bervariasi. Alasan seorang pengrajin yang melakukan pengelolaan limbah adalah karena lahannya pada tahun 2002 didirikan proyek percontohan
IPAL untuk limbah cair oleh Pemkot, sehingga pengrajin memanfatkan keuntungan tersebut. Tabel 9 menggambarkan variasi jawaban pengrajin yang
tidak melakukan pengelolan limbah cair.
Tabel 9. Alasan Pengrajin Tidak Melakukan Pengelolaan Limbah di Kelurahan Ciluar Tahun 2005
Alasan Frekuensi
orang Persentase
1. Tidak mengetahui teknik pengolahan limbah. 3
8,82 2. Tidak memiliki uang.
2 5,88
3. Menambah biaya produksi dan pelestarian lingkungan merupakan tanggung jawab
pemerintah. 2
5,88 4. Menambah biaya produksi dan tidak mengetahui
teknik pengolahan limbah. 5
14,71
5. Menambah biaya produksi dan tidak memiliki
uang. 7
21,88
6. Pelestarian lingkungan merupakan tanggung jawab pemerintah dan tidak memiliki uang.
1 2,94
7. Tidak mengetahui teknik pengolahan limbah dan tidak memiliki uang.
4 11,76
8. Menambah biaya produksi, sungai merupakan miliki umum jadi bebas mempergunakannya, dan
tidak mengetahui teknik pengolahan limbah. 2
5,88 9. Menambah biaya produksi, tidak memiliki uang,
dan tidak mengetahui teknik pengolahan limbah. 6
17,65 32
100 Tabel 9 menunjukkan bahwa ada beberapa pengrajin yang memberikan
alasan lebih dari satu, mereka memberikan dua atau tiga alasan mengapa mereka tidak melakukan pengelolaan limbah cair. Pengrajin yang hanya memberikan satu
alasan berjumlah 5 orang 14,71 , sedangkan pengrajin yang memberikan
alasan lebih dati satu berjumlah 27 orang 82,38 . Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak hanya satu faktor, pengrajin aci tidak mau mengelola limbah cair.
Umumnya alasan utama mereka tidak mau mengelola limbah cair karena akan menambah biaya produksi. Penambahan biaya produksi ini mereka tidak
inginkan, karena pendapatan mereka pun belum mampu mencukupi kebutuhan sehari- hari mereka. Alasan tersebut muncul karena pada saat ini Oktober 2005
sebagian besar dari pengrajin mengaku tidak memiliki uang untuk alokasi pengelolaan limbah. Alasan tersebut dipengaruhi juga faktor biaya produksi yang
meningkat, dimana harga singkong dan solar yang mengalami kenaikkan yang tinggi Oktober 2005, namun harga aci dan onggok tidak mengalami peningkatan
yang tinggi, sehingga pendapatan mereka menurun. Sedangkan alasan 3 orang pengrajin melakukan pengelolaan limbah karena IPAl yang ada merupakan
proyek percobaan dari pemerintah, dan mereka menjadi salah satu pengrajin yang berkesempatan memperoleh keuntungan tersebut.
6.7 Analisis Persepsi Pengrajin Terhadap Pengelolaan Limbah Analisis ini dilakukan untuk mengkaji faktor- faktor yang mempengaruhi
pengelolaan limbah yang telah dilakukan oleh pengrajin. Berdasarkan hasil survei terhadap 35 orang pengrajin aci, maka hanya ada 3 orang yang telah melakukan
pengelolaan limbah. Variabel respon dalam penelitian adalah bentuk pilihan pengrajin aci telah melakukan pengelolaan limbah atau tidak melakukannya.
Sedangkan untuk variabel penjelas responden pengrajin terdiri dari empat variabel dan tidak ada variable dummy. Untuk nilai rata-rata dan standar deviasi dari
masing- masing variabel kontinu dapat dilihat pada Tabel 10.
Berdasarkan Tabel 10 rata-rata lama usaha dari pengrajin adalah 7,171 tahun, sedangkan jumlah tenaga kerja yang dimiliki rata-rata berjulah 10 orang.
Pendapatan yang diterima oleh pengrajin rata-rata Rp 55.500,00 dan berasal hanya dari usaha pembuatan aci saja dengan jarak pabrik yang dimilikinya ke badan air
terdekat berjarak rata-rata 2,36 m.
Tabel 10. Hasil Perhitungan Statistik Variabel-Variabel Kontinu Analisis Persepsi Pengrajin Terhadap Pengelolaan Limbah di Kelurahan
Ciluar Tahun 2005
Variabel Mean
Std. Deviasi
Lama usaha LU 7,171
3,996
Biaya tenaga kerja TK 100.000,143
10,033
Pendapatan usaha PDPT 55.502,86
58.069,7 Jarak Pabrik ke Badan Air JRK
2,357143 0,959254
Jumlah Responden : 100
Estimasi faktor- faktor yang mempengaruhi pengrajin melakukantidak
melakukan pengelolaan limbah dilakukan dengan analisis probit. Sebagai dependent variable
adalah peluang pengrajin melakukantidak melakukan pengelolaan limbah sedangkan lama usaha, pendapatan usaha, dan jarak pabrik ke
badan air sebagai independent variable. Peluang melakukan pengelolaan limbah dimasukkan ke dalam analisis dengan memberikan nilai satu bagi responden yang
melakukan pengelolaan limbah, dan nilai nol bagi yang tidak melakukan pengelolaan limbah. Nilai independent variable dibedakan menjadi variabel
kategori dan variabel nominal, dimana seluruh independent variable merupakan variabel nominal karena nilai menunjukkan suatu besaran atau tingkatan.
Independent variable yang berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 80
persen adalah pendapatan usaha dan jarak pabrik ke badan air. Variabel- variabel tersebut berpengaruh nyata disebabkan karena nilai P kurang dari a 20 .
Pengujian ketika semua slope model sama dengan nol menghasilkan statistik G
sebesar 6,335 dengan nilai P-Value sama dengan 0,176, yang berarti bahwa terdapat minimal satu slope model yang tidak sama dengan nol atau independent
variable secara serentak berpengaruh nyata terhadap gx. Selain itu berdasarkan
uji kebaikan kebaikan model yaitu melalui metode Pearson, Deviance, dan Hosmer-Lesmeshow
diperoleh nilai P lebih besar dari a 20 yang berarti tidak cukup bukti untuk menyimpulkan model yang diperoleh tidak baik Tabel 11.
Dengan demikian didapatkan model persaman probit sebagai berikut :
Interpretasi dari model probit pilihan kesediaan membayar skenario pertama tidak dapat secara langsung seperti pada model model regresi. Dalam
menginterpretasikan model tersebut, erlebih dahulu menggunakan contoh satu orang. Misalnya sesorang diketahui memiliki nilai variabel LU=10, TK=10,
PDPT=46.600, JRK=3,5, dapat diestimasi nilai probabilitas menyatakan bersedia membayar adalah gx = 1,62. Untuk mengubah angka tersebut menjadi nilai
probabilitas, gunakan tabel distribusi normal standar z, didapatkan nilai z = 0,0526. Nilai tersebut dikurangkan dari nilai 1 sehingga diperoleh 1 - 0,0808 =
0,9474. Dengan demikian probabilitas orang tersebut memilih bersedia membayar untuk skenario kedua sebesar 94,74 .
Pada model tersebut variabel yang berpengaruh nyata terhadap pilihan kesediaan membayar pengrajin pada tingkat kepercayaan 80 adalah :
1. Pendapatan