KESIMPULAN METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian

masalah matematika dan tugas sehari-hari yang terkait dengan matematika. Hasil penelitian Liu [18] menunjukkan bahwa sikap matematika memiliki efek langsung dan tidak langsung terhadap prestasi matematika, self efficacy adalah mediator variabel antara sikap matematika dan prestasi matematika. Terdapat beberapa jenis pendapat dalam mengukur self efficacy matematika pada siswa. Britner [22] menggunakan pedoman penyusunan item dari Lent, Lopez, et al. Penyusunan penilaian item self efficacy terdiri dari sub-item yang mengukur empat sumber self efficacy, yaitu mengukur 1 Mastery experiences yang terdiri dari delapan sub-item misalnya “Saya mendapat nilai bagus di kelas matematika pada semester terakhir; 2 Vicarious experiences yang terdiri dari tujuh sub-item misalnya “Banyak orang dewasa yang saya kagumi dalam bidang matematika; 3 Social Persuasions yang terdiri dari delapan sub-item misalnya “Guru saya percaya bahwa saya bisa melakukannya dengan baik pada materi yang sulit; 4 Physiological States yang terdiri dari delapan sub-item misalnya “Matematika membuat saya merasa tidak nyaman dan gugup. Sedangkan Bandura [23] mengukur self efficacy berdasarkan derajat kepercayaan diri siswa yang terlihat dalam skala 0-100 dimana 100 menyatakan keyakinan penuh siswa terhadap hal yang diukur, misalnya “Kepercayaan diri untuk pencapaian akademik dalam bidang matematika”

3. KESIMPULAN

Karakter self efficacy memiliki pengaruh yang besar terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Saat siswa memiliki self efficacy , siswa tidak hanya akan belajar percaya pada dirinya saja, tetapi juga belajar untuk mengatasi kesulitan – kesulitan yang dimilikinya. Kepercayaan diri ini dapat terbentuk melalui proses belajar mengajar di kelas. Ketika guru telah menguasai strategi atau latihan- latihan yang mengajak siswa mengolah kemampuannya sendiri, siswa akan menghargai kemampuan yang dimilikinya tersebut. Dengan demikian siswa akan memiliki kepercayaan bahwa dirinya dapat mengatasi suatu masalah secara mandiri. Jika hal ini terus ditingkatkan, maka siswa akan terbiasa menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-harinya.

