pT BanK raKyaT InDonESIa pErSEro TBK.
PT BANK RAKYAT INDONESIA PERSERO Tbk DAN ENTITAS ANAKNYA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
Tanggal 31 Desember 2015 dan untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal Tersebut Disajikan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
38. MANAJEMEN RISIKO lanjutan Manajemen Risiko Pasar lanjutan
5. Analisa Sensitivitas BRI Agro
Tabel di bawah ini menunjukkan sensitivitas terhadap kemungkinan perubahan tingkat suku bunga dan nilai tukar BRI Agro terhadap laba rugi dan penghasilan komprehensif lain dengan semua
variabel lain yang dimiliki adalah konstan.
2015 2014
Dampak Dampak
Terhadap Laba Terhadap Laba
Rugi dan Rugi dan
Penghasilan Penghasilan
Perubahan Komprehensif
Perubahan Komprehensif
Persentase Lain
Persentase Lain
Risiko tingkat suku bunga +- 1
+-33.410 +- 1
+- 23.715 Risiko nilai tukar
+- 1 +-23
+- 1 +-702
Manajemen Risiko Operasional
Penerapan Manajemen Risiko Operasional dilakukan dengan berpedoman pada Peraturan Bank Indonesia PBI No. 1125PBI2009 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum, yang
mensyaratkan penerapan manajemen risiko mencakup pilar-pilar pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi, kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit, kecukupan proses identifikasi,
pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko serta sistem informasi manajemen risiko dan sistem pengendalian internal. Penerapan Manajemen Risiko Operasional dimaksud ditujukan untuk
mengelola eksposur risiko operasional yang disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal yang dapat mengganggu aktivitas bisnis dan operasional, seperti faktor ketidakcukupan sumber daya
manusia, internal proses, kegagalan sistem teknologi informasi, bencana alam dan kejahatan pihak eksternal terhadap bank yang berpotensi menimbulkan kerugian finansial maupun non finansial bagi
bank. Pengelolaan terhadap eksposur risiko operasional di BRI mencakup pengelolaan terhadap eksposur risiko hukum, reputasi, kepatuhan dan stratejik yang terdapat pada setiap proses bisnis dan
aktivitas operasional.
Setiap unit kerja operasional BRI bertanggung jawab atas penerapan proses manajemen risiko melalui sistem pengendalian intern dalam aktivitas operasional dan bisnis di masing-masing unit
kerja. Hal tersebut dilakukan mulai dari tahap identifikasi, pengukuran, pemantauan hingga pengendalian risiko. Direksi BRI menetapkan fungsi manajemen risiko pada setiap unit kerja mulai
dari level Kantor Pusat DivisiDesk , Kantor Wilayah, Kantor Cabang Khusus, Kantor Cabang yang mencakup bidang operasional, pemasaran dan bisnis mikro, dan Kantor Cabang Pembantu, Sentra
Layanan BRI Prioritas dan Unit Kerja Luar Negeri UKLN.
Manajemen risiko baik yang berada di Kantor Pusat maupun di Kantor Wilayah BRI bertugas dan bertanggung jawab dalam penyusunan pