11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
2.1 Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang nilai-nilai Islam dengan menggunakan pendekatan interteks pernah dilakukan oleh Supriadi 2006 dalam tesisnya yang
berjudul, Transformasi Nilai-Nilai Ajaran Islam dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman Elshirazy: Kajian Interteks. Pada penelitiannya
tersebut, Supriyadi mendeskripsikan nilai-nilai Islam yang ditemukan dalam novel Ayat-Ayat Cinta dengan menggunakan pendekatan interteks. Hasil dari
penelitian tersebut menunjukkan bahwa nilai-nilai Islam yang terdapat pada novel Ayat-Ayat Cinta merupakan pentransformasian nilai-nilai Islam yang
diambil dari ajaran Alquran dan Alhadis. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini, yaitu pada novel
yang dijadikan sumber pengambilan data primer. Pada penelitian yang dilakukan oleh Asep Supriadi, sumber data primer diambil dari novel Ayat-
Ayat Cinta karya Habiburrahman Elshirazy, sedangkan pada penelitian ini, sumber data primer diambil dari novel Langit Mekah Berkabut Merah karya
Geidurrahman Elmishry. Selain itu, pada penelitian yang dilakukan penulis juga mempertimbangkan kelayakan nilai-nilai Islam yang terdapat pada novel
Langit Mekah Berkabut Merah untuk dijadikan sebagai bahan ajar, sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Asep Supriadi, murni penelitian sastra.
12
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan penulis yaitu pada fokus penelitian, yaitu nilai-nilai Islam dalam novel
religius islami. Persamaan lainnya adalah pada pendekatan yang dipakai, yaitu dengan menggunakan pendekatan interteks.
Wuryanto 2008 melalui penelitiannya yang berjudul Struktur dan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Lakon Dewa Ruci Versi Ki Anom Suroto dan
Kemungkinannya sebagai Bahan Ajar Sastra di SMP, juga melakukan penelitian tentang karya sastra dan kelayakannya sebagai bahan ajar sastra di
SMP. Dalam penelitiannya, Wuryanto melakukan analisis dengan menggunakan pendekatan pragmatik pada struktur Lakon Dewa Ruci Versi
Ki Anom Suroto. Ia juga melakukan analisis pada kelayakan dari nilai-nilai pendidikan yang terdapat di dalamnya untuk dijadikan sebagai bahan ajar
sastra di SMP. Hasil dari penelitian tersebut, menunjukkan bahwa struktur lakon Dewa Ruci Versi Ki Anom Suroto memiliki keterkaitan dan kepaduan
yang baik, di dalamnya mengandung nilai-nilai pendidikan sosial, moral, dan keagamaan yang dapat dijadikan sebagai bahan ajar karena telah memenuhi
syarat sebagai bahan ajar sastra di SMP. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Wuryanto dengan penelitian
ini, yaitu pada sumber data primer yang dikaji. Wuryanto mengambil sumber data primer pada sebuah lakon atau drama, sedangkan penulis mengambil
sumber data primer dari sebuah novel. Perbedaan lainnya yaitu pada penelitian yang dilakukan Wuryanto, tidak hanya terfokus pada nilai-nilai
yang ada di dalam lakon tersebut, akan tetapi juga pada struktur lakon
13
tersebut dengan menggunakan pendekatan pragmatik, sedangkan penelitian yang dilakukan penulis, yaitu lebih difokuskan pada nilai-nilai Islam yang
terdapat di dalam novel yang dikaji. Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Wuryanto dengan
peneliti yaitu sama-sama membahas tentang nilai-nilai pendidikan yang terdapat pada sebuah karya sastra yang dikaji serta melakukan penilaian
tentang kelayakannya sebagai bahan ajar. Namun, nilai-nilai pendidikan yang dikaji oleh penulis yaitu nilai-nilai pendidikan dalam tinjauan Islam, bukan
nilai-nilai pendidikan secara umum. Selain itu, penulis mempertimbangkan kelayakan nilai-nilai pendidikan Islam tersebut sebagai bahan ajar bagi siswa
MA atau sederajat, sedangkan Wuryanto melihat kelayakan dari nilai-nilai pendidikan tersebut sebagai bahan ajar bagi siswa SMP. Perbedaan lainnya
yaitu pada pendekatan yang digunakan. Penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan pendekatan interteks, sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Wuryanto dengan menggunakan pendekatan pragmatik. Kristiani 2010 melakukan penelitian dengan judul Tema dan Nilai
Pendidikan dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata. Pada penelitian tersebut, Kristiani menggunakan pendekatan objektif untuk
menganalisis tema-tema dan nilai-nilai pendidikan yang terdapat pada novel Laskar Pelangi. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa di dalam
novel tersebut terdapat tiga tingkatan tema, yaitu tema tingkat sosial, egoik, dan divine. Tema tingkat sosial mencakup tema tentang: pendidikan,
persahabatan, kasih sayang, tolong-menolong, dan toleransi. Tema tingkat
14
egoik mencakup tema tentang: kecerdasan, keegoisan, dan kerja keras. Tema tingkat divine mencakup tema tentang: kemurahan Tuhan dan kematian. Di
dalam novel Laskar Pelangi juga terdapat nilai-nilai pendidikan, seperti pendidikan kesusilaan, kemasyarakatan, dan kecakapan.
Perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Kristiani dengan penulis sangatlah banyak. Novel yang dipakai sebagai sumber data primer
oleh Kristiani adalah novel Laskar pelangi, sedangkan penulis mengambil sumber data primer dari novel Langit Mekah Berkabut Merah. Pendekatan
yang digunakan pun berbeda. Kristiani menggunakan pendekatan objektif, sedangkan penulis menggunakan pendekatan interteks. Fokus penelitian pun
berbeda. Kristiani membahas tentang tema dan nilai-nilai pendidikan dalam novel Laskar Pelangi tanpa dikaitkan dengan kemungkinannya sebagai bahan
ajar, sedangkan pembahasan yang dilakukan oleh penulis lebih sempit, yaitu hanya fokus pada nilai-nilai Islam dan meninjau kelayakannya sebagai bahan
ajar di MA atau sederajat. Persamaan antara yang dilakukan oleh Kristiani dengan penulis yaitu
sama-sama mengkaji tentang nilai-nilai pendidikan. Namun, nilai-nilai pendidikan yang dijadikan fokus penenilitian oleh penulis yaitu nilai-nilai
pendidikan Islam. Devi 2010 melalui penelitiannya yang berjudul Karakter Tokoh Ikal
dan Lintang dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata dan Kelayakannya sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA, mendeskripsikan karakter
tokoh Ikal dan Lintang dalam novel tersebut dan kelayakannya sebagai bahan
15
ajar Sastra di SMA. Dalam penelitiannya, Devi menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan struktural dan psikologi sastra. Hasil dari penelitian tersebut
menunjukkan bahwa pada karakter tokoh Ikal dan Lintang mengandung nilai- nilai, seperti: nilai-nilai pendidikan yang berkaitan dengan nilai estetika,
estetis, moral, dan sosial. Tokoh Ikal dan Lintang juga dapat dijadikan sebagai bahan ajar karena dapat menjadi teladan bagi siswa dan memperluas
wawasan siswa tentang pribadi manusia dan perjuangan hidup. Perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Devi dengan penulis
yaitu berkaitan dengan novel yang dijadikan sebagai sumber data primer. Pada penelitian yang dilakukan oleh Devi, data primer diambil dari novel
Laskar Pelangi, sedangkan penulis mengambil data primer dari novel Langit Mekah Berkabut Merah. Pendekatan yang digunakan pun berbeda. Devi
menggunakan pendekatan struktural dan psikologi sastra, sedangkan penulis menggunakan pendekatan interteks. Fokus objek yang dikaji juga berbeda.
Devi memfokuskan pengkajiannya pada karakter tokoh ikal dan Lintang, sedangkan penulis memfokuskan kajiannya pada nilai-nilai Islam yang
terkandung di dalam novel. Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Devi dengan penulis,
yaitu sama-sama menggunakan novel sebagai sumber data primer dalam penelitiannya dan meninjau kelayakan objek kajian sebagai bahan ajar
setingkat SMA. Dari penjelasan tentang penelitian-penelitian terdahulu tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa penelitian tentang nilai-nilai Islam dalam novel
16
Langit Mekah Berkabut Merah dengan menggunakan pendekatan interteks, serta kelayakannya sebagai bahan ajar apresiasi sastra di MA atau sederajat
belum pernah dilakukuan oleh para peneliti terdahulu. Dengan demikian, penelitian ini merupakan upaya melengkapi penelitian-penelitian terdahulu.
2.2 Hakikat Novel