PERJANJIAN, KOMITMEN DAN KONTINJENSI SIGNIFIKAN lanjutan

IKhTISar uTaMa Laporan TaTa KELoLa pEruSahaan Laporan ManaJEMEn TanGGunG JaWaB SoSIaL pEruSahaan proFIL pEruSahaan rEFErEnSI pEraTuran oJK-KrITErIa ara 2015 anaLISIS pEMBahaSan ManaJEMEn rEFErEnSI pEraTuran BanK InDonESIa TInJauan opEraSIonaL pEnDuKunG Laporan KEuanGan KonSoLIDaSI 2015 pT BanK raKyaT InDonESIa pErSEro TBK. PT BANK RAKYAT INDONESIA PERSERO Tbk DAN ENTITAS ANAKNYA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Tanggal 31 Desember 2015 dan untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal Tersebut Disajikan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain 204 46. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PSAK DAN INTERPRETASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ISAK YANG DIKELUARKAN DAN DIREVISI lanjutan Efektif berlaku pada atau setelah tanggal 1 Januari 2016 lanjutan: m. PSAK No. 16 Penyesuaian 2015, ”Aset Tetap”, memberikan klarifikasi pada paragraf 35 terkait model revaluasi, bahwa ketika entitas menggunakan model revaluasi, jumlah tercatat aset disajikan kembali pada jumlah revaluasiannya. n. PSAK No. 19 Penyesuaian 2015, ”Aset Takberwujud”, memberikan klarifikasi pada paragraf 80 terkait model revaluasi, bahwa ketika entitas menggunakan model revaluasi, jumlah tercatat aset disajikan kembali pada jumlah revaluasiannya. o. PSAK No. 22 Penyesuaian 2015, ”Kombinasi Bisnis”, mengklarifikasi ruang lingkup dan kewajiban membayar imbalan kontinjensi yang memenuhi definisi instrumen keuangan diakui sebagai liabilitas keuangan atau ekuitas. PSAK ini juga mengakibatkan dampak penyesuaian terhadap PSAK 55 ”Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran” dan PSAK 57 ”Provisi, Liabilitas Kontinjensi dan Aset Kontinjensi”. p. PSAK No. 25 Penyesuaian 2015, ”Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan”, memberikan koreksi editorial pada PSAK No. 25 paragraf 27 tentang keterbatasan penerapan retrospektif. q. PSAK No. 53 Penyesuaian 2015, ”Pembayaran Berbasis Saham”, mengklarifikasi definisi kondisi vesting dan secara terpisah mendefinisikan kondisi kinerja dan kondisi jasa. r. PSAK No. 68 Penyesuaian 2015, ”Pengukuran Nilai Wajar”, mengklarifikasi bahwa pengecualian portofolio, yang memperkenankan entitas mengukur nilai wajar kelompok aset keuangan dan liabilitas keuangan secara neto, diterapkan pada seluruh kontrak termasuk kontrak non- keuangan dalam ruang lingkup PSAK No. 55. s. PSAK No. 110 Revisi 2015, ”Akuntansi Sukuk”, mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi sukuk ijarah dan sukuk mudharabah, baik sebagai penerbit maupun investor sukuk. Efektif berlaku pada atau setelah tanggal 1 Januari 2017: a. Amandemen PSAK No. 1, ”Penyajian Laporan Keuangan tentang Prakarsa Pengungkapan”, memberikan klarifikasi terkait penerapan persyaratan materialitas, fleksibilitas urutan sistematis catatan atas laporan keuangan dan pengidentifikasian kebijakan akuntansi signifikan. Amandemen PSAK No. 1 ini juga mengakibatkan amandemen terhadap PSAK consequential amendment sebagai berikut: PSAK No. 3 ”Laporan Keuangan Interim”, PSAK No. 5 ”Segmen Operasi”, PSAK No. 60 ”Instrumen Keuangan: Pengungkapan”, dan PSAK No. 62 ”Kontrak Asuransi”. b. ISAK No. 31, ”Interpretasi atas Ruang Lingkup PSAK No. 13: Properti Investasi”, merupakan interpretasi atas karakteristik bangunan yang digunakan sebagai bagian dari definisi properti investasi dalam PSAK No. 13 ”Properti Investasi”. Bangunan sebagaimana dimaksud dalam definisi properti investasi mengacu pada struktur yang memiliki karakteristik fisik yang umumnya diasoasiasikan dengan suatu bangunan yang mengacu pada adanya dinding, lantai, dan atap yang melekat pada aset. Saat ini BRI dan entitas anak sedang mengevaluasi dan belum menetapkan dampak dari PSAK yang direvisi tersebut terhadap laporan keuangan konsolidasiannya. pT BanK raKyaT InDonESIa pErSEro TBK. PT BANK RAKYAT INDONESIA PERSERO Tbk DAN ENTITAS ANAKNYA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Tanggal 31 Desember 2015 dan untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal Tersebut Disajikan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain 205

