kan tugas dengan kemampuan yang di- milikinya.
Mengapa kemandirian belajar itu penting?. Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Sulistiyaningsih dkk 2013 [2] diperoleh suatu kesimpulan bahwa guru
sebaiknya memperhatikan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran, karena
kemandirian belajar siswa akan mem- pengaruhi kegiatan belajar siswa dan
selanjutnya berpengaruh terhadap prestasi belajar. Dari hasil penelitian Rosyidah
2010 [3] didapat bahwa semakin tinggi tingkat kemandirian belajar, maka akan
semakin tinggi hasil belajar matematika siswa. Senada dengan penelitian Rosyidah,
hasil penelitian Tahar dkk 2006 [4] mengungkapkan bahwa jika semakin tinggi
kemandirian belajar seseorang peserta didik, maka akan memungkinkannya
untuk mencapai hasil belajar yang tinggi juga.
Dari hasil
penelitian-penelitian tersebut terlihat bahwa kemandirian belajar
itu penting. Semakin tinggi tingkat keman- dirian belajar maka akan semakin tinggi
pula hasil belajar matematika siswa. Jadi, kemandirian belajar akan mempengaruhi
hasil belajar.
2. PEMBAHASAN 2.1
Pengertian Kemandirian Belajar Self Regulated Learning
Kata kemandirian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI Pusat
Bahasa 872:2008 [5] adalah “hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa
bergantung pada
orang lain”.
Kata kemandirian
berasal dari kata dasar mandiri
yang mendapat awalan ke dan akhiran an yang kemudian membentuk
suatu kata keadaan atau kata benda. Kemandirian termasuk ke dalam lingkup
sifat seseorang. Sifat merupakan struktur mental seseorang yang menunjukkan
adanya suatu konsistensi karena keman- dirian merupakan salah satu segi dari sifat
seseorang,
maka dalam
mempelajari konsep kemandirian harus dilihat sebagai
bagian dari kepribadian atau karakter individu yang bersangkutan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa kemandirian adalah sikap seseorang yang tidak bergantung
pada orang lain, mempercayai dirinya dapat
melakukan suatu
hal dengan
kemampuannya sendiri. Sedangkan pengertian belajar banyak
dikemukakan oleh para ahli, antara lain sebagai berikut :
1. Djamarah 2011:13 [6], “Belajar
adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari peng- alaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya
yang menyangkut
kognitif, afektif
dan psikomotor”.
Secara psikologi belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam meme-
nuhi kebutuhan hidupnya.
2. Dimyati dan Mudjiono 2013:17 [7]
menyatakan bahwa “Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar
merupakan hal
yang kompleks.
Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari
siswa dan dari guru. Dari siswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa
mengalami
proses mental
dalam menghadapi bahan belajar”.
3. Teori belajar purposeful learning
Slameto, 2013:15 [8]: “Purposeful learning
adalah belajar yang dilakukan dengan sadar untuk mencapai tujuan
dan yang: a dilakukan oleh siswa sendiri tanpa perintah atau bimbingan
orang lain, b dilakukan siswa dengan bimbingan orang lain didalam situasi
belajar-mengajar di sekolah”.
Berdasarkan pendapat dan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah sebuah proses untuk mem-peroleh pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan
yang mengakibatkan
perubahan pemahaman, tingkah laku, dan sikap
seseorang akibat adanya interaksi dengan lingkungan sekitar. Proses belajar ini dapat
terjadi akibat kemauan sendiri atau atas dasar dorongan orang lain dan dapat terjadi
268
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNDIP 2015, ISBN: 978-979-097-402-9
dimanapun baik di sekolah maupun di rumah. Namun belajar yang baik adalah
belajar atas kemaun sendiri, jika sesuatu dikerjakan atas kemauan sendiri maka
kegiatan tersebut akan menarik dan men- yenangkan.
