Lungsi warna-warni 17 Motif Lurik

merah marun. Warna cokelat melebur dengan warna merah marun pakan dan menghasilkan warna kain cokelat kemerah-merahan. Benang lungsi warna kuning nampak warna kuning lebih kuat. Motif ini warna cokelat kemerahan karena dominan dari warna benang lungsi adalah warna cokelat. Motif lurik kode L.M.17 lebih terang dari motif lurik kode L.B.17. Berikut merupakan kain tenun Rainbow Setagen motif lurik kode L.M.17 berukuran lebar 14 cm dan panjang rata-rata 5 meter. Gambar 157: Tenun Rainbow Setagen motif lurik kode L.M.17 Dokumentasi Tiya Sholahiyah, 1 Desember 2015 Pada gambar kain tenun Rainbow Setagen motif lurik kode L.B.17 dan L.M.17 menunjukkan pengulangan yang digunakan adalah pengulangan repetisi, artinya susunan setiap pengulangan seperti halnya susunan pertama yaitu warna warna cokelat susu 185 urutan pertama dan cokelat tua terakhir sehingga ketika diulang keduanya akan bertemu atau berdampingan. Saat diulang warna cokelat tua dan susu berdampingan dan warna kuning berada diantara warna hitam-putih, sehingga warna kuning lebih muncul dan nampak garis yang terpisah dari garis warna cokelat susu dan cokelat tua.

18. Lungsi warna-warni 18

Lungsi warna-warni 18 ditenun dengan pakan polos warna benang hijau sehingga menghasilkan motif lurik kode L.H.18. Adapun rumus lungsi warna-warni 18 adalah Tabel 26 : Rumus lungsi warna-warni 18 No Warna benang dan kode benang Jumlah helai benang Jumlah pengulangan 1 Hitam+putih 735 5+5 1:1 50 helai tersebut diulang sebanyak 7 kali. 50 x 7= 350 2 Cokelat 151 10 3 Cokelat kekuning- kuninganan 8265 10 4 Cokelat tua 8267 10 5 Hitam+putih 735 5+5 1:1 Jumlah helai benang rumus lungsi warna-warni 18 50 Tabel di atas menjelaskan bahwa rumus lungsi warna-warni 18 terdiri dari 50 helai benang. Jumlah tersebut diulang sebanyak 7 kali sehingga jumlah helai benang lungsi untuk kain tenun Rainbow Setagen adalah 350 helai benang. Susunan benang rumus lungsi warna-warni 18 sebelum pengulangan nampak pada gambar dibawah ini: Gambar 158: Lungsi warna-warni 18 Digambar kembali oleh Tiya Sholahiyah, Mei 2016 Garis-garis pada rumus lungsi warna-warni 18 terdiri dari terdiri dari garis garis polos dan garis dua warna berselingan 1:1 persatu helai. Garis polos adalah warna cokelat 151, cokelat kekuning-kuningan 8265, dan cokelat tua 8267 sedangkan garis dari garis dua warna berselingan 1:1 persatu helai adalah warna hitam 181+ putih 735. Ketiga warna garis polos tersebut disusun berdampingan sedangkan garis dua warna berseling terdapat dikedua ujung penyusunan rumus ini. Garis-garis polos tersebut memiliki ukuran yang sama yaitu terdiri dari 10 helai benang dan memiliki karaketer warna yang senada yakni warna cokelat, jika diurutkan berdasarkan value warna yaitu warna sedang – terang – gelap. Perpaduan warna-warna pada garis polos tersebut nampak pengulangan repetisi pada ukuran gairs yang statis, ajeg, dan kaku, namun karakter dari masing-masing warna nampak halus dan datar karena perpindahan dari warna satu dengan lainnya langsung berhubungan sedangkan perpaduan warnanya harmonis. Kedua ujung akan menyatu dan memiliki garis yang sama yakni dua warna berselingan yaitu hitam+ putih. Kedua ukuran susunan tersebut sama-sama terdiri dari 5+5 helai benang sehingga ketika diulang menjadi 10+10 dengan perbandingan susunan warna hitam+putih 1:1 persatu helai. Garis dua warna berselingan 1:1 persatu helai mempertegas garis polos yang berukuran sama dan disusun berdekatan. Apabila rumus tersebut diberi pakan maka hasilnya sebagai berikut: Gambar 159: Motif lurik kode L.H.18 Digambar kembali oleh Tiya Sholahiyah, Mei 2016 Gambar di atas menunjukkan motif lurik kode L.H.18. Motif L.H.18 merupakan perpaduan rumus lungsi warna-warni 18 dengan benang pakan warna hijau. Warna kain yang dihasilkan dari perpaduan kedua susunan tersebut adalah warna hijau. Kesan warna hijau karena warna pakan hijau lebih cerah dari warna cokelat yang mendominasi warna lungsi dan warna hitam+putih. Selain itu, penggunaan warna putih yang dominan kesan kontras dengan warna pakan hijau memberi ruang pada warna hijau. Garis hitam+putih menghasilkan garis horizontal dan masing-masing warna tersebut muncul secara bergantian. Berikut merupakan kain tenun Rainbow Setagen motif lurik kode L.H.18 berukuran lebar 14 cm. Gambar 160: Sampel tenun Rainbow Setagen motif lurik kode L.H.18 Dokumentasi Tiya Sholahiyah, 1 Desember 2015 Pakan Lungsi Pada gambar kain tenun Rainbow Setagen motif lurik kode L.H.18 menunjukkan pengulangan yang digunakan adalah pengulangan repetisi, artinya susunan setiap pengulangan seperti halnya susunan pertama yaitu warna hitam 181+ putih 735 urutan pertama dan warna hitam 181+ putih 735 urutan terakhir sehingga ketika diulang keduanya akan bertemu atau berdampingan. Karakter warna hijau dari motif L.H.18 diasosiasikan dengan warna hijaunya alam, tumbuh-tumbuhan, sesuatu yang hidup dan berkembang.

