137
diskusi atau berbagi pendapat. Pada saat kegiatan berdiskusi, sebagian siswa sudah aktif melakukan diskusi. mereka mengungkapkan pendapat mereka dengan
baik. Akan tetapi, masih terdapat beberapa siswa yang memilih bercanda dengan teman sekelompok, bahkan ada yang tiduran.
4.1.2.4 Refleksi Siklus I
Pelaksanaan pembelajaran menulis paragraf argumentasi dengan model think pair and share melalui media gambar animasi, pada dasarnya telah berjalan
dan dilaksanakan dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil tes menulis paragraf argumentasi siswa yang meningkat. Hasil tes yang diperoleh siswa pada
tes di siklus I telah mengalami peningkatan sebesar 4,09 yaitu dari 69,03 menjadi 73,12. Rata-rata tersebut masih jauh dari kriteria ketuntasan minimal yang
ditentukan oleh peneliti, yaitu 80. Siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 14 orang, sedangkan yang belum mencapai ketuntasan sebanyak 18 orang.
Adapun hasil nontes siswa yang terjabarkan dalam pendidikan karakter siswa ketika melaksanakan pembelajaran, seperti keaktifan, kerja sama siswa
dalam kelompok, kedisiplinan dan tanggung jawab, kekritisan, dan kemampuan berbagi, pada dasarnya menunjukkan hal yang positif. Tetapi ada beberapa siswa
yang melakukan perilaku negatif dalam pembelajaran. Berikut penjelasannya. Berdasarkan pendidikan karakter keaktifan siswa, ketika kegiatan
pembelajaran menulis paragraf argumentasi dengan model think pair and share melalui media gambar animasi berlangsung, siswa cukup aktif dalam kegiatan
pembelajaran tersebut. Siswa masih malu-malu dan canggung dalam bertanya dan
138
mengungkapkan pendapatnya. Ada beberapa siswa yang masih kurang aktif dan malu-malu berbicara dalam pembelajaran.
Pendidikan karakter yang kedua, yaitu kerja sama siswa dalam kelompok. Dalam melaksanakan pembelajaran menulis paragraf argumentasi dengan model
think pair and share melalui media gambar animasi, kerja sama siswa dalam kelompok sudah cukup baik. Namun, berdasarkan hasil sosiometri menunjukkan
bahwa dalam mengikuti pembelajaran masih ada siswa yang pasif, gaduh, dan susah diajak kerja sama dalam satu kelompoknya. Siswa tersebut harus diberi
perhatian dan penjelasan agar mereka menjadi aktif dan serius dalam mengikuti pembelajaran. Guru juga harus memberikan arahan atau motivasi kepada mereka.
Pendidikan karakter yang ketiga, yaitu kedisiplinan dan tanggung jawab. Berdasarkan data nontes, dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki
sikap disiplin dan tanggung jawab yang cukup baik dalam proses pembelajaran menulis paragraf argumentasi. Hal ini terlihat ketika siswa selalu antusias dan
mengikuti setiap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Siswa duduk rapi pada saat pembelajaran berlangsung dan melaksanakan tugas yang
diberikan oleh guru. Walaupun demikian, masih ada beberapa siswa yang menunjukkan perilaku kurang disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan pembelajaran, seperti masih terdapat beberapa siswa yang terlambat mengumpulkan tugas. Selain itu, ada beberapa siswa yang terlihat
berbicara dengan teman lainnya, bercanda, melamun, menyangga tangannya, dan tiduran. Mereka juga mengganggu teman pada saat diskusi kelompok belangsung.
Pada saat mengerjakan tugas individu atau menulis paragraf argumentasi,
139
sebagian siswa sudah bersikap jujur mengerjakan tugas secara individu. Akan tetapi, masih terdapat beberapa siswa yang berbuat curang dengan mencontek
pekerjaan teman. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran belum mencapai hasil yang diharapkan.
Pendidikan karakter yang keempat yaitu kekritisan. Berdasarkan hasil deskripsi perilaku ekologis, sebagian siswa sudah memperhatikan penjelasan guru
tentang materi argumentasi. Mereka juga sudah mengamati dan mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dalam gambar animasi dengan cukup baik. Akan
tetapi, masih terdapat beberapa siswa yang belum mengerti cara mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dalam gambar animasi. Selain itu, ada beberapa siswa
yang masih sibuk sendiri, yaitu berbicara dengan teman sebangku, bercanda, menulis, dan pada saat disuruh mengamati gambar animasi masih terdapat siswa
yang melamun. Adapun pendidikan karakter yang terakhir yaitu kemampuan berbagi.
