Gambar 1.1 Pemetaan kecepatan angin di
Indonesia dengan Google Wind Map
Jika dilihat dari pemetaan kecepatan angin, kondisi ini cocok dengan penerapan
sistem turbin angin dengan putaran tinggi dan torsi yang kecil.Salah satu jenis turbin
angin yang cocok digunakan adalah jenis Horizontal
Axis Wind
Turbine HAWT.Pada karya ini dipilih turbin tipe
HAWT tiga
blade yang
memiliki coefficient power
maksimum.Tidak hanya mampu dipasang di pesisir pantai, turbin
angin tipe ini juga mampu dipasang di tebing ataupun daerah pegunungan sesuai
dengan kondisi alam di Indonesia.Turbin ukuran mikro ini pun juga memungkinkan
distribusi di seluruh pelosok Indonesia sesuai
kondisi geografis
Indonesia. Diharapkan dengan adanya turbin angin
HAWT tiga blade ini mampu menjadi solusi
alternatif untuk
menjawab permasalahan yang sekarang terjadi dan
mampu mengoptimalkan pengembangan energi baru terbarukan sehingga mampu
menjawab permasalahan kelistrikan masa depan meningkatkan kemandirian bangsa.
Blade atau sudu merupakan bagian
utama dari turbin angin. Dalam pemilihan jenis airfoil pada kincir angin diperlukan
karateristik Coefficient of Lift Cl yang besar dan Coefficient of Drag Cd yang
minimal sehingga blade akan terangkat dan berputar pada poros. Pemilihan jenis
airfoil
menggunakan Clark-Y jumlah 3 blade
dikarenakan memiliki ClCd yang tinggi dibandingkan dengan jenis airfoil
lainnya.Selain itu
pemilihan airfoil
diberikan modifikasi
dengan menambahkan winglet seperti konsep di
ujung sayap pesawat terbang. Secara teori, dengan menggunakan winglet, turbilensi
yang
ada di
ujung blade
mampu diminimalisir dan ukuran vortex akan
mengecil , gaya hambat pada ujung blade berkurang, dan tip loss akan berkurang.
Hal ini akan menambah performa turbin angin dengan meningkatkan RPM turbin.
Penelitian ini
bertujuan untuk
merancang dan membuat turbin angin Clark-Y Airfoil modifikasi Winglet untuk
mengoptimalkan pemanfaatan
energi terbarukan. Beberapa penelitian terdahulu
yang berhubungan dengan ini adalah yang dilakukan oleh J. S. Merchant, J. M. Bondy
and K. W. Van Treuren 2010 tentang analisa penggunaan winglet pada turbin
angin dalam wind tunnel. M. Gaunaa and J. Johansen 2007 tentang menentukan nilai
efisiensi aerodinamika turbin angin dengan penambahan winglet.
2. PERANAN ILMU MATEMATIKA
Ilmu matematika
dalam pengembangan
turbin angin
sangat dibutuhkan, meskipun ilmu dasar yang
digunakan dalam hal ini adalah Ilmu mekanika fluida yang mempelajari tentang
gerak atau kinetika suatu fluida yang dapat menyebabkan pengaruh pada benda yang
dialirinya. Dari situ ilmu matematika membantu
dalam perhitungan
gaya distribusi pada sweep area turbin angin
dengan menggunakan
metode Blade
Element Momentum
BEM utnuk
menhitung nilai torsi disetiap segmen. Ilmu matematika
sangat membantu
dalam perhitungan iterasi di metode BEM oleh
karena itu Mekanika fluida masih dekat kaitannya dengan ilmu matematika. Di
penelitian ini kedua ilmu tersebut akan digunakan dalam evaluasi hasil dari daya
82
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNDIP 2015, ISBN: 978-979-097-402-9
output turbin
angin menggunakan
modifikasi winglet dan tanpa winglet. Metode Blade Element Momentum
Metode Blade
Element Momentum
menggabungkan teori
momentum denganperistiwa lokal yang terjadi pada
sudu secara sebenarnya. Tabung aliran diperkenalkandalam teori momentum 1 - D
didiskritisasi ke N elemen annular dengan tinggidr, seperti yang ditunjukkan pada
gambar 1. Batas lateral elemen ini terdiridari streamlines, dengan kata lain
tidak ada aliran memotong elemen.
Gambar 1 Bentuk kontrol volume sebuah lemen annular
yang digunakan sebagai model BEM
Pada bagian
sebelumnya mengenai
momentum teori 1 - D itumembuktikan bahwa distribusi tekanan di sepanjang
kurva streamline bahwa wake tidak memberikan komponen gaya aksial. Oleh
karena itu diasumsikan bahwaini juga berlaku untuk kasus kontrol volume
annular ditunjukkan pada gambar 1.Thrust dari disk pada volume kontrol dapat
ditemukan dari mengintegralkanpersamaan momentum sejak daerah penampang
kontrolvolume pada bidang rotor adalah 2πrdr:
dT V
u dṁ 2πrρu V u dr
2.2 Torsi dM pada elemen annular ditemukan
menggunakan integral
momen daripersamaan momentum pada volume
kontrol dan
pengaturankecepatan rotasional nol di awal aliran rotor dan C
θ
di wake:
ṁ 2 2.3
Hal ini juga bisa saja langsung berasal dari persamaan turbin Euler, yakni:
dP = ωdM 2.4
Dari rotor yang ideal ditemukan bahwa kecepatan aksial dalam u
1
bisa dinyatakan oleh aksial induksi faktor a dan kecepatan
angin V
o
sebagai u
1
= 1- 2a V
o
, dan jika hal ini dimasukkan ke dalam persamaan
2.3 dan 2.4 bersama-sama dengan definisi untuk a dan a’ dalam persamaan
sebelumnya thrust dan torsi dapat dihitung sebagai berikut:
dT 4πrρV 1
dr 2.5
dan: 4
1 ′
2.6 Sisi kiri persamaan 2.5 dan 2.6
ditemukan dari aliran lokal sekitar sudu. Hal ini mengingatkan bahwa kecepatan
relatif V
rel
dilihat dari sisi sudu adalah sebuah kombinasi dari kecepatan aksial 1
- aV
o
dan tangensial kecepatan 1 + aωr di rotorplane lihat gambar 2.
