Astrositoma dengan menggunakan data dari Laboratorium Radiologi FKUI, Jakarta. Data
diambil dari 36 orang pasien pengidap Astrositoma
dengan derajat
keganasan tertentu yang tidak dibatasi jenis kelamin
maupun usia. Dari data yang ada, sebagian digunakan sebagai
data training
yang digunakan
untuk membentuk
model klasifikasi, sedangkan sisanya digunakan
sebagai
data testing
untuk menentukan keakuratan klasifikasi yang telah terbentuk
sebagai hasil dari pengaplikasian Algoritma 1. Pada percobaan digunakan Algoritma
1 yang dibangun pada makalah ini dan Algoritma
Fuzzy C-Means
sebagai pembanding. Pada Algoritma Fuzzy Kernel
C-Means FKCM, digunakan fungsi Kernel Gaussian dengan parameter
. Pada setiap percobaan, untuk suatu
data testing
tertentu, dilakukan 10 kali pengulangan, dimana pengambilan data dilakukan secara
acak.
Hasil rata-rata keakuratan klasifikasi tingkat
keganasan Astrositoma
dengan menggunakan Algoritma 1 maupun Fuzzy C-
Means FCM dapat dilihat pada Tabel 1. Dapat dilihat bahwa dibandingkan dengan
metode FCM, metode FKCM memberikan keakuratan klasifikasi yang lebih baik.
Tabel 1. Presentase Keakuratan Klasifikasi Tingkat Keganasan Astrositoma dengan
Menggunakan FCM dan FKCM
Data Training
FCM FKCM
10 65
70 20
70 85
30 67
80 40
70 84
50 73
85 60
85 90
70 80
94 80
78 92
90 85
99
7. Kesimpulan
Pada makalah ini diberikan algoritma Fuzzy Kernel C-Means FKCM yang
digunakan untuk mengklasifikasi data MRS ke dalam 4 kelas Astrositoma yang dibedakan
berdasarkan
derajat keganasannya.
Berdasarkan hasil percobaan terlihat bahwa penggunaan
fungsi kernel
dapat meningkatkan keakuratan klasifikasi.
Penelitian ini
dapat dilanjutkan
dengan mengembangkan metode lain yang lebih akurat untuk menentukan derajat
keganasan Astrositoma. Serta dimungkinkan untuk menggunakan kernel non-parametrik
pada metode kernel yang digunakan pada penelitian ini.
Ucapan terima kasih
Penulis mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada Dr.
Jacob Pandelaki dari Departemen Radiologi FK UI atas saran yang diberikan maupun
materi tentang Astrositoma. Serta kepada pimpinan laboratorium Radiologi FKUI yang
telah
mengizinkan penggunaan
data Astrositoma dalam penelitian ini.
8. Daftar Pustaka
[1] B. Kennedy dan J. E. Harris,
Astrocytoma, Medscape,
http:emedicine.medscape.comarticle
39
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNDIP 2015, ISBN: 978-979-097-402-9
283453-overview , diunduh pada: 4 Mei
2015. [2]
D. J. Brat dan T. B. Mapstome , ”Malignant
Glioma Physiology:
Cellular Response to hypoxia and Its Role in Tumor Progression
”,
Ann Intern Med
., pp. 659-68, 2003. [3]
M. Bernstein dan M. S. Berger, Neuro- Oncology The Essentials, New York:
Thieme, 2000.
[4] C. Z. Ye, J. Yang, D. Y. Geng, Y.
Zhou, dan N. Y. Chen, “Fuzzy Rules to
Predict Degree of Malignancy in Brain Glioma
”,
Med. Biol. Eng. Comput.
, 40, pp. 145-152, 2002.
[5] A. Fikri, Z. Rustam, dan J. Pandelaki,
“
Brain Cancer
Astrocytoma Clustering
menggunakan Metode
Fuzzy C-Means ”,
Prosiding Seminar Nasional Matematika 2010, FMIPA
UI
, 1, ISSN: 1907 – 2562, 2010.
[6] A. P. Wibowo, Z. Rustam, dan J.
