123
dapat menghadang teror dari saksi. Ia berharap kebenaran dapat terungkap di persidangan pertama, tanpa ada sidang selanjutnya.
Sikap optimis Abdullah, pengacara Firdaus, ditunjukkan pada kutipan berikut.
“Besok adalah sidang pertama. Jika korban telah meninggal dunia, dalam sidang pertama biasanya jaksa penuntut
menghadirkan keluarga korban. Tapi di persidangan besok, jelas keluarga korban tidak ada. Yang ada hanya wakil dari
keluarganya, mungkin dari pejabat di kedutaan dan sejumlah wakil dari keluarganya, mungkin dari pejabat di kedutaan dan
sejumlah saksi. Jadi, yang harus Kau persiapkan adalah menghadapi teror dari pihak saksi. Kita berharap tidak ada
sidang kedua. Semoga kebenaran sudah terungkap di sidang pertam
a nanti, “ kata Abdullah optimis LMBM 2008:274. Dari perwatakan Abdullah, pengacara Firdaus, maka dapat
diketahui adanya transformasi nilai Islam tentang optimis dalam menyelesaikan permasalahan, dengan QS. Ali Imran:139 dan HR.
Muslim sebagai hipogramnya.
19. Memaafkan Kesalahan Orang Lain
Orang yang bersalah meminta maaf adalah hal yang wajar, akan tetapi memaafkan kesalahan orang lain adalah sesuatu yang
sangat sulit, kecuali oleh seseorang yang benar-benar berakhlak mulia. Oleh karena itulah, Allah menyukai seseorang yang mudah
dalam pemberian maaf dan menyuruh hamba-Nya untuk menjadi seorang yang pemaaf. Sebagaiman firman-Nya sebagai berikut.
124
Jadilah Engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh QS.
Alaraaf [7]:199
.
Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan
perasaan si penerima. Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun QS. Albaqarah [2]:263.
Akhlak pemaaf inilah yang ditunjukkan oleh Midah, ketika ia memaafkan kesalahan Firdaus padanya, bahkan Midah menganggap
tidak ada kesalahan apa pun yang dilakukan oleh Firdaus padanya. Padahal apa yang dilakukan oleh Firdaus sungguh keterlaluan. Hal
ini menunjukkan betapa mulianya akhlak Midah. Hal tersebut terdapat pada kutipan berikut.
“Lautan yang luas itu mungkin tak seberapa bila dibanding dengan kesalahanku padamu.”
“Tak ada dosa dan kesalahanmu yang harus kumaafkan,” Tegas Midah.
“Tapi, rasa berdosa yang kurasakan lebih besar dan lebih luas dari lautan ini.”
“Itu hanya perasaanmu, Firdaus.”LMBM 2008:336.
Pada kutipan tersebut, Firdaus mengungkapkan penyesalannya terhadap kesalahannya yang sangat besar kepada Midah. Kesalahan
besar yang dilakukan oleh Firdaus yaitu ia menelantarkan Midah usai dirinya terlepas dari tuduhan sebagai pemerkosa Dokter Tin.
Padahal Firdaus sebelumnya telah berjanji akan mencarikan majikan
125
baru dan mengupayakan perlindungan hukum bagi Midah di Arab Saudi, akan tetapi janji itu tidak ia tepati, bahkan setelah ia lepas dari
jeratan hukum, dan ia tahu bahwa Midah dijemput paksa oleh majikannya dan Polisi Arab Saudi, ia justru pulang ke Jakarta lalu
menikah dengan Dina Octaviola, seolah tidak ada masalah apa-apa. Firdaus seperti orang yang tidak tahu bagaimana cara
membalas budi baik seseorang. Seharusnya ia lebih mengutamakan untuk menolong Midah agar tidak kembali jatuh ke tangan
majikannya daripada terburu-buru menikah. Firdaus seharusnya rela berkorban untuk Midah, sebagaimana Midah pun telah rela berkorban
untuknya. Dari uraian tersebut, maka pada perwatakan Midah terdapat
transformasi nilai Islam tentang memberi maaf kepada orang lain yang bersalah, dengan QS. Alakraaf:199 dan QS. Albaqarah:263
sebagai hipogramnya.
20. Menutup Aib Orang Lain