Gambar 2 Kecepatan pada bidang rotor
θ adalah sudut pasang pasang lokal dari sudu, dengan kata lain sudut lokal antara
chord dan bidang rotasi. Sudut pasang lokal adalah kombinasi dari sudut pasang,
θ
p
, dan twist dari sudu, β, yaitu θ = θ
p
+ β, dimana sudut pasang adalah sudut antara
ujung chord dan rotorplane dan twist adalah diukur relatif terhadap ujung chord.
ϕ adalah sudut antara bidang rotasi dan kecepatan relatif, V
rel
, dan itu terlihat pada gambar 2 bahwa sudut serangan lokal yang
didapatkan yaitu: 2.7
Selanjutnya, terlihat bahwa: tan
+ ,-
2.8 Setelah semua persamaan yang diperlukan
untuk model BEM telah diturunkan dan algoritma dapat diringkas sebagai 8
langkah di bawah ini. Karena kontrol yang berbeda volume diasumsikan independen,
83
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNDIP 2015, ISBN: 978-979-097-402-9
setiap strip dapat diperlakukan secara terpisah dan solusi pada satu radius dapat
dihitung sebelum pemecahan untuk lain radius, dengan kata lain untuk masing-
masing volume kontrol algoritma berikut ini diterapkan.
Langkah 1 Inisialisasi a dan a, biasanya a = a = 0.
Langkah 2 Hitunglah sudut aliran ϕ menggunakan persamaan 2.8.
Langkah 3 Hitung sudut serangan lokal menggunakan persamaan 2.7.
Langkah 4 Baca nilai C
l
α dan C
d
α dari tabel.
Langkah 5 Hitunglah C
n
dan C
t
menggunakan persamaan:
.
012 3
4
256 2.9
7
256 3
4
012 2.10
Langkah 6 Hitung a dan a menggunakan persamaan:
8 9:;= ?;
2.11 ′
8 9:;= AB9= ?C
2.12 Dengan solidity
D
E - F GH
2.13 Langkah 7 Jika a dan a telah berubah
lebih dari toleransi tertentu, lanjutkan ke langkah2 dan atau apabila sudah tidak
banyak berubah maka sudah selesai. Menghitung besarnya gaya lift dan gaya
drag per satuan panjang
L = ρVr
2
cCl 2.14a
D = ρVr
2
cCd 2.14b
Dari rumus diatas gayalift dan drag dapat diproyeksikan menjadi gaya normal dan
tangensial seperti gambar 3
Gambar 3 proyeksi gaya local pada blade
Persamaan gaya normal PN= L cos ϕ + D sin ϕ
2.15 Untuk gaya tangensial
PT = Lsin ϕ –D cos ϕ 2.16
Karena PN dan PT masi dalam per satuan panjang maka gaya normal dan torsi pada
rotor adalah : gaya normal
dT = B PN dr
2.17 torsi
dM = r B PT dr 2.18
Dalam perhitungan distribusi torsi per segmen
dr pada
blade dapat
menggunakan metode Blade Element Method BEM. Metode membagi blade
menjadi bebrapa segmen kemudian akan didapat torsi pada setiap segmen, sehingga
dapat
dihitung nilai
daya yang
dibangkitkan per blade.
Gambar 4 distribusi gaya pada blade diasumsikan antara dua radial berbeda posisi ri dan ri+1.
Gambar 4 merupakan model pencacahan segmen pada metode BEM dapat dicari
dengan perumusan sebagai berikut : I
J K
L,:NO
K
L,:
-
:NO
-
:
2.19a P
J K
L,:
-
:NO
K
L,:NO Q:
-
:NO
-
:
2.19b Torsi dM untuk bagian kecil dari sudu
panjang dr adalah: R
S
I
J
3 P
J
2.20 dan kontribusi Mi, i+1 terhadap total torsi
poros dari linear tangensial antara ri dan ri+1 yakni:
J,J
T 1
3 I
J
3 1
2 P
J
V
-
:
-
:NO
1 3 I
J J J
3 1
2 P
J J J
2.21
84
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNDIP 2015, ISBN: 978-979-097-402-9
Total torsi poros adalah jumlah dari semua kontribusi Mi, i+1 sepanjang satu sudu
dikalikan dengan jumlah sudu:
7W7
P ∑
J,J Y
2.22 Dengan mengalikan torsi total dengan
kecepatan putar maka dapat dihitung daya yang dibangkitkan dengan rumus :
P = ω
7W7
2.23
3. PENERAPANAPLIKASI DALAM TURBIN ANGIN