Pandelaki, “
Clustering Brain Cancer
Menggunakan Metode Possibilistic C- Means
”,
Prosiding Seminar Nasional Matematika 2010, FMIPA UI
, 1, ISSN: 1907
– 2562, 2010. [7]
A. Krismanti, Z. Rustam, dan J. Pandelaki,
“Aplikasi Spherical K- Means pada Pengklasifikasian
Brain Cancer
”,
Prosiding Seminar Nasional Matematika 2010, FMIPA UI
, 1, ISSN: 1907
– 2562, 2010. [8]
J. Bezdek, Pattern Recognition with Fuzzy Objective Function Algorithms,
New York: Plenum, 1981.
[9] V. N. Vapnik, Statistical Learning
Theory, New York: Wiley, 1998. [10] B. Scholkopf, A. Smola dan K. R.
Muller, “An Nonlinear Component
Analysis as a Kernel Eigenvalue Problem
”,
Neural Computation
, 10, No. 3, pp. 1299-1319, 1998.
[11] N. Cristianini dan J. S. Taylor, An Introduction to SVMs and Other
kernel-based Learning
Methods, Cambridge:
Cambridge University
Press, 2000. [12] K. R. Muller, S. Mika, G. Ratsch, K.
Tsuda dan
B. Scholkopf,
“An Introduction to Kernel-Based Learning
Algorithms ”,
IEEE Trans. On Neural Networks
, 12, No. 2, 2001. [13] R. Krishnapuram dan J. Keller,
“Possibilitic C-Means : Insight and Recommendations
Approach to
Clustering ”,
IEEE Trans. Fuzzy Syst
., 4, No. 3, pp.385-393, 1996.
[14] N. B. Karayiannis, “An Soft Learning
Vector Quantization and Clustering Algorithms
Base on
Ordered Aggregation Operators”, IEEE Trans.
On Neural Networks, 11, No. 5, 2000.
[15] N. B. Karayiannis dan J. Bezdek, “An
Integrated Approach to Fuzzy Learning Vector Quantization and Fuzzy C-
Means ”,
IEEE Trans. Fuzzy Systems
, 5, No. 4, pp. 622-628, 1997.
40
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNDIP 2015, ISBN: 978-979-097-402-9
PENERAPAN PROGRAM LINIER FUZZY TIDAK PENUH UNTUK OPTIMASI PRODUKSI JENANG DAN MINO PADA HOME INDUSTRY “LABA-LABA”
Rizky Handayani
1
, Bambang Irawanto
2 1
PS Matematika FMIPA UGM,
2
Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro
1
Sekip Utara BLS 21 Yogyakarta 55281,
2
Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang
2
Abstrak. Program linear merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan biaya
yang dinyatakan dalam sebuah fungsi linear yang disebut fungsi objektif dengan syarat-syarat atau kendala yang dinyatakan dalam bentuk persamaan atau pertidaksamaan linear. Namun dalam beberapa
situasi dijumpai fungsi objektif atau kendala yang tidak tegas atau fuzzy. Penyelesaian dengan metode simpleks atau grafik hanya berlaku untuk kendala atau fungsi objektif yang tegas, demikian pula
halnya dengan program aplikasi POM-QM for Windows 3. Masalah optimasi produksi jenang dan mino adalah masalah menentukan keuntungan maksimum dari pembuatan makanan khas daerah
Klampok yaitu jenang dan mino. Masalah ini dapat dinyatakan dalam sebuah model program linier fuzzy tidak penuh. Nilai fuzzy yang dimaksud adalah keuntungan dari produk jenang dan mino,
dengan asumsi bahwa nilai tersebut linear maka penerapan bilangan trapezoidal fuzzy dalam masalah program linear fuzzy tidak penuh akan diubah menjadi model masalah program linear tegas
menggunakan fungsi ranking untuk kemudian hasilnya dapat disimulasikan dengan aplikasi POM-QM for Windows 3.
Kata kunci: program linear fuzzy tidak penuh, bilangan trapezoidal fuzzy, fungsi ranking, program linear
1.
PENDAHULUAN
Salah satu masalah yang dihadapi oleh para pengusaha home industry
makanan khas daerah Klampok adalah menentukan
jumlah produksi
yang optimum sehingga diperoleh keuntungan
yang maksimum. Hal ini dapat dimaklumi mengingat keuntungan yang diperoleh para
pengusaha tersebut besarnya tidak dapat ditentukan. Jika musim liburan atau hari
raya keuntungan yang diperoleh bisa mencapai dua kali lipat atau lebih dari hari
biasa, akan tetapi keuntungan yang diperoleh pun bisa mengalami penurunan
jika sepi pembeli. Sehingga keuntungan yang diperoleh tidaklah pasti nilainya.
