Kelompok tersebut merupakan kelompok tenun mendong yang merupakan program PKM mahasiswa UGM. Akan tetapi kegitan tersebut hanya berjalan
kurang lebih satu tahun. Kemudian terdapat pula kelompok Mekar Sari beranggotakan 10 orang yang berdiri sejak 2012 sampai saat ini Wawancara
Sumirah, 8 Oktober 2015. Saat ini di Dusun Sejati Desa tidak hanya menghasilkan tenun setagen
polos melainkan menghasilkan tenun setagen dengan warna yang lebih beragam. Perkembangan tersebut merupakan pemberdayaan yang dilakukan oleh
Komunitas Dreamdelion Yogyakarta. Adapun penenun yang bermitra dengan Dreamdelion sampai saat ini berjumlah 6 penenun yaitu Jimah, Sumirah,
Ismiati, Kartini, Apri, dan Sri dan 2 ibu-ibu lainnya sebagai pengolah bahan pewarna alam yaitu Retno dan Bardiyah. Istilah yang digunakan untuk tenun
setagen warna tersebut adalah tenun Rainbow Setagen. Alasan pertama Dusun Sejati Desa sebagai tempat pemberdayaaan adalah karena Dreamdelion ingin
memberi solusi atas permasalahan para penenun yang menjual setagennya dengan harga murah padahal dari segi prosesnya sangat rumit dan membutuhkan waktu
yang lama. Penghasilan yang didapat dari menenun Tenun Rainbow Setagen adalah dua kali lipat dibandingkan dengan menenun setagen yang biasa
diproduksi setagen polos warna hitam.
B. Sejarah Komunitas Dreamdelion Yogyakarta
Komunitas Dreamdelion
Yogyakarta merupakan
Community Empowerment Social Bussines berbadan hukum di bawah Yayasan Dreamdelion
Indonesia. Yayasan Dreamdelion bergerak untuk memecahkan permasalahan masyarakat atau suatu daerah melalui bisnis sosial. Tempat pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan oleh komunitas Dreamdelion Yogyakarta adalah Dusun Sejati Desa, Sumberarum, Moyudan, Sleman, Yogyakarta. Alasan pertama
dusun tersebut menjadi tempat pemberdayaan karena ingin menyelesaikan permasalahan ekonomi di sana yang menjual hasil tenunannya dengan harga
sangat murah padahal pengerjaannya membutuhkan waktu yang lama dan prosesnya sangat rumit dengan menggunakan ATBM. Adapun CEO dari
Komunitas Dreamdelion Yogyakarta adalah Fitriani Kembar P. Sebelum terbentuknya Komunitas Dreamdelion Yogyakarta, pada tahun
2012 Fitriani Kembar P dengan nama panggilan Fitri, merupakan salah satu anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan
PSdK Fisipol UGM dan salah satu programnya adalah membina desa yang bertempat di Dusun Sejati Desa. Program tersebut bersifat sementara. Selama
kegiatan tersebut terdapat isu permasalahan sosial tentang kondisi para penenun namun permasalahan tersebut bukan objek pemberdayaan dari HIMA PSdK.
Maka dari itu Fitri tergerak untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Fitri mengajak enam rekannya yaitu Anita Wijaya, Ratna Anggraeni,
Khairunnisa, Lola Lucyta, Nisa Salsabila, dan Desi Marlina Ayu untuk merealisasikannya. Mereka terus menerus dan secara perlahan melakukan
pendekatan kepada masyarakat. Sejalan dengan itu Fitri bertemu dengan Alia Noor Anoviar yang pada saat itu sebagai Founder Komunitas Dreamdelion
Manggarai sebagai salah satu pembicara pada sebuah seminar di Surabaya. Saat
kesempatan tersebut Fitri sebagai peserta pada acara tersebut menjelaskan tentang keadaan dan permasalahan para penenun di Dusun Sejatidesa dan keinginannya
untuk memberi solusi atas permasalahan di sana. Kemudian Alia sangat mendukung dan mengajak Fitri dan rekan-rekannya bergabung dengan
Dreamdelion. Selain dari Founder Dreamdeion, Fitri mendapat dukungan dari Adinindyah founder House of Lawe di Yogyakarta yang juga sebagai salah satu
pembicara pada kesempatan tersebut. Bulan Oktober 2013 Fitri dan rekan-rekannya memebentuk Komunitas
Dreamdelion Yogyakarta namun dalam penyebutan biasanya hanya kata Dreamdelion yang digunakan. Upaya yang dilakukan untuk mewujudkan
harapannya dengan terus menerus melakukan pendekatan kepada masyarakat, karena saat itu Dreamdelion belum mempunyai gambaran yang pasti terkait
bentuk solusi yang akan diberikan. Mereka terus menerus menggali pengalaman penenun yang berkaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan penenun.
Berdasarkan informasi dari penenun, sebelumnya pernah ada mahasiswa yang melakukan pemberdayaan seperti halnya Dreamdelion yaitu dari mahasiswa
UGM program PKM. Mereka memberi pelatihan tenun mendong namun kegiatan tersebut berjalan satu tahun karena penenun merasa kesulitan dalam
membuat tenun mendong karena sudah terbiasa menenun setagen. Begitupun alat yang digunakan berbeda dengan alat untuk membuat setagen hitam polos. Faktor
lainnya adalah dari segi harga dan pemasaran. Harga tenun mendong lebih rendah dari tenun setagen hitam polos sedangkan prosesnya lebih rumit dan dari segi
pemasarannya tenun setagen hitam polos sudah pasti ada tengkulak yang langsung
datang ke dusun untuk membeli setagen maupun dijual ke pasar Ngijon dan tempat lainnya, sedangkan tenun mendong harus mendapat bantuan dari pihak
penyelenggara program tersebut. Akhirnya para penenun lebih memilih untuk kembali menenun setagen hitam polos. Maka dari itu kehadiran Dreamdelion
untuk menyelesaikan permaslahan penenun sebagaimana yang telah dijelaskan di atas tidak secara langsung dapat di terima oleh seluruh masyarkat khususnya
penenun. Sejalan dengan itu Fitri mengajak dua orang penenun melihat proses
menenun tenun lurik di Kurnia tempat produksi tenun yang bermitra dengan House of Lawe. Proses menggali informasi untuk mendapatkan solusi tersebut
juga tidak terlepas dari permasalahan yang dialami pihak internal Komunitas Dreamdelion Yogyakarta sendiri. Permasalahannya yaitu perasaan jenuh karena
dirasa tidak ada perkembangan yang signifikan atas upaya di atas. Namun mereka terus meyakinkan diri sendiri atas keinginannya untuk dapat memberikan solusi
atas permasalahan di atas. Menilik pengalaman yang pernah dialami para penenun Dusun Sejati
Desa, Dreamdelion dan empat penenun yang pertama kali bermitra dengan Dreamdelion menganalisa mereka akan lebih mudah jika inovasinya masih
berhubungan dengan tenun setagen karena jika diluar menenun akan merasa kesulitan artinya jika pemberdayaan yang dilakukan dalam bentuk yang sudah
menjadi kebiasaan maka lebih mudah untuk dikembangkan. Sehingga muncullah ide untuk mengembangkan tenun setagen warna hitam polos menjadi lebih
berwarna. Tenun setagen warna-warni terinspirasi dari motif lurik yang