Melalui pendidikan karakter ini, dapat diketahui bahwa kemampuan berbagi siswa sudah cukup baik. Hal ini dapat diketahui melalui instrumen catatan harian siswa
dan wawancara. Berdasarkan hasil catatan harian siswa, ada beberapa siswa yang masih mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi masalah-masalah dalam
gambar animasi. Kesulitan lain juga dialami siswa dalam memahami dalam mengungkapkan pendapat pada saat diskusi. Selain itu, sebagian siswa juga
mengalami kesulitan dalam menggunakan ejaan dan tanda baca yang baik dan benar. Oleh karena itu, guru harus memberikan solusi agar siswa bisa
mengidentifikasi masalah, mengungkapkan pendapatnya, dan memberikan materi
140
tentang penggunaan ejaan dan tanda baca yang baik dan benar. Berdasarkan hasil wawancara pada siklus I yang dilakukan pada siswa yang mendapat nilai tinggi,
nilai sedang, dan nilai rendah, tiap-tiap memberikan keterangan yang berbeda- beda. Siswa yang mendapat nilai tinggi berpendapat bahwa mereka tidak ada
kesulitan, sedangkan siswa yang memperoleh nilai sedang kesulitan mengidentifikasi masalah, siswa yang mendapat nilai rendah kesulitan
mengembangkan pokok-pokok masalah menjadi paragraf argumentasi. Oleh karena itu, guru harus memberikan pengarahan kepada siswa yang kesulitan. Guru
juga harus memberikan penguatan tentang cara mengidentifikasi masalah dalam gambar animasi tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut, pembelajaran menulis paragraf argumentasi dengan model think pair and share melalui media gambar animasi masih
mempunyai kelemahan
dan kekurangan
dalam pelaksanaannya.
Pada pembelajaran siklus I, penggunaan media gambar animasi pada dasarnya disukai
siswa, tetapi ada beberapa siswa yang kurang suka dan menganggap gambar animasinya biasa saja sehingga gambar animasi dianggap kurang menarik. Selain
itu, ada beberapa siswa yang masih belum bisa memahami isi gambar animasi dengan baik karena siswa tersebut belum tahu cara mengidentifikasi masalah
berdasarkan gambar animasi yang ditampilkan. Terkait model pembelajaran yang digunakan, yaitu model think pair and share, dalam pelaksanaannya di siklus I
kurang berjalan dengan baik, ada beberapa siswa yang belum bisa mengidentifikasi masalah berdasarkan gambar animasi dan mengembangkan
identifikasi masalah menjadi paragraf argumentasi. Siswa juga terlihat malas
141
dalam diskusi. Pada saat siswa dikelompokkan, kedisiplinan siswa masih kurang, siswa cenderung gaduh dan berbicara sendiri ketika bergabung dengan siswa satu
kelompoknya. Selain itu, siswa juga kurang aktif pada saat kegiatan presentasi dilakukan. Siswa cenderung malu untuk mengungkapkan pendapatnya.
Kelemahan dan kekurangan juga terlihat pada pemahaman materi siswa. Sebagaian besar siswa kurang memahami dan belum bisa membuat paragraf
argumentasi dan gagasan utama dengan baik. Beberapa siswa juga masih sulit menggunakan bahasa dan EYD dengan baik, sehingga dari hasil tes siswa masih
banyak ditemukan kesalahan-kesalahan dalam menulis kata atau kalimat dalam paragraf argumentasi yang dibuat siswa. Selain itu, beberapa siswa juga
berperilaku negatif, perilaku negatif tersebut antara lain siswa masih ada yang berbicara sendiri ketika guru menjelaskan materi pembelajaran. Ada juga siswa
yang merasa malas ketika diminta menulis paragraf argumentasi. Perilaku negatif lain terlihat ketika ada siswa yang melakukan presentasi, ada beberapa siswa yang
bercanda dengan temannya dan kurang memperhatikan presentasi dari kelompok yang maju.