Program linear adalah suatu teknik dalam riset operasi untuk memecahkan
masalah optimasi memaksimumkan atau meminimumkan dengan menggunakan
persamaan pertidaksamaan linear dalam mencari pemecahan yang optimum dengan
memperhatikan batasan-batasan yang ada. Agar
persoalan dapat
dipecahkan menggunakan
program linear
maka persoalan harus dapat dirumuskan secara
matematis, fungsi objektif harus dibuat optimum, fungsi objektif dan kendala atau
batasan harus linear, semua batasan harus dinyatakan
dalam persamaan
atau pertidaksamaan
linear dan
semua variabelnya harus tidak negatif.
Dalam hal ini persoalan yang timbul adalah berapa besar masing-masing jenis
produk harus diproduksi sehingga hasil penjualan maksimum. Masalah lain yang
muncul adalah nilai keuntungan yang tidak tegas atau fuzzy menyebabkan persoalan
tidak dapat diselesaikan dengan mudah mengingat belum tersedia algoritma untuk
penyelesaian masalah program linear fuzzy.
Teori himpunan
fuzzy dapat
digunakan untuk menangani masalah ketidakpastian
tersebut dengan
memperkenalkan himpunan
yang dinyatakan
dengan suatu
fungsi keanggotaan yang memetakan setiap
domain pada himpunan fuzzy ke tepat satu bilangan real pada interval tertutup [0,1].
Teori himpunan fuzzy banyak diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu seperti dalam
program
linier. Kemudian
dengan menerapkan bilangan trapezoidal fuzzy,
masalah program linear fuzzy diubah menjadi masalah program linear tegas
dengan menggunakan fungsi ranking untuk kemudian diselesaikan dengan metode
41
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNDIP 2015, ISBN: 978-979-097-402-9
yang sudah tersedia yaitu metode simpleks atau grafik.
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bilangan Trapezoidal Fuzzy
Definisi 2.1. [1] Bilangan fuzzy disebut bilangan
trapezoidal fuzzy
apabila memiliki fungsi keanggotaan sebagai
berikut:
= 1 −
− , − ≤ 1, ≤ ≤
1 − − ,
≤ +
0, .
Definisi 2.2. [1] Bilangan trapezoidal fuzzy dapat dinyatakan dengan
= , , , dengan
≠ , 0, 0 dan
, , , ∈ ℝ. Core dari bilangan trapezoidal fuzzy
adalah [ , ] dan support dari bilangan
trapezoidal fuzzy adalah − ,
+ .
Definisi 2.3. [1] Diberikan dua bilangan trapezoidal fuzzy yaitu
= , , ,
dan = , , , , dengan , ∈
ℝ dan , , , , , , , ∈ ℝ.
Operasi dari bilangan trapezoidal fuzzy didefinisikan sebagai berikut:
1. Negasi:
− = − , − , , 2.
Penjumlahan: + =
+ , + , + , +
3. Pengurangan:
− = − ,
− , + , + 4.
Perkalian dengan skalar: • untuk
≥ 0, ∈ ℝ maka = , , ,
• untuk 0, ∈ ℝ maka
= , , − , − .
Definisi 2.4. [1] Nilai fungsi ranking yang digunakan untuk mengurutkan bilangan
trapezoidal fuzzy didefinisikan: ℜ
=
,
-
.
+
1
− dengan
= , , , , ∈ ℝ .
Definisi 2.5. [1] Sifat-sifat relasi yang digunakan untuk mengurutkan setiap
bilangan trapezoidal fuzzy , ∈ ℝ
dan skalar ∈ ℝ didefinisikan sebagai
berikut: jika ℜ
ℜ23, jika
ℜ 423, dan = jika ℜ
= ℜ23.
2.2. Program Linier
Fuzzy Tidak
Penuh
Salah satu bentuk program linear fuzzy
tidak penuh yaitu program linier dengan koefisien fungsi tujuan fuzzy.
