PENDAHULUAN ISI Prosiding SNMPM UNDIP 2015

APLIKASI TEORI KEKONGRUENAN UNTUK MENGKONVERSIKAN HARI SAPTAWARA DAN PANCAWARA PADA KALENDER MASEHI Arindia Dwi Kurnia 1 , Lely Kartika Jauhara 2 , Agus Sugandha 3 , Agung Prabowo 4 , Agustini Tripena Br. Sb. 5 1, 2, 3, 4, 5 Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Jenderal Soedirman Jl. Dr. Soeparno No. 64 Karangwangkal Purwokerto, Indonesia 53123 e-mail: arindiadwikurniagmail.com 1 ; aufklarung.profharagmail.com 2 , agussugandhaymail.com 3 ; agung_nghpyahoo.com 4 ; tripena1960yahoo.co.id 5 Abstract. Pada Kalender Jawa terdapat dua buah nama hari yaitu hari pancawara dan hari saptawara. Saptawara merupakan siklus tujuh hari sekali seperti siklus mingguan saat ini. Dalam Kalender Masehi, nama-nama hari saptawara identik dengan Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu dan Minggu. Sedangkan pancawara merupakan siklus lima hari sekali. Kalender Masehi tidak mengenal siklus pancawara ini. Nama-nama hari pancawara adalah Legi, Paing, Pon, Wage dan Kliwon. Tujuan penelitian ini adalah membuat formulasi matematika untuk mengkonversikan hari saptawara dan pancawara pada Kalender Masehi dengan menggunakan teori kekongruenan dan fungsi tangga. Sehingga hasil formulasi tersebut dapat digunakan untuk membantu mencari hari saptawara dan pancawara melalui tanggal, bulan dan tahun yang diketahui. Keywords: pancawara, saptawara.

1. PENDAHULUAN

Pada kalender Jawa, terdapat dua nama hari yakni hari saptawara dan pancawara . Di mana hari saptawara merupakan siklus tujuh hari sekali seperti siklus mingguan saat ini. Nama-nama hari saptawara adalah Soma, Anggara, Buda, Respati, Sukra, TumpakSaniscara dan Radite. Dalam kalender Masehi, nama-nama hari saptawara identik dengan Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu dan Minggu. Sedangkan pancawara merupakan siklus lima hari sekali. Kalender Masehi tidak mengenal siklus pancawara ini. Nama-nama hari pancawara adalah Legi, Paing, Pon, Wage , dan Kliwon. Pada umumnya masyarakat Jawa mempunyai budaya ramalan yang digunakan untuk menentukan kalender jawa ketika akan mengadakan hajatan atau selamatan seperti pesta pernikahan, kelahiran weton dan kematian. Ramalan tentang penanggalan jawa tersebut dianggap penting, karena setiap hari saptawara dan pancawara memiliki arti sendiri yang dipercayai oleh masyarakat Jawa.Untuk menentukan hari saptawara dan pancawara tersebut, perlu diketahui terlebih dahulu tentang penanggalan dalam kalender Masehi saat ini . Dengan diketahuinya penanggalan dalam kalender Masehi tersebut, maka nama hari saptawara dan pancawara dapat ditentukan dengan menggunakan aplikasi dari teori bilangan yakni teori kekongruenan.

2. ISI

2.1 Kalender Masehi

Kalender masehi adalah kalender modern yang dipakai sekarang berasal dari bangsa romawi yang baru menggunakan sistem syamsiyah sejak tahun 46 sebelum masehi. Dahulu bangsa romawi memakai system lunar, kemudian mereka memadukan kedua system qamariyah-syamsiyah seperti bangsa yahudi. Tujuh bulan lamanya 29 hari, empat bulan lainnya 31 hari, dan satu bulan lainnya 28 hari. Jadi setahun lamanya 355 hari. Kemudian ada bulan tambahan yang disebut mercedonius sebagai bulan ketiga belas. Urutan nama 20 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNDIP 2015, ISBN: 978-979-097-402-9 bulannya sebagai berikut : martius, aprilis, maius, junius, quintiles, sextilis, September, October, November, December, januarius dan februarius . Pada tahun 153 sebelum masehi, pontific maximus senat romawi menetapkan bulan januarius sebagai bulan pertama. Dengan urutan nama bulan tetap, sehingga terjadi kesalah kaprahan dalam menebut nama bulan. Misalnya bulan oktober yang berasal dari kata latin. Octa, yang berarti delapan, kini menjadi bulan kesepuluh.