4. DAFTAR PUSTAKA

[1] Depdiknas, Kurikulum Mata Pelajaran Matematika SMP, Jakarta: Depdiknas, 2004. [2] Yohanes, Rudi, “Kontribusi Pendidikan Matematika dalam Pembentukan Karakter Siswa.” Makalah pada Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan matematika, 3 Desember 2011, Universitas Negeri Yogyakarta, 2011. [3] Prabowo, Agus dan Sidi, Purnomo, “Memahat Karakter Melalui Pembelajaran Matematika.” Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education, 8 – 10 November 2010. Universitas Pendidikan Indonesia , 2010. [4] Siswono, Tatag, “Membangun Karakter melalui Pembelajaran Matematika.” Makalah pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika, 7 April 2012, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin , 2012. [5] Bandura, A, Self efficacy in Changing Societies, Cambridge: University of Cambridge, 1995. [6] Santrock, J, Educational Psychology, 2 nd Edition, McGraw-Hill Company Inc, 2004. [7] Pajares, Frank dan Dale H. Schunk, Self Belief and School Success: Self- Efficacy, Self Concept, and School Achievement, London: Ablex Publishing, 2001. Tersedia [online]: http:www.uky. edu~eushe2PajaresPajaresSchunk20 01.html 20 Mei 2015 [8] Zeldin, A.L, Sources and Effects of the Self-Efficacy Beliefs of Men with Careers in Mathematics, Science, and 252 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNDIP 2015, ISBN: 978-979-097-402-9 Technology, Emory University, 2000. Disertasi: tidak dipublikasikan. Tersedia [online]: http:www.des. emory.edumfpZeldinDissertation200 0.PDF 24 Mei 2015 [9] Pajares, “A Sources of Science Self- Efficacy Beliefs of Middle School Students.” Journal of Research in Science Teaching Vol.43 No.5 PP.485-499, 2006. [10] Loo, C.W. dan Choy, J.L.F, Sources of “Self-Efficacy Influencing Academic Performancce of Engineering Students.” American Journal of Educational Research, 2013, Vol. 1, No. 3, 86-92 , 2013. [11] J. Strecher, V. Et al, “The Role of Self-Efficacy in Achieving Health Behavior Change.” Health Education Quarterly Vol. 13 1: 73-91Spring 1986. John Wiley Sons.Inc, 1986. [12] Dzulfikar, Ahmad, “Studi Literatur: Pembelajaran Kooperatif Dalam Mengatasi Kecemasan Matematika Dan Mengembangkan Self efficacy Matematis Siswa.” Makalah pada Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan matematika, 9 November 2013, Universitas Negeri Yogyakarta , 2013. [13] Schunk, Dale. H dan Barry J. Zimmerman, “Influencing Children’s Self-Efficacy and Self Regulation of Reading and Writing Thorugh Modeling.” Reading and Writing Quarterly, 23, 7-25 , 2007. Tersedia [online]: http:www.tandf.co.ukjournals 20 Mei 2015 [14] Schunk, Dale. H, “Self-efficacy and academic motivation.” Educational Psychologist, 26, 207-231 , 1991. Tersedia [online]: http:www.tandf.co.ukjournals 20 Mei 2015 [15] Zimmerman, Barry J, “A social cognitive view of self-regulated academic learning.” Journal of educational psychology Vol.81 No.3 329-339 , 1989. [16] Schunk, Dale. H dan Frank Pajares, The Development of Academic Self- Efficacy, San Diego: Academic Press, 2001. [17] Noer, Sri Hastuti, “Self-Efficacy Mahasiswa Terhadap Matematika.” Makalah pada Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, 10 November 2012. Universitas Negeri Yogyakarta, 2012. [18] Liu, Xing, “The Effect of Mathematics Self-efficacy on Mathematics Achievement of High School Students.” NERA Conference Proceedings, 22 Oktober 2009, University of Connecticut , 2009. [19] Tansil, Sampurna, dkk, “Reflected Appraisals dan Mathematic Academic Self-Efficacy pada Siswa SMA.” Anima, Indonesian Psychological Journal, Vol. 24, No.2, 183-188 , 2009. [20] Zimmerman, Barry J. dan Schunk, D. H, Self-Regulated Learning and Academic Achievement. Mahwah: Erlbaum, 2001. [21] Schunk, D. H, “Self-Regulated Learning: The Educational Legacy of Paul R. Pintrich.” Educational Psychologist, 40, 85-94 , 2005. [22] Britner, Shari L dan Frank Pajares, “Sources of Sciences Self-Efficacy Beliefs of Middle School Students.” Journal of Research in Science Teaching Vol. 43, No. 5, PP. 485- 499 , 2006. [23] Bandura, A. “Self–Efficacy Beliefs of Adolescents, 307-337.” Greenwich, CT: Information Age Publishing, 2006. 253 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNDIP 2015, ISBN: 978-979-097-402-9 ANALISIS KEBUTUHAN AWAL DAN PERENCANAAN BAHAN AJAR BERBASIS DIGITAL STORYTELLING UNTUK MENINGKATKAN KOPETENSI PEDAGOGIK MAHASISWA STUDI KASUS MATA KULIAH STRATEGI PEMBELAJARAN A.Y. Soegeng 1 , Ysh, Anton Sukarno 2 , Ida Dwijayanti 3 1,2,3 Jurusan Pendidikan Matematika Universitas PGRI Semarang idadwijayantiupgrismg.ac.id Abstrak. Media yang baik juga akan mampu memberikan motivasi dan meningkatkan ketrampilan dasar peserta didik. Pemanfaatan Digital storytelling dalam pembelajaran dapat penginformasikan pesan yang telah dirancang oleh pendidik pada peserta didik melalui video proses pembelajaran sehingga memungkinkan pembelajaran yang lebih realistic dan menyenangkan. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini tergolong dalam penelitian pengembangan. Prosedur pengembangan melalui dua tahap yaitu analisis kebutuhan awal dan perancangan dan penyusunan produk. Adapun teknik pengumpulan dan analisis data Metode Dokumentasi untuk memperoleh data awal yang digunakan untuk mengetahui kondisi bahan ajar yang ada serta kemampuan pedagogic calon guru serta Metode Observasi untuk memperoleh data tentang kebutuhan calon guru dan metode dosen dalam mengelola pembelajaran. Semua data ini dianalisis secara deskribtif. Hasil analisis kebutuhan awal ialah informasi tentang kekurangan bahan ajar yang ada, stratgi penyampaian, kebutuhan mahasiswa, materi yang diperlukan serta harapan mahasiswa tentang perkuliahan. Adapun hasil tahap perencanaan dan pengembangan produk awal ialah Sinopsis, Storyboard, Skenario, RPP, instrumen tes dan instrumen non tes untuk menilai kemampuan pedagogik calon guru serta lembar validasi RPP, Sinopsis dan Instrumen Tes. Kata Kunci: Bahan Ajar, Digital Storytelling, Pedagogik 1. PENDAHULUAN Media pembelajaran merupakan bagian penting dalam pembelajaran, karena media menjadi penentu keberhasilan proses penyampaian pesan dari sumber pesan pendidik ke penerima pesan peserta didik. Media yang baik juga akan mampu memberikan motivasi dan meningkatkan ketrampilan dasar peserta didik Tinio, 2002. Demikian pula yang terjadi dalam perkuliahan, bahan ajar yang merupakan media pengiriman pesan pada mahasiswa harus disesuaikan dengan karakter pesan materi yang ingin di sampaikan serta tujuan yang ingin dicapai. Bertolak dari karakteristik matakuliah utama sebagai calon guru strategi pembelajaran, perencanaan pembelajaran serta inovasi pembelajaran yang padat akan teori tentang teori belajar dan model pembelajaran serta tuntutan agar mahasiswa juga mampu mengaplikasikan dalam pembelajaran, maka diperlukan bahan ajar yang dapat memvisualisasikan setiap teori yang ada dalam sebuah proses pembelajaran yang telah direncanakan. Pemanfaatan Digital storytelling dalam pembelajaran dapat penginformasikan pesan yang telah dirancang oleh pendidik pada peserta didik melalui video proses pembelajaran sehingga memungkinkan pembelajaran yang lebih realistic dan menyenangkan Skouge, 2009. Sebagai perguruan tinggi penghasil calon guru, banyak penelitian yang dilakukan dosen yang menghasilkan produk berupa bahan ajar pembelajaran, namun jarang yang mengembangkan bahan 254 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNDIP 2015, ISBN: 978-979-097-402-9 ajar yang langsung berhubungan dengan modal mahasiswa sebagai calon guru. Adapun penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya di IKIP PGRI Semarang sehubungan dengan ICT dan pengembangan karakter antara lain Nizaruddin 2012 dan Wijonarko 2013 yang semuanya membahas tentang pengembangan bahan ajar dengan subjek peserta didik. Untuk itu perlu adanya sebuah upaya untuk mengembangkan bahan ajar perkuliahan yang mampu menjadi media mahasiswa untuk belajar secara realistic proses pembelajaran yang sesuai dengan teori yang ada sebagai bekal untuk pengembangan kemampuan pedagogiknya. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengembangan bahan ajar berbasis digital storytelling berdasarkan hasil analisis bahan ajar sebelum dikembangkan studi kasus mata kuliah strategi pembelajaran? Berikut akan dibahas teori-teori yang digunakan untuk mengulas proses berpikir mahasiswa ditinjau dari kemampuan metakognisi awal pada pemecahan masalah. Digital storytelling yang akan dikembangkan sebagai bahan ajar akan disusun berdasarkan pedoman pemanfaatan digital storytelling dalam pembelajaran Robin, 2014 yang terdiri digital storytelling, lesson plant, serta evaluation and assessment. Digital storytelling sendiri akan berupa video suatu pembelajaran yang akan terbagi menjadi 3 video sesuai dengan teori belajar yang akan dipelajaran, yaitu behavioristic, kognitif serta himanistik. Kopetensi pedagogic sebagai karakter utama pendidik yang mengandung beberapa aspek Kemendiknas, 2010, yaitu: a menguasai karakter peserta didik; b Menguasai teori belajar dan prinsip- prinsip pembelajaran yang mendidik, c kegiatan pembelajaran yang mendidik, d pengembangan potensi peserta didik dan e komunikasi dengan peserta didik.

2. METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini tergolong dalam penelitian pengembangan. Perangkat yang dikembangkan dalam penelitian ini pada tahun 1 meliputi: 1 RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, 2 Sinopsis digital storytelling on Movie , 3 storyboard digital storytelling on Movie, 4 Skenario digital storytelling on Movie, dan 5 Soal Tes Kopetensi Pedagogik Calon Guru. Instrumen penelitian meliputi: 1 lembar validasi RPP, 2 Lembar Validasi ahli materi Sinopsis dan storyboard digital storytelling on Movie , 3 lembar pengamatan kopetensi pedagogik calon guru, 4 angket keterbacaan untuk calon Guru ; 5 angket respon mahasiswa terhadap perangkat pembelajaran dan proses pembelajaran. 2. Prosedur Pengembangan Perangkat a. Tahap Analisis Pendahuluan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi analisis terhadap bahan ajar matakuliah strategi pembelajaran yang telah ada ditinjau dari media yang digunakan serta dampak yang diperoleh mahasiswa dari penggunaan bahan ajar yang ada. b. Tahap Perancangan dan Penyusunan Produk Awal Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini ialah pemilihan format media dan bahan materi yang akan disajikan dalam media, serta scenario pembelajaran yang akan ditampilkan dalam video.

3. Teknik Pengumpulan dan Analisis