Secara umum bentuk masalah program linier dengan koefisien fungsi tujuan fuzzy
dirumuskan sebagai berikut [1]: Memaksimalkan atau meminimalkan
5̃ = ∑
8̃
9 9 :
9;0
3.1.1 terhadap
∑
9 9 :
9;0
≤, ≥ ,
= 1,2, … , ? 3.1.2
9
≥ 0, = 1,2, … , 3.1.3
Langkah-langkah metode simpleks untuk menyelesaikan masalah program linear
dengan koefisien fungsi tujuan fuzzy dirumuskan sebagai berikut [1]:
1. Mengubah bentuk umum masalah
program linear dengan koefisien fungsi tujuan fuzzy ke dalam bentuk
standar, yaitu dengan menambah variabel tambahan atau variabel
semu.
2. Menyusun tabel simpleks awal
masalah program linear dengan koefisien fungsi tujuan fuzzy dalam
bentuk standar
dengan syarat
bahwa kendala
utama sudah
tersusun Gauss-Jordan dengan ruas kanan sudah tak negatif.
3. Menguji keoptimalan pada tabel
awal dengan melihat nilai
A9
= ℜ25̃
9
− 8̃
9
3 untuk semua . Jika
A9
≥ 0 untuk semua maka tabel dikatakan optimal.
4. Jika tabel awal belum optimal,
maka langkah selanjutnya adalah memperbaiki
tabel dengan
mengganti satu variabel basis. Mengganti variabel basis dilakukan
dengan dua aturan, yaitu: i.
KUNCI I
Entering Variable
42
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNDIP 2015, ISBN: 978-979-097-402-9
Pilih B, sehingga
AC
= minG
A9
H. dengan
B adalah kolom ke- B variabel yang bukan basis.
ii. KUNCI
II Leaving
Variable Pilih
baris ke-
I yang memenuhi
4 =
J
KL
J
KM
= min N
J
OL
J
OM
|
C
0Q, dengan I adalah variabel basis yang
keluar. Jika
ditemukan
C
0, maka
proses dihentikan, karena masalah
program linear
dengan koefisien
fungsi tujuan
fuzzy menjadi tak terbatas. 5.
Memilih
RC
sebagai unsur kunci dan memperbarui tabel simpleks
fuzzy . Apabila tabel simpleks baru
belum optimal, maka dilakukan langkah ketiga dan seterusnya
hingga diperoleh tabel yang sudah optimal.
3.HASIL DAN PEMBAHASAN
Home industry makanan bernama
“Laba-laba” di
daerah Klampok
memproduksi makanan
khas daerah
Klampok yaitu jenang dan mino. Untuk memproduksi jenang dan mino dibutuhkan
5 jenis bahan baku, yaitu tepung ketan, tepung terigu, gula merah, minyak sayur,
dan
kelapa. Setiap
kg jenang
membutuhkan
1 S
kg tepung ketan,
T S
kg gula merah, dan 2 butir kelapa. Setiap kg mino
membutuhkan kg tepung terigu,
kg gula merah, dan
1A
kg minyak sayur. Akibat keterbatasan gudang bahan baku dan dana
yang ada, bahan baku yang disediakan tiap minggu adalah 300 kg tepung ketan, 75 kg
tepung terigu, 600 kg gula merah, 4 kg minyak sayur, dan 50 butir kelapa.
Produk tersebut dikerjakan melalui 2 proses pengerjaan manual, yaitu Proses I
adalah proses pegolahan adonan sampai menjadi makanan siap saji dan Proses II
adalah proses
pengemasan makanan
packing. Untuk
membuat jenang
dibutuhkan waktu 5 jam pada Proses I dan 16 jam pada Proses II, sedangkan untuk
membuat mino dibutuhkan waktu 8 jam pada Proses I dan 1 jam pada Proses II.
Jumlah karyawan pada Proses I sebanyak 4 orang, sedangkan pada Proses II sebanyak
6 orang. Para karyawan bekerja mulai pukul 08.00 sampai pukul 17.00 dengan
istirahat selama 1 jam mulai pukul 12.00 sampai pukul 13.00, selama 7 hari kerja
dalam 1 minggu.
