Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

25 SD Kelas Awal KK A otomatis. Potensi yang terkandung dalam perangkat biologis anak dengan istilah Piranti pemerolehan bahasa Language Acquisition Device. Dengan piranti itu, anak dapat menyerap sistem suatu bahasa yang terdiri atas subsistem fonologis, tata bahasa, kosakata, dan pragmatik, serta menggunakannya dalam berbahasa. Perangkat biologis yang menentukan anak dapat memperoleh kemampuan bahasanya ada tiga, yaitu otak sistem syaraf pusat, alat dengar, dan alat ucap. Dalam proses berbahasa, seseorang dikendalikan oleh sistem syaraf pusat yang ada di otaknya. Pada belahan otak sebelah kiri dikendalikan oleh sistem syaraf pusat untuk mengontrol produksi atau bahasa, seperti berbicara dan menulis. Pada belahan otak sebelah kanan terdapat wilayah wernicke yang mempengaruhi dan bagian otak itu terdapat wilayah motor suplementer. Berdasarkan tugas tenaga bagian otak itu, alur penerimaan dan penghasilan bahasa dapat disederhanakan seperti berikut: 1 Bahasa didengarkan dan dipahami melalui daerah Wernicke; 2 Isyarat bahasa itu kemudian dialihkan ke daerah Broca untuk mempersiapkan penghasilan balasan; dan 3 Selanjutnya isyarat tanggapan bahasa itu dikirimkan ke daerah motor, seperti alat ucap, untuk menghasilkan bahasa secara fisik. b. Faktor Lingkungan Sosial. Untuk memperoleh kemampuan berbahasa, seorang anak memerlukan orang lain untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Bahasa yang diperoleh anak tidak diwariskan secara genetis atau keturunan, tetapi didapat dalam lingkungan yang menggunakan bahasa. c. Faktor Intelegensi. Intelengesi adalah daya atau kemampuan anak dalam berpikir atau bernalar atau kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Intelengesi ini bersifat abstrak dan tak dapat diamati secara langsung. d. Faktor Motivasi. Sumber motivasi pada umumnya dibagi menjadi dua yaitu motivasi dari dalam atau internal dan motivasi dari luar diri atau eksternal. Dia belajar bahasa karena kebutuhan dasar yang bersifat, seperti lapar, haus, serta perlu perhatian Kegiatan Pembelajaran 2 dan kasih sayang. Inilah yang disebut motivasi intrinsik yang berasal dari dalam diri anak sendiri. Untuk itu mereka juga memerlukan komunikasi dengan sekitarnya sebagai faktor eksternal.

3. Tahap-Tahap Pemerolehan Bahasa Anak

Perlu diketahui seorang anak tidak dengan tiba-tiba memiliki tata bahasa lengkap dengan semua kaidahnya dalam otak kecil mereka. Akan tetapi, tata bahasa itu diperolehnya dalam beberapa tahap dan dalam setiap tahapnya lebih mendekati tata bahasa dari bahasa orang dewasa. Tahap inilah yang oleh ahli bahasa disebut dengan pemerolehan bahasa. Ahli bahasa ada yang membagi tahap pemerolehan bahasa ke dalam tahap pralinguistik dan linguistik. Namun, pendapat ini disanggah oleh banyak orang yang berkata bahwa tahap pralinguistik itu tidak dapat dianggap bahasa yang permulaan karena bunyi-bunyi seperti tangisan dan rengekan dikendalikan oleh rangsangan stimulus semata-mata, yaitu respons otomatis anak pada rangsangan lapar, sakit, keinginan untuk digendong, dan perasaan senang. Tahap linguistik terdiri atas beberapa tahap, yaitu 1 tahap pengocehan babbling; 2 tahap satu kata holofrastis; 3 tahap dua kata; 4 tahap menyerupai telegram telegraphicspeech. a. Pemerolehan bunyi Vokalisasi Bunyi Sebelum belajar berbicara bayi secara alamiah bayi melakukan vokalisasi bunyi. Pada umur sekitar 6 minggu, bayi mulai mengeluarkan bunyi-bunyi dalam bentuk teriakan, rengekan, dengkur. Bunyi yang dikeluarkan oleh bayi mirip dengan bunyi konsonan atau vokal. Akan tetapi, bunyi-bunyi ini belum dapat dipastikan bentuk-nya karena memang terdengar dengan jelas. Sebagian ahli menyebutkan bahwa bunyi yang dihasilkan oleh bayi ini adalah bunyi-bunyi prabahasadekurvokalisasi bahasatahap cooing . Setelah tahap vokalisasi, bayi mulai mengoceh babling. Celotehan merupakan ujaran yang memiliki suku kata tunggal seperti mu, ma, bu, ba dan da. Ocehan ini terjadi pada usia antara 5 dan 6 bulan, tetapi ocehan dapat terjadi pada umur 8 sampai dengan 10 bulan. Pada tahap celoteh ini, anak sudah menghasilkan celoteh vokal dan konsonan yang berbeda seperti frikatif dan nasal. Pada tahap celoteh anak-anak juga mulai mencampur konsonan dengan