PEMBAHASAN 1 Prosiding SNMPM UNDIP 2015

kan tugas dengan kemampuan yang di- milikinya. Mengapa kemandirian belajar itu penting?. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sulistiyaningsih dkk 2013 [2] diperoleh suatu kesimpulan bahwa guru sebaiknya memperhatikan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran, karena kemandirian belajar siswa akan mem- pengaruhi kegiatan belajar siswa dan selanjutnya berpengaruh terhadap prestasi belajar. Dari hasil penelitian Rosyidah 2010 [3] didapat bahwa semakin tinggi tingkat kemandirian belajar, maka akan semakin tinggi hasil belajar matematika siswa. Senada dengan penelitian Rosyidah, hasil penelitian Tahar dkk 2006 [4] mengungkapkan bahwa jika semakin tinggi kemandirian belajar seseorang peserta didik, maka akan memungkinkannya untuk mencapai hasil belajar yang tinggi juga. Dari hasil penelitian-penelitian tersebut terlihat bahwa kemandirian belajar itu penting. Semakin tinggi tingkat keman- dirian belajar maka akan semakin tinggi pula hasil belajar matematika siswa. Jadi, kemandirian belajar akan mempengaruhi hasil belajar. 2. PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Kemandirian Belajar Self Regulated Learning Kata kemandirian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI Pusat Bahasa 872:2008 [5] adalah “hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain”. Kata kemandirian berasal dari kata dasar mandiri yang mendapat awalan ke dan akhiran an yang kemudian membentuk suatu kata keadaan atau kata benda. Kemandirian termasuk ke dalam lingkup sifat seseorang. Sifat merupakan struktur mental seseorang yang menunjukkan adanya suatu konsistensi karena keman- dirian merupakan salah satu segi dari sifat seseorang, maka dalam mempelajari konsep kemandirian harus dilihat sebagai bagian dari kepribadian atau karakter individu yang bersangkutan. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah sikap seseorang yang tidak bergantung pada orang lain, mempercayai dirinya dapat melakukan suatu hal dengan kemampuannya sendiri. Sedangkan pengertian belajar banyak dikemukakan oleh para ahli, antara lain sebagai berikut : 1. Djamarah 2011:13 [6], “Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari peng- alaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor”. Secara psikologi belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam meme- nuhi kebutuhan hidupnya. 2. Dimyati dan Mudjiono 2013:17 [7] menyatakan bahwa “Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari siswa dan dari guru. Dari siswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar”. 3. Teori belajar purposeful learning Slameto, 2013:15 [8]: “Purposeful learning adalah belajar yang dilakukan dengan sadar untuk mencapai tujuan dan yang: a dilakukan oleh siswa sendiri tanpa perintah atau bimbingan orang lain, b dilakukan siswa dengan bimbingan orang lain didalam situasi belajar-mengajar di sekolah”. Berdasarkan pendapat dan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebuah proses untuk mem-peroleh pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan yang mengakibatkan perubahan pemahaman, tingkah laku, dan sikap seseorang akibat adanya interaksi dengan lingkungan sekitar. Proses belajar ini dapat terjadi akibat kemauan sendiri atau atas dasar dorongan orang lain dan dapat terjadi 268 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNDIP 2015, ISBN: 978-979-097-402-9 dimanapun baik di sekolah maupun di rumah. Namun belajar yang baik adalah belajar atas kemaun sendiri, jika sesuatu dikerjakan atas kemauan sendiri maka kegiatan tersebut akan menarik dan men- yenangkan. Kemandirian belajar atau self- regulated learning SRL menurut Vohs dan Baumeister 2004:2 [9] mengungkap- kan salah satu definisi dari self-regulation: “one definition of “self-regulation” encompasses any efforts by the human self to alter any of its own inner states or response” yang diartikan self-regulation mencakup upaya apapun oleh diri manusia untuk mengubah atau menanggapi setiap bagian dari dalam diri sendiri. Senada dengan Vohs dan Baumeister, Tirtarahardja dan Sulo 2005:50 [10] adalah aktivitas belajar yang berlangsung- nya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri dari pembelajaran. Sedangkan Butler Sumarmo:2010 [11] mengemukakan bahwa SRL merupakan siklus kegiatan kognitif yang rekursif berulang-ulang yang memuat kegiatan: menganalisis tugas; memilih, mengadopsi, atau menemukan pendekatan strategi untuk mencapai tujuan tugas; dan memantau hasil dari strategi yang telah dilaksanakan. Senada dengan pernyataan di atas, Zimmerman Nakata:2010 [12] mendefinisikan SRL sebagai berikut: “Self-regulation as self-generated thoughts, feelings, and actions that are planned and cyclically adapted to the attainment of personal goals ”. SRL didefinisikan sebagai pemikiran, perasaan, dan tindakan yang dihasilkan sendiri, direncanakan dan secara siklus disesuaikan dengan pencapaian tujuan pribadi. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah kegiatan belajar atas kemauan sendiri yang dipengaruhi oleh pemikiran, perasaan, strategi, dan perilaku sendiri untuk pencapain tujuan dengan penuh tanggung jawab.

