163
38. Jangan Marah
Marah adalah sesuatu yang sulit untuk dihindari pada saat kita menjumpai hal-hal yang tidak disukai, akan tetapi bukan berarti kita
diperbolehkan untuk meluapkan kemarahan tersebut. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam memerintahkan kita agar tidak
meluapkan amarah, sebagaimana yang disabdakan beliau ketika datang seseorang untuk meminta nasihat kepada beliau, sebagai
berikut.
، ف
ا ص أ :
أ
“Ya Rasulullah,
berilah aku
pesan” Beliau
bersabda,”Janganlah Kamu marah” Orang itu mengulang- ulang permohonannya, namun Nabi tetap saja hanya
berpesan,”Janganlah Kamu marah”HR. Bukhari dalam Salafuddin 2007:199.
Syaikh Abdurrahman Assadi menjelaskan bahwa sabda Rasulullah shalallahu alaihi wassalam
, “Janganlah Kamu marah” tersebut, mengandung dua pelajaran yang sangat penting, yaitu:
Pertama, perintah melakukan usaha dan melatih diri untuk berakhlak baik, yaitu tabah, sabar, serta menahan diri atas tindakan buruk yang
dilakukan oleh orang lain. Kedua, adanya perintah untuk tidak meluapkan amarahnya. Marah
biasanya memang tidak bisa dihindari, akan tetapi tetap bisa ditahan, untuk tidak meluapkannya. Maka, jika marah, wajib untuk menahan
diri dari mengucapkan perkataan atau melakukan perbuatan yang
164
diharamkan, yang merupakan akibat dari amarahnya tersebut dalam Salafuddin 2006:202.
Hal inilah yang tidak dapat dilakukan oleh Firdaus ketika ia harus menghadapi kenyataan pahit, diberhentikan sebagai Temus. Ia
diberhentikan oleh pak Junaidi, Ketua Daker dengan alasan tidak ber-akhlakul karimah. Pak Junaidi juga memperlakukan Firdaus
dengan perkataan yang kasar, seperti berikut. “Sebelum saya menyebutkan kesalahanmu satu persatu, lebih
baik secepatnya Kamu keluar dari kantor ini” LMBM 2008:231.
“Nasi sudah menjadi bubur. Lepaskan baju temusmu itu sekarang juga Jangan kembali lagi ke
gedung Daker ini” LMBM 2008:233.
Pada nukilan di atas, jelas menunjukkan bahwa pak Junaidi
tidak mau menjelaskan secara terperinci alasannya memecat Firdaus sebagai Temus. Selain itu, ia juga mengusir Firdaus, agar cepat-cepat
keluar dari Kantor Daker. Kenyataan seperti itulah yang memancing amarah Firdaus,
sehingga ia pun berani melawan pak Junaidi, dengan perkataan dan perbuatan yang lebih kasar. Di hadapan pak Junaidi, ia berani
menyombongkan diri untuk membalas kesombongan pak Junaidi, berkata dengan keras, bahkan melaknat pak Junaidi, dan sebelum ia
keluar dari ruangan pak Junaidi, ia melepas dan membuang seragam temusnya di atas meja pak Junaidi, sebagai penghinaannya terhadap
165
pak Junaidi, yang menurutnya telah melecehkannya. seperti tergambarkan pada nukilan berikut.
“Maaf Pak, bukan maknanya yang saya tanyakan. Kalau hanya makna itu, saya yakin bahasa Arab saya lebih baik dari
Bapak.” Terpaksa aku harus berlagak sedikit pongah untuk
menghadang kepongahan pejabat itu. Kurasa ia sudah melecehkanku LMBM 2008:232.
Aku mulai emosi, dan mengatakan sesuatu yang semestinya tidak perlu kukatakan kepadanya.
“Memangnya gedung ini Bapak yang bangun, hingga sewenang-wenang mengusir saya dari sini? Ingat Pak, gedung
ini dibangun dari keringat rakyat, dari pajaknya mereka.
La’natullah nas ajma’in”LMBM 2008:233-244 Sebelum enyah dari ruang pejabat arogan itu, aku mencopot
seragam temusku, lalu kulemparkan ke atas meja pak Junaidi. Aku meninggalkan tempat itu dengan perasaan remuk dan
penuh dendam LMBM 2008:234.
Perseteruan antara Firdaus dan pak Junaidi pun tidak berhenti sampai di sini. Akibat pertengkaran itu, mereka saling mendendam.
Firdaus dan rekan-rekan temusnya pun melakukan demonstrasi, dengan misi mengusut mafia pemondokan haji dan pemecatan
Firdaus sebagai temus. Hingga akhirnya, pak Junaidi, membalas dendam, dengan menuduh Firdaus sebagai pemerkosa Dokter
Suhartini dan menjebloskannya ke dalam penjara. Dengan demikian, benarlah wasiat Rasulullah Shalallahu
alaihi wassalam tentang nasihat untuk menahan amarah, bahwa meluapkan amarah hanyalah akan menimbulkan masalah-masalah
baru yang lebih besar. Alangkah lebih baiknya seseorang untuk
166
menahan amarahnya atau tidak meluapkan amarahnya secara berlebihan.
Dari perseteruan pertengkaran antara pak Junaidi dan Firdaus tersebut dapat diambil pelajaran yaitu janganlah mengungkapkan
kemarahan secara berlebihan karena hanya akan merugikan diri sendiri dan orang lain, serta tidak akan menyelesaikan permasalahan
dan justru hanya akan menimbulkan masalah yang lebih besar. Jadi, dari uraian tersebut dapatlah diambil simpulan bahwa
dalam novel Langit Mekah Berkabut Merah terdapat transformasi nilai Islam tentang menahan diri dari amarah, dengan Hadis Riwayat
Bukhari tentang larangan marah tersebut sebagai hipogramnya.
39. Bersumpah Atas Nama Allah