47. INFORMASI TAMBAHAN

a. Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum CAR BRI secara aktif mengelola modalnya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan bahwa setiap saat BRI dapat menjaga kecukupan modalnya untuk menutup risiko bawaan inherent risk pada kegiatan perbankan tanpa mengurangi optimalisasi nilai pemegang saham. CAR pada tanggal 31 Desember 2015 dihitung berdasarkan Peraturan Bank Indonesia PBI No. 1512PBI2013 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dimana modal untuk risiko kredit terdiri dari modal inti modal inti utamaCommon Equity Tier 1 dan modal inti tambahan dan modal pelengkap, sedangkan CAR pada tanggal 31 Desember 2014 dihitung berdasarkan PBI No. 1418PBI2012 dimana modal untuk risiko kredit terdiri dari modal inti dan modal pelengkap, kecuali pasal 7 ayat 1 yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku karena pasal tersebut digantikan dengan pasal 11 ayat 2 dalam PBI No. 1512PBI2013 terkait ketentuan penyediaan modal inti paling rendah sebesar 6 dari ATMR baik secara individual maupun secara konsolidasi. Sejak tanggal 24 Agustus 2015, BRI telah menerapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan POJK No. 11POJK.032015 Tentang Ketentuan Kehati-Hatian Dalam Rangka Stimulus Perekonomian Nasional Bagi Bank Umum, dimana ditetapkan bahwa bobot risiko kredit beragunan rumah tinggal paling rendah sebesar 35 untuk kredit konsumsi dalam rangka kepemilikan rumah tinggal KPR atau apartemen KPA atau kredit konsumsi dengan agunan berupa rumah tinggal atau apartemen dengan syarat tertentu, atau paling rendah sebesar 20 untuk KPR yang merupakan program Pemerintah Indonesia dengan syarat tertentu. Selain itu, bobot risiko kredit kepada UMKM yang dijamin oleh lembaga penjaminan atau asuransi kredit berstatus BUMD ditetapkan sebesar 50 sepanjang memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Berdasarkan profil risiko BRI masing-masing per tanggal 30 Juni 2015 dan 2014, yaitu satisfactory, maka CAR minimum per 31 Desember 2015 dan 2014 ditetapkan masing-masing sebesar 9 sampai dengan kurang dari 10. Penentuan kepatuhan BRI terhadap peraturan dan rasio yang berlaku didasarkan pada peraturan praktis akuntansi yang berbeda dalam beberapa hal dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Pada tanggal-tanggal 31 Desember 2015 dan 2014, BRI telah memenuhi rasio sesuai yang disyaratkan BI untuk rasio kecukupan modal. CAR BRI Entitas Induk pada tanggal 31 Desember 2015 dan 2014 masing-masing dihitung sebagai berikut: 31 Desember 31 Desember 2015 2014 Modal Inti Tier 1 Modal Inti Utama CET 1 89.992.393 Modal Inti Tambahan AT-1 - Total Modal Inti 89.992.393 82.108.763 Modal Pelengkap Tier 2 20.588.224 3.597.794 Total Modal 110.580.617 85.706.557