2.2 Siklus SRL

Menurut Schunk dan Zimmerman Sumarmo:2010 [13] terdapat tiga fase utama dalam siklus SRL yaitu: plan merancang belajar, monitor memantau kemajuan belajar selama menerapkan rancangan, dan evaluate mengevaluasi hasil belajar secara lengkap serta adanya reflection refleksi. Gambar 2.1 Siklus SRL Terdapat beberapa kegiatan pada setiap fase SRL tersebut, kegiatan dari fase merancang, memantau, mengevaluasi dan merefleksi tercermin pada tabel di bawah ini. Tabel 2.1 Kegiatan pada Fase SRL Sumber Schunk dan Zimmerman Sumarmo:2010 [14] Fase Kegiatan Merancang belajar 1. Menganalisis tugas belajar 2. Menetapkan tujuan pembelajaran pastikan tujuan tersebut sangat jelas 3. Merancang strategi pembelajaran mempertimbangkan berbagai cara untuk mendekati tugas belajar. Memantau Berlangsung kegiatan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri 1. Apakah strategi yang 269 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNDIP 2015, ISBN: 978-979-097-402-9 dilaksanakan sesuai dengan rencana? 2. Apakah saya kembali kepada kebiasaan lama? 3. Apakah saya tetap fokus? 4. Apakah strategi telah berjalan dengan baik? 5. Apakah saya perlu menyesuaikan strategi? Mengevaluasi Memuat kegiatan memeriksa bagaimana jalannya strategi. 1. Apakah strategi telah dilaksanakan dengan baik? evaluasi proses. 2. Hasil belajar apa yang telah dicapai? evaluasi produk 3. Sesuaikah strategi dengan jenis tugas belajar yang dihadapi? Merefleksi Pada dasarnya tahap ini tidak hanya berlangsung pada tahap keempat dalam siklus self regulated learning , namun refleksi berlangsung pada tiap tahap selama silkus berjalan. Dari fase-fase tersebut terlihat bahwa kemandirian dalam belajar merupakan hal yang penting, dengan melalui fase-fase tersebut banyak kegiatan yang dilakukan siswa dari merancang, memantau, mengevaluasi serta merefleksi pada setiap kegiatan yang dilakukan. Pada pembelajaran Matematika fase-fase tersebut sangat penting, pada fase merancang terlihat kegiatan siswa mulai dari menganalisis tugas, menganalisis merupakan keterampilang Matematika yang seharusnya dikembangkan, lalu ada kegiatan menetapkan tujuan dan mencari cara bagaimana cara mengerjakan tugas, hal inipun melatih pemikiran mandiri siswa. Pada fase memantau siswa dapat mengontrol diri mereka sendiri, apakah setiap kegiatan belajar telah sesuai dengan rencana? jika siswa dapat mengontrol kegiatan belajar mereka maka kemandi- rianpun dengan sendirinya akan terbentuk. Pada fase mengevaluasi siswa diharapkan dapat memeriksa pekerjaan mereka, dengan melihat hasil-hasil dari kegiatan belajar, apakah telah berjalan dengan baik, hasil belajar apa yang telah didapat dan sesuaikah pendekatan yang digunakan. Pada setiap fase tersebut akan selalu ada fase refleksi, refleksi tidak hanya terdapat diakhir pembelajaran namun dalam seluruh kegiatan pembelajaran. Pintrich Nodoushan:2012 [15] menyarankan empat fase pada self- regulation yang biasa disebut model temporal dengan tahap-tahap sebagai berikut: 1 Pemikiran: meliputi perencanaan, penetapan tujuan dan aktivasi; 2 Pemantauan: meliputi pemantauan proses pembelajaran; 3 Manajemen: mencakup penggunaan strategi regulasi dan kontrol; dan 4 Refleksi: meliputi evaluasi, penilaian, dan atribusi setelah episode belajar. Empat fase yang dikemukakan oleh Pintrich senada dengan fase SRL yang dikemukakan oleh Schunk dan Zimmerman, begitupula Kegiatan-kegiatan yang ada pada fase tersebut. Namun fase refleksi merupakan fase akhir menurut pendapat Pintrich sedangkan menurut Schunk dan Zimmerman refleksi berlangsuang pada tiap fase selama silkus berjalan. 270 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNDIP 2015, ISBN: 978-979-097-402-9