Kemandirian belajar
atau self-
regulated learning SRL menurut Vohs
dan Baumeister 2004:2 [9] mengungkap- kan salah satu definisi dari self-regulation:
“one definition
of “self-regulation”
encompasses any efforts by the human self to alter any of its own inner states or
response” yang diartikan
self-regulation mencakup upaya apapun oleh diri manusia
untuk mengubah atau menanggapi setiap bagian dari dalam diri sendiri. Senada
dengan Vohs
dan Baumeister,
Tirtarahardja dan Sulo 2005:50 [10] adalah aktivitas belajar yang berlangsung-
nya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri
dari pembelajaran. Sedangkan Butler Sumarmo:2010 [11]
mengemukakan bahwa SRL merupakan siklus kegiatan
kognitif yang rekursif berulang-ulang yang memuat kegiatan: menganalisis
tugas; memilih,
mengadopsi, atau
menemukan pendekatan strategi untuk mencapai tujuan tugas; dan memantau
hasil dari strategi yang telah dilaksanakan. Senada
dengan pernyataan
di atas,
Zimmerman Nakata:2010
[12] mendefinisikan SRL sebagai berikut:
“Self-regulation as
self-generated thoughts, feelings, and actions that are
planned and cyclically adapted to the attainment of personal goals
”. SRL didefinisikan sebagai pemikiran, perasaan,
dan tindakan yang dihasilkan sendiri, direncanakan dan secara siklus disesuaikan
dengan pencapaian tujuan pribadi.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian
belajar adalah kegiatan belajar atas kemauan sendiri yang dipengaruhi oleh
pemikiran, perasaan, strategi, dan perilaku sendiri untuk pencapain tujuan dengan
penuh tanggung jawab.
2.2 Siklus SRL
Menurut Schunk dan Zimmerman Sumarmo:2010 [13] terdapat tiga fase
utama dalam siklus SRL yaitu: plan merancang belajar, monitor memantau
kemajuan belajar selama menerapkan rancangan, dan evaluate mengevaluasi
hasil belajar secara lengkap serta adanya reflection refleksi.
Gambar 2.1 Siklus SRL
Terdapat beberapa kegiatan pada setiap fase SRL tersebut, kegiatan dari
fase merancang, memantau, mengevaluasi dan merefleksi tercermin pada tabel di
bawah ini.
Tabel 2.1 Kegiatan pada Fase SRL
Sumber Schunk dan Zimmerman Sumarmo:2010 [14]
Fase Kegiatan
Merancang belajar
1. Menganalisis tugas
belajar 2.
Menetapkan tujuan pembelajaran pastikan
tujuan tersebut sangat jelas
3. Merancang strategi
pembelajaran mempertimbangkan
berbagai cara untuk mendekati tugas
belajar.
Memantau Berlangsung kegiatan
mengajukan pertanyaan pada diri sendiri
1. Apakah strategi yang
269
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNDIP 2015, ISBN: 978-979-097-402-9
dilaksanakan sesuai dengan rencana?
2. Apakah saya kembali
kepada kebiasaan lama?
3. Apakah saya tetap
fokus? 4.
Apakah strategi telah berjalan dengan baik?
5. Apakah saya perlu
menyesuaikan strategi?
Mengevaluasi Memuat kegiatan
memeriksa bagaimana jalannya strategi.
1. Apakah strategi telah
dilaksanakan dengan baik? evaluasi
proses. 2.
Hasil belajar apa yang telah dicapai?
evaluasi produk 3.
Sesuaikah strategi dengan jenis tugas
belajar yang dihadapi?
Merefleksi Pada dasarnya tahap ini
tidak hanya berlangsung pada tahap
keempat dalam siklus self regulated learning
, namun refleksi
berlangsung pada tiap tahap selama silkus
berjalan.
Dari fase-fase tersebut terlihat bahwa
kemandirian dalam
belajar merupakan hal yang penting, dengan
melalui fase-fase tersebut banyak kegiatan yang dilakukan siswa dari merancang,
memantau, mengevaluasi serta merefleksi pada setiap kegiatan yang dilakukan.