2.2 Saptawara

Saptawara membagi satuan harinya menjadi tujuh, yaitu: radite, soma, anggara, budha, wrespati, sukra, saniscara atau tumpak. Namun, ketujuh satuan hari tersebut merupakan istilah- istilah yang diadopsi dari system kalender Saka sejak masuknya pengaruh India di Nusantara. Sebabkalender Saka, Gregorian, Hijriah maupun yang lain, tidak memiliki siklus lain kecuali saptawara siklus yang terdiri dari tujuh hari sehingga saptawara yang dalam konteks lokalitas Nusantara disebut jejepan pun diubah istilah sesuai dengan agama yang mendominasi. Di Indonesia, saat ini saptawara membagi satuan harinya menggunakan istilah: Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at, Sabtu, Minggu. Dalam istilah internasional: Sunday, Monday, Tuesday, Wednesday, Thursday, Friday, Saturday . Namun, dalam banyak literatur, saptawara di sini hanya disebutkan istilah India-nya saja, sehingga dikhawatirkan makna filosofis yang terkandung dalam jejepan yang merupakan produk asli pemikiran asli Nusantara hilang seiring berjalannya waktu. Oleh karenanya, dalam pada ini penulis hanya akan memaparkan saptawara dalam konteks Nusantara : jejepan.

2.3 Pancawara

Pancawara adalah nama dari sebuah pekan atau minggu yang terdiri dari 5 hari, dalam budaya Jawa dan Bali. Pancawara juga disebut sebagai hari pasaran dalam bahasa Jawa karena beberapa pasar tradisional pada zaman dahulu hanya buka pada hari tertentu saja, misalkan Pasar Legi dan Pasar Pon di Solo hanya buka pada hari Legi dan Pon saja dalam satu minggu kalender Jawa siklus 5 hari. Dalam sistem penanggalan Jawa dan Bali, terdapat 2 macam siklus waktu: siklus mingguan dan siklus pasaran. Dalam siklus mingguan, satu minggu dibagi menjadi 7 hari, seperti yang kita kenal sekarang Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu. Dalam siklus pasaran, satu pekan terdiri dari 5 hari pasaran. Nama-nama hari dalam sistem pancawara pasaran ini adalah: paing – pon – wage – kliwon – legiumanis. Menurut kalender Jawa, tiap hari dan tanggal dalam sistem kalender Masehi selalu mempunyai dua macam nama hari. Misalnya 1 Januari 2001 adalah hari Senin - Paing, berikutnya tanggal 2 Januari 2001 adalah hari Selasa - Pon, kemudian diikuti hari Rabu - Wage, disusul hari Kamis - Kliwon, Jumat - Legi, Sabtu - Paing, Minggu - Pon, Senin - Wage, Selasa - Kliwon, dan seterusnya. Kombinasi dua macam hari ini sampai sekarang masih dipakai dalam penerbitan surat kabar berbahasa Jawa, seperti harian Kedaulatan Rakyat yang terbit di kota Yogyakarta.

2.4 FungsiBlanganBulatTerbesar

FungsiTangga Domain : R Range : Himpunan bilangan bulat Lambang : x menyatakan bilangan bulat terbesar yang lebih 21 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNDIP 2015, ISBN: 978-979-097-402-9 kecil atau sama dengan x, yaitu: x=n, jika n ≤x ≤n+1 Fungsi fx= x dinamakan fungsi bilangan bulat terbesar fungsi tangga Grafik : Menyerupai Tangga Contoh: Jika x = 3,6. Maka x = 3,6=3

2.5 Modulo atau Kekongruenan

Misalkan a dan b adalah suatu bilangan bulat. Jika m suatu bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1, maka a dikatakan kongruen dengan b modulo m ditulis a ≡ b mod m jika m membagi habis a – b . Atau a ≡ b mod m jika a dan b memberikan sisa yang sama bila dibagi oleh m. Contoh: 5 ≡ 2 mod 3, 2 adalah sisa pembagian oleh 3.

3. PEMBAHASAN