Walaupun ada kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaannya, kelebihan- kelebihan dalam pembelajaran menulis paragraf argumentasi dengan model think
pair and share melalui media gambar animasi juga banyak, antara lain berdasarkan catatan harian siswa dan wawancara yang telah dilakukan, sebagian
besar siswa berpendapat bahwa siswa sangat senang penggunaan gambar animasi dalam pembelajaran. Selain karena gambar-gambarnya menarik, menurut
beberapa siswa, gambar animasi memudahkan mereka membuat paragraf
142
argumentasi. Terkait pelaksanaan model think pair and share, sebagaian besar siswa melaksanakan diskusi dengan baik, tugas-tugas yang diberikan guru ketika
pembelajaran pun dapat diselesaikan dengan baik melalui diskusi kelompok. Walaupun beberapa siswa terlihat malas dan gaduh, tetapi setelah diberi
bimbingan dan motivasi, siswa-siswa tersebut dapat memperbaiki perilakunya dan mengikuti diskusi dengan baik. Adapun kelebihan dari model yang digunakan,
melalui instrumen catatan harian siswa, beberapa siswa berpendapat bahwa model think pair and share dapat membuat siswa lebih mudah dalam mengembangkan
identifikasi masalah menjadi paragraf argumentasi. Selain itu, model think pair and share juga bisa melatih siswa untuk lebih aktif dalam diskusi kelompok.
Walaupun begitu, penggunaan model ini oleh siswa belum maksimal, hal ini dikarenakan siswa belum memahami dengan baik pelaksanaan model ini dalam
pembelajaran. Berdasarkan kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan pelaksanaan
pembelajaran tersebut, peneliti harus merencanakan pembelajaran yang lebih baik dari pembelajaran di siklus I. Hal ini dilakukan supaya kekurangan-kekurangan
dan kelemahan-kelemahan yang ada di siklus I tidak lagi muncul di siklus II. Pada pembelajaran siklus II, motivasi dan bimbingan yang lebih akan diberikan guru
bagi siswa yang masih berperilaku negatif, hal ini dilakukan supaya siswa yang berperilaku negatif dapat mengubah perilakunya menjadi lebih baik. Peneliti juga
akan memberikan penjelasan kembali mengenai beberapa materi yang belum dikuasai siswa seperti mengidentifikasi masalah dan mengembangkan identifikasi
masalah menjadi paragraf argumentasi. Selain itu, pada pembelajaran di siklus II,
143
peneliti akan memberikan gambar animasi yang lebih menarik, sehingga siswa lebih tertarik melaksanakan kegiatan pembelajaran. Siswa juga akan diberikan
penjelasan dan cara melaksanakan model think pair and share dengan mengajarkan siswa cara mengembangkan identifikasi masalah menjadi paragraf
argumentasi berdasarkan gambar animasi. Untuk itu, pada pembelajaran di siklus II ini, guru akan memberikan contoh paragraf argumentasi, kemudian secara
bersama-sama, guru memberikan contoh bagaimana menentukan identifikasi masalah dan mengembangkannya menjadi paragraf argumentasi berdasarkan
gambar animasi. Setelah semua siswa dapat membuatnya, guru akan memberikan gambar animasi yang akan diubah siswa menjadi paragraf argumentasi.
Diharapkan dengan pelaksanaan rencana tersebut, siswa dapat lebih paham terhadap materi pembelajaran dan dapat menulis paragraf argumentasi dengan
baik. Perbaikan rencana pembelajaran ini dimaksudkan supaya hasil tes siswa dapat mencapai nilai yang ditentukan yaitu 80, serta terjadi perubahan pendidikan
karakter siswa yang lebih positif.
4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II
Tindakan siklus II merupakan kelanjutan dari siklus I. Tindakan tersebut dilakukan karena pada siklus I hasil menulis paragraf argumentasi siswa kelas X-8
SMA Negeri 1 Bae Kudus masih dalam kategori cukup dengan nilai rata-rata 73,12. Hasil tersebut belum memenuhi target minimal ketuntasan yang telah
ditentukan, yaitu 80 atau berkategori baik. Selain itu, masih ditemukan perilaku negatif siswa dalam pembelajaran menulis paragraf argumentasi. Dengan