Pada pembelajaran Matematika fase-fase tersebut sangat penting, pada fase
merancang terlihat kegiatan siswa mulai dari menganalisis tugas, menganalisis
merupakan keterampilang
Matematika yang seharusnya dikembangkan, lalu ada
kegiatan menetapkan tujuan dan mencari cara bagaimana cara mengerjakan tugas,
hal inipun melatih pemikiran mandiri siswa. Pada fase memantau siswa dapat
mengontrol diri mereka sendiri, apakah setiap kegiatan belajar telah sesuai dengan
rencana? jika siswa dapat mengontrol kegiatan belajar mereka maka kemandi-
rianpun dengan sendirinya akan terbentuk. Pada fase mengevaluasi siswa diharapkan
dapat
memeriksa pekerjaan
mereka, dengan melihat hasil-hasil dari kegiatan
belajar, apakah telah berjalan dengan baik, hasil belajar apa yang telah didapat dan
sesuaikah pendekatan yang digunakan. Pada setiap fase tersebut akan selalu ada
fase refleksi, refleksi tidak hanya terdapat diakhir pembelajaran namun dalam seluruh
kegiatan pembelajaran.
Pintrich Nodoushan:2012 [15] menyarankan empat fase pada self-
regulation yang biasa disebut model
temporal dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1
Pemikiran: meliputi perencanaan,
penetapan tujuan dan aktivasi; 2
Pemantauan: meliputi pemantauan
proses pembelajaran; 3
Manajemen: mencakup penggunaan
strategi regulasi dan kontrol; dan 4
Refleksi: meliputi evaluasi, penilaian,
dan atribusi setelah episode belajar. Empat fase yang dikemukakan oleh
Pintrich senada dengan fase SRL yang dikemukakan
oleh Schunk
dan Zimmerman, begitupula Kegiatan-kegiatan
yang ada pada fase tersebut. Namun fase refleksi merupakan fase akhir menurut
pendapat Pintrich sedangkan menurut Schunk
dan Zimmerman
refleksi berlangsuang pada tiap fase selama silkus
berjalan.
270
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNDIP 2015, ISBN: 978-979-097-402-9
2.3 Kaitan Kemandirian Belajar dengan
Pembelajaran Matematika
Kemandirian dapat berasal dari dalam diri sendiri atau dari dorongan orang lain,
hal ini sejalan dengan teori purposeful learning
dalam Slameto yang telah di- kemukakan di atas, Purposeful learning
adalah belajar yang dilakukan dengan sadar untuk mencapai tujuan dan yang
dilakukan oleh siswa sendiri tanpa perintah atau bimbingan orang lain, atau dilakukan
siswa dengan bimbingan orang lain di- dalam situasi belajar-mengajar di sekolah,
jadi untuk mencapai kemandirian tersebut dapat juga dilatih oleh orang-orang di-
sekitar.
Kemandirian belajar dapat dipan-dang sebagai
suatu proses
dan hasil.
Kemandirian belajar
sebagai proses
mengandung makna bahwa siswa mempu- nyai tanggung jawab dalam mencapai
tujuan belajar dengan cara merencanakan, mengontrol, mengevaluasi serta merefleksi
kegitan belajarnya tanpa tergantung kepada orang lain, guru, atau faktor eksternal
lainnya. Sedangkan kemandirian sebagai hasil mengandung makna bahwa setelah
mengikuti
pembelajaran atau
setelah mendapatkan beberapa perlakuan siswa
menjadi mandiri. Sumarmo 2010 [16] Manyatakan:
“Pembelajaran matematika
diarahkan untuk mengembangkan 1 kemampuan
berfikir matematis yang meliputi: pemaha- man, pemecahan masalah, penalaran,
komunikasi, dan koneksi matematis, 2 kemampuan berfikir kritis, sikap yang
terbuka dan obyektif, serta 3 disposisi matematis atau kebiasaan, dan sikap
belajar berkualitas yang tinggi. Kebiasaan dan sikap belajar yang dimaksud antara
lain terlukis pada karakteristik utama SRL yaitu: 1 Menganalisis kebutuhan belajar
matematika, merumuskan tujuan dan merancang program belajar 2 Memilih
dan menerapkan strategi belajar, 3 Memantau dan mengevaluasi diri apakah
strategi telah dilaksanakan dengan benar, memeriksa hasil proses dan produk, serta
merefleksi untuk memperoleh umpan balik”.