Keuntungan per kg untuk jenang sebesar Rp 7.000,00 sampai Rp 9.000,00
dan untuk mino sebesar Rp 13.000,00 sampai Rp 15.000,00. Keuntungan per kg
kedua produk tersebut seringkali berubah sesuai dengan kondisi pasar. Ketika musim
libur panjang dan libur lebaran order produk tersebut banyak berdatangan dan
dituntut untuk segera memenuhinya, maka keuntungan per kg untuk jenang bisa
bertambah hingga 3 kali lipat tetapi tidak pernah mencapai Rp 27.000,00 dan untuk
mino juga bisa bertambah hingga 2 kali lipat tetapi tidak pernah mencapai Rp
30.000,00. Akan tetapi pada hari-hari biasa ketika produk tersebut sulit untuk terjual,
maka keuntungan per kg untuk jenang bisa berkurang tetapi tidak pernah mencapai Rp
6.000,00 dan untuk mino juga bisa berkurang tetapi tidak pernah mencapai Rp
10.000,00.
Berdasarkan kondisi
tersebut, berapakah keuntungan maksimum yang
bisa didapat oleh home industry makanan “Laba-laba”?
• Memformulasikan permasalahan di atas ke dalam model matematika.
Jam kerja karyawan per minggu dapat dihitung sebagai berikut:
Proses I:
4 × 8 × 7 = 224 jamminggu
Proses II:
6 × 8 × 7 = 336 jamminggu.
Keuntungan untuk kedua produk tersebut dapat dibentuk ke dalam
bilangan trapezoidal fuzzy sebagai berikut:
Produk I Jenang:
43
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNDIP 2015, ISBN: 978-979-097-402-9
Gambar 3.1 Bilangan Trapezoidal Fuzzy
untuk Keuntungan Produk I
Keuntungan per kg untuk Produk I jenang dalam bilangan trapezoidal fuzzy
yaitu 7000,9000,1000,18000 atau dapat ditulis menjadi 7,9,1,18 dalam ribuan
rupiah.
Produk II Mino:
Gambar 3.2 Bilangan Trapezoidal Fuzzy untuk
Keuntungan Produk II
Keuntungan per kg untuk Produk II mino dalam bilangan trapezoidal fuzzy yaitu
13000,15000,3000,15000 atau
dapat ditulis menjadi 13,15,3,15 dalam ribuan
rupiah. Variabel keputusan:
= jumlah Produk I jenang yang dibuat dalam kg
= jumlah Produk II mino yang dibuat dalam kg
Kasus tersebut
dapat diformulasikan
sebagai berikut: Memaksimumkan:
5̃ = 7,9,1,18 +
13,15,3,15 dengan kendala
1 S 0
≤ 300 ≤ 75
T S 0
+ ≤ 600
1A
≤ 4 2
≤ 50 5
+ 8 ≤ 224
16 +
≤ 336 ,
≥ 0 Solusi dari masalah program linear
dengan koefisien fungsi tujuan fuzzy
dicari menggunakan metode simpleks.
• Diperoleh nilai fungsi tujuan fuzzy dan crisp optimalnya yaitu
5̃ = ]
_SA
,
`_0a
,
`_Sa
,
0AAa
b dan
5 =
`AA_ 1S
= 508.5529. Dengan nilai solusi penyelesaian crisp
optimalnya adalah
, =
]
1a1
,
0SA1
b = 20.0325 , 15.4797 .
• Jadi, keuntungan maksimum yang bisa didapat oleh home industry
makanan “Laba-laba”
dalam memproduksi jenang dan mino
adalah sebesar Rp 508.552,90 dengan jumlah jenang yang harus
diproduksi sebanyak 20,0325 kg
dan jumlah mino yang harus diproduksi sebanyak
15,4797 kg.
4.
KESIMPULAN
Program linear dengan koefisien fungsi tujuan fuzzy dapat diterapkan untuk
masalah optimasi produksi jenang dan mino. Penerapan bilangan trapezoidal
fuzzy pada koefisien fungsi tujuan dapat
digunakan untuk
mengatasi masalah
ketidakpastian pada
keuntungan dari
penjualan mino dan jenang tersebut sehingga dapat ditentukan secara pasti
berapa jumlah jenang dan mino yang harus diproduksi agar diperoleh keuntungan yang
optimal.
5. DAFTAR PUSTAKA [1] Nezam Mahdavi-Amiri, Seyed Hadi