19. Lungsi warna-warni 19

Lungsi warna-warni 19 ditenun dengan pakan polos warna benang merah marun sehingga menghasilkan motif lurik kode L.M.19. Adapun rumus lungsi warna-warni 19 adalah Tabel 27: Rumus lungsi warna-warni 19 No Warna benang dan kode benang Jumlah helai benang Jumlah pengulangan 1 Hitam+putih 735 6+6 60 helai tersebut diulang sebanyak 6 kali. 60 x 6= 360 2 Cokelat kemerah-merahan 151 12 3 Putih gading 734 12 4 Cokelat tua 145 12 5 Hitam+putih 735 6+6 1:1 Jumlah helai benang rumus lungsi warna-warni 19 60 Tabel di atas menjelaskan bahwa rumus lungsi warna-warni 19 terdiri dari 60 helai benang. Jumlah tersebut diulang sebanyak 6 kali sehingga jumlah helai benang lungsi untuk kain tenun Rainbow Setagen adalah 350 helai benang. Susunan benang rumus lungsi warna-warni 19 sebelum pengulangan nampak pada gambar dibawah ini:

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman lumut sejati di Taman Nasional Gunung Merapi Sleman, Yogyakarta

1 18 25

GAMBARAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PENENUN ALAT TENUN BUKAN MESIN (ATBM) DI DUSUN GAMPLONG IV, GAMBARAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PENENUN ALAT TENUN BUKAN MESIN (ATBM) DI DUSUN GAMPLONG IV, SUMBER RAHAYU, MOYUDAN, SLEMAN.

0 3 13

PENDAHULUAN GAMBARAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PENENUN ALAT TENUN BUKAN MESIN (ATBM) DI DUSUN GAMPLONG IV, SUMBER RAHAYU, MOYUDAN, SLEMAN.

0 5 5

LANDASAN TEORI GAMBARAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PENENUN ALAT TENUN BUKAN MESIN (ATBM) DI DUSUN GAMPLONG IV, SUMBER RAHAYU, MOYUDAN, SLEMAN.

1 6 8

PELAKSANAAN PROGRAM USAHA EKONOMI PRODUKTIF OLEH BINA KELUARGA LANSIA (BKL) MUGI WARAS DUSUN BLENDUNG, DESA SUMBERSARI, MOYUDAN, SLEMAN, YOGYAKARTA.

4 20 217

PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS)MOYUDAN SLEMAN YOGYAKARTA.

1 3 127

PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM PENDAMPINGAN DESA MANDIRI DAN PRODUKTIF DI DUSUN GAMPLONG 1 DESA SUMBER RAHAYU KECAMATAN MOYUDAN KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA.

3 17 234

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN MELALUI FASILITAS SIMPAN PINJAM OLEH CREDIT UNION CINDELARAS TUMANGKAR DI DUSUN PULUHAN SUMBERARUM MOYUDAN SLEMAN YOGYAKARTA.

0 3 183

SEJARAH KEBERLANGSUNGAN INDUSTRI TENUN DI DUSUN GAMPLONG KABUPATEN SLEMAN

1 1 10

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI DUSUN CELUNGAN SUMBERAGUNG MOYUDAN SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur pada Lansia di Dusun Celungan Sumberagung Moyidan Sleman Yogyakarta -

0 0 12