Karakter dalam SRL melukiskan sikap belajar berkualitas tinggi dan sangat
dibutuhkan pada pembelajaran Matemati- ka. Mengapa kebiasaan dan sikap dalam
pembelajaran Matematika terlukis pada karakteristik utama SRL? Ini dikarenakan
pada kegiatan di setiap fase membangun kemampuan Matematis. Misalnya pada
fase merancang siswa harus menganalisis tujuan belajarnya, membuat tujuan belajar
dan merencanakan strategi apa yang akan digunakan, dari kegiatan tersebut akan
berkembang kemampuan matematis seperti pemahaman, analisis, dan pemecahan
masalah,
jika peserta
didik dapat
memahami, menganalisis dan memecahkan suatu permasalahan maka akan timbul
kemampuan kritis, dimana dalam pem- belajaran Matematika hal tersebut merupa-
kan kemampuan yang ingin dicapai. Pada fase memantau dan mengevaluasi, peserta
didik belajar mengkomunikasikan dan mengkoneksikan rencana-rencana yang
dibuatnya
pada masa
perencanaan. Misalnya peserta didik bertanya pada
dirinya sendiri, apakah strategi yang dilaksanakan sesuai dengan rencana?
apakah saya kembali kepada kebiasaan lama? apakah saya tetap fokus? apakah
strategi telah berjalan dengan baik? apakah saya perlu menyesuaikan strategi?.
Lalu pada fase mengevaluasi, peserta didik dapat mengembangkan kemampuan komu-
nikasi dan koneksi dengan cara memeriksa bagaimana jalannya strategi. Misal dengan
membuat pertanyaan apakah strategi telah dilaksanakan dengan baik? evaluasi
proses. Hasil belajar apa yang telah di- capai?
evaluasi produk.
Sesuaikah strategi dengan jenis tugas belajar yang di-
hadapi?. Jika peserta didik dapat menerap- kan siklus SRL pada pembelajaran Mate-
matika maka
kemampuan-kemampuan matematis yang ingin dikembangkan akan
berkembang dengan baik. Berdasarkan definisi dan fase-fase
SRL yang dikemukakan oleh Schunk dan Zimmerman, Vohs dan Baumeister, dan
271
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNDIP 2015, ISBN: 978-979-097-402-9
Pintrich dapat disimpulkan ciri-ciri siswa yang mandiri dalam belajar, yaitu:
1. Tidak menyandarkan diri pada orang
lain 2.
Percaya pada kemampuan diri 3.
Mau berbuat sendiri 4.
Bertanggung jawab 5.
Merencanakan pembelajaran 6.
Memantau pembelajaran 7.
Mengevaluasi pembelajaran, dan 8.
Merefleksi pembelajaran Dari ciri-ciri di atas dapat dibuat
indikator kemandirian belajar, siswa di- kategorikan mandiri jika:
1. Dapat berdiri sendiri
2. Dapat percaya pada kemampuan diri
3. Dapat bertanggung jawab
4. Dapat merencanakan pembelajaran
5. Dapat memantau pembelajaran
6. Dapat mengevaluasi pembelajaran, dan
7. Dapat merefleksi pembelajaran
Kemandirian belajar tersebut dapat diukur selama pembelajaran, baik didalam
kelas maupun
diluar kelas
melalui beberapa cara misalnya dengan observasi
dan wawancara berdasarkan indikator yang diinginkan.
3. KESIMPULAN