Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemerolehan Bahasa Anak

33 SD Kelas Awal KK A Untuk memahami struktur dan aturan-aturan di dalam bahasa asing, ada dua cara yang dapat dipergunakan. Yang pertama adalah meminta seorang menerangkannya; yang kedua adalah menemukannya dengan cara sendiri. Cara yang pertama disebut eksplikasi explication, sedangkan cara yang kedua disebut induksi induction. Eksplikasi adalah penjelasan aturan dan struktur bahasa asing dalam bahasa kita sendiri. Proses ini jarang sekali dipakai ketika seorang anak belajar bahasa pertama. Bayangkan jika seorang guru mengajarkan pemakaian kata lari pada siswa kelas I yang berusia tujuh tahun dengan memberi penjelasan berikut. “Nah, Nak, pergunakanlah ber- pada kata lari. Jangan pakai me-, ya. Itu ada di dalam bahasa Indonesia. Boleh juga kamu memakai me- dan –kan. Tapi, arti berlari dan melarikan berbeda” Tentulah si anak yang tingkat kecerdasannya normal, akan merasa bingung dengan yang dikatakan gurunya . Induksi adalah cara mempelajari struktur dan aturan bahasa asing dengan mengulang-ulang kata, frasa, atau kalimat dalam situasi yang relevan sehingga diperoleh pemahaman yang tepat. Seorang anak lebih mudah belajar bahasa asing dalam situasi yang sangat alami misalnya dalam situasi bermain. Bagi anak-anak beradaptasi dengan lingkungan baru akan lebih mudah jika dibandingkan dengan orang dewasa . Dari berbagai hipotesis yang berkembang dapat dilihat bahwa keberhasilan pembelajaran bahasa kedua dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain: 1 faktor motivasi, 2 usia, 3 penyajian formal, 4 bahasa pertama, serta 5 lingkungan. Faktor motivasi terdapat asumsi bahwa jika kita mau belajar suatu bahasa kedua, maka yang diperlukan adalah adanya dorongan, keinginan, atau tujuan yang hendak dicapai. Faktor usia terdapat anggapan bahwa dalam mempelajari bahasa kedua, anak-anak lebih baik dan berhasil dari pada orang dewasa jika dimulai dari sama-sama nol. Faktor penyajian formal seperti dalam pembahasan sebelumnya, bahwa dalam tipe pembelajaran bahasa terdapat dua jenis, yaitu secara naturalistik dan formal di dalam kelas. Bahasa kedua bisa diorientasikan ke dalam bahasa Indonesia atau bahasa asing. Faktorbahasa pertama Kegiatan Pembelajaran 2 bahasa ibu, bahasa daerah, atau bahasa yang sebelumnya diperoleh mempunyai pengaruh terhadap proses penguasaan bahasa kedua pembelajar. Akibatnya, sering terjadi interferensi, alih kode, atau campur kode. Faktorlingkungan sangat penting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran bahasa kedua. Dalam faktor ini dibagi menjadi dua wilayah, yaitu pengaruh lingkungan formal di sekolah dan lingkungan informal atau alamiah. Lingkungan formal bahasa bukan terbatas pada kelas, karena yang penting dalam pembelajaran bahasa tersebut dilakukan secara sadar dan mengetahui kaidah-kaidah bahasa kedua yang dipelajarinya, baik dari guru saat di dalam kelas, dari buku-buku, maupun orang lain di luar kelas.

8. Pembelajaran Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Kedua

Pengajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua terjadi ketika negara Republik Indonesia baru didirikan, yaitu pada awal 1950-an, banyak bangsa lain yang menyatakan kekagumannya terhadap bangsa Indonesia karena dua hal. Pertama, karena berbeda dengan negara lainnya, Indonesia merebut kemerdekaan dengan cara perjuangan fisik serta diplomasi yang cukup seru, sehingga melibatkan PBB dan negara-negara maju lainnya. Kedua, karena bangsa Indonesia sejak awal sudah memiliki bahasa nasional sendiri, yaitu bahasa Indonesia. Perspektif yang ada saat ini adalah bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua dan bahasa daerah sebagai bahasa pertama yang hidup berdampingan tanpa adanya gangguan serta kerugian dalam masing-masing bahasa tersebut. Dalam pengamatan umum, anak-anak adalah peniru yang baik. Segala sesuatu yang ia lakukan adalah tiruan dari orang-orang di sekitarnya. Tahap-tahap paling dini pemerolehan bahasa anak-anak memunculkan banyak sekali peniruan karena bayi mungkin tidak menguasai kategori-kategori semantik untuk memaknai ujaran. Namun, mereka memiliki rasa perhatian terhadap orang-orang di sekitar mereka. Proses belajar-mengajar bahasa di dalam kelas secara berturut-turut akan dijumpai 1 murid; 2 guru; 3 bahan pelajaran; dan 4 tujuan pengajaran. Dalam masyarakat yang multilingual, multirasial, dan multikultural, faktor kebahasaan, kebudayaan, sosial, dan etnis juga merupakan variabel yang dapat memengaruhi keberhasilan pengajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa di 35 SD Kelas Awal KK A sekolah harus diselenggarakan sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran bahasa, yaitu: a. Humanis. Prinsip hakikat manusia apabila mengajarkan bahasa harus memperhatikan manusia yaitu: Manusia yang memiliki bekal yang sama. Misalnya hidung, mata , telinga dan sebagainya, tetapi ada yang cacat. Namun semua anak dengan kondisi apapun mendapat kesempatan berbahasa dan belajar bahasa. b. Progresif Apabila mengajarkan bahasa harus maju berkelanjutan. Artinya belajar bahasa harus mengalami peningkatan sesuai dengan sistem bahasa tersebut, misalnya setelah anak mengenal bunyi, anak berusaha mengucapkan bunyi atau kata sesuai dengan pelafalan yang benar. Setelah mengucapkan kata sesuai dengan pelafalan baku selanjutnya merangkai kata tersebut menjadi sebuah kalimat. Selain kemajuan dalam bidang mendengar dan berbicara, belajar bahasa juga harus mengalami kemajuan, misalnya kemampuan menulis dan pembelajaran bahasa haruslah bersifat progresif, juga perlu adanya pengetahuan dan kreatifitas. c. Konstruktivisme Membangun bahasa, misalnya pertama-tama tahu satu kata, dua kata dan sebagainya. Belajar bahasa merupakan belajar kreatif, belajar bahasa sama dengan menyusun pengalaman. Mengkonstruksikan pengalaman menjadi sebuah cerita atau tulisan dengan media bahasa.

9. Pendekatan Pembelajaran Bahasa:

a. Pendekatan Whole Language Ciri dari pendekatan Whole Language adalah utuh dan terpadu simak, wicara, baca, dan tulis. Berdasarkan teks artinya belajar bahasa berdasarkan sebuah wacana. Belajar sesungguhnya yakni benar-benar belajar bahasa sebagai alat komunikasi. b. Pendekatan Komunikatif Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang bertujuan untuk membuat kompetensi komunikatif sebagai tujuan pembelajaran. Pendekatan komunikatif juga merupakan pendekatan yang mengembangkan prosedur pembelajaran empat keterampilan berbahasa menyimak, berbicara, membaca,