2.3 Kaitan Kemandirian Belajar dengan

Pembelajaran Matematika Kemandirian dapat berasal dari dalam diri sendiri atau dari dorongan orang lain, hal ini sejalan dengan teori purposeful learning dalam Slameto yang telah di- kemukakan di atas, Purposeful learning adalah belajar yang dilakukan dengan sadar untuk mencapai tujuan dan yang dilakukan oleh siswa sendiri tanpa perintah atau bimbingan orang lain, atau dilakukan siswa dengan bimbingan orang lain di- dalam situasi belajar-mengajar di sekolah, jadi untuk mencapai kemandirian tersebut dapat juga dilatih oleh orang-orang di- sekitar. Kemandirian belajar dapat dipan-dang sebagai suatu proses dan hasil. Kemandirian belajar sebagai proses mengandung makna bahwa siswa mempu- nyai tanggung jawab dalam mencapai tujuan belajar dengan cara merencanakan, mengontrol, mengevaluasi serta merefleksi kegitan belajarnya tanpa tergantung kepada orang lain, guru, atau faktor eksternal lainnya. Sedangkan kemandirian sebagai hasil mengandung makna bahwa setelah mengikuti pembelajaran atau setelah mendapatkan beberapa perlakuan siswa menjadi mandiri. Sumarmo 2010 [16] Manyatakan: “Pembelajaran matematika diarahkan untuk mengembangkan 1 kemampuan berfikir matematis yang meliputi: pemaha- man, pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, dan koneksi matematis, 2 kemampuan berfikir kritis, sikap yang terbuka dan obyektif, serta 3 disposisi matematis atau kebiasaan, dan sikap belajar berkualitas yang tinggi. Kebiasaan dan sikap belajar yang dimaksud antara lain terlukis pada karakteristik utama SRL yaitu: 1 Menganalisis kebutuhan belajar matematika, merumuskan tujuan dan merancang program belajar 2 Memilih dan menerapkan strategi belajar, 3 Memantau dan mengevaluasi diri apakah strategi telah dilaksanakan dengan benar, memeriksa hasil proses dan produk, serta merefleksi untuk memperoleh umpan balik”. Karakter dalam SRL melukiskan sikap belajar berkualitas tinggi dan sangat dibutuhkan pada pembelajaran Matemati- ka. Mengapa kebiasaan dan sikap dalam pembelajaran Matematika terlukis pada karakteristik utama SRL? Ini dikarenakan pada kegiatan di setiap fase membangun kemampuan Matematis. Misalnya pada fase merancang siswa harus menganalisis tujuan belajarnya, membuat tujuan belajar dan merencanakan strategi apa yang akan digunakan, dari kegiatan tersebut akan berkembang kemampuan matematis seperti pemahaman, analisis, dan pemecahan masalah, jika peserta didik dapat memahami, menganalisis dan memecahkan suatu permasalahan maka akan timbul kemampuan kritis, dimana dalam pem- belajaran Matematika hal tersebut merupa- kan kemampuan yang ingin dicapai. Pada fase memantau dan mengevaluasi, peserta didik belajar mengkomunikasikan dan mengkoneksikan rencana-rencana yang dibuatnya pada masa perencanaan. Misalnya peserta didik bertanya pada dirinya sendiri, apakah strategi yang dilaksanakan sesuai dengan rencana? apakah saya kembali kepada kebiasaan lama? apakah saya tetap fokus? apakah strategi telah berjalan dengan baik? apakah saya perlu menyesuaikan strategi?. Lalu pada fase mengevaluasi, peserta didik dapat mengembangkan kemampuan komu- nikasi dan koneksi dengan cara memeriksa bagaimana jalannya strategi. Misal dengan membuat pertanyaan apakah strategi telah dilaksanakan dengan baik? evaluasi proses. Hasil belajar apa yang telah di- capai? evaluasi produk. Sesuaikah strategi dengan jenis tugas belajar yang di- hadapi?. Jika peserta didik dapat menerap- kan siklus SRL pada pembelajaran Mate- matika maka kemampuan-kemampuan matematis yang ingin dikembangkan akan berkembang dengan baik. Berdasarkan definisi dan fase-fase SRL yang dikemukakan oleh Schunk dan Zimmerman, Vohs dan Baumeister, dan 271 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNDIP 2015, ISBN: 978-979-097-402-9 Pintrich dapat disimpulkan ciri-ciri siswa yang mandiri dalam belajar, yaitu: 1. Tidak menyandarkan diri pada orang lain 2. Percaya pada kemampuan diri 3. Mau berbuat sendiri 4. Bertanggung jawab 5. Merencanakan pembelajaran 6. Memantau pembelajaran 7. Mengevaluasi pembelajaran, dan 8. Merefleksi pembelajaran Dari ciri-ciri di atas dapat dibuat indikator kemandirian belajar, siswa di- kategorikan mandiri jika: 1. Dapat berdiri sendiri 2. Dapat percaya pada kemampuan diri 3. Dapat bertanggung jawab 4. Dapat merencanakan pembelajaran 5. Dapat memantau pembelajaran 6. Dapat mengevaluasi pembelajaran, dan 7. Dapat merefleksi pembelajaran Kemandirian belajar tersebut dapat diukur selama pembelajaran, baik didalam kelas maupun diluar kelas melalui beberapa cara misalnya dengan observasi dan wawancara berdasarkan indikator yang diinginkan.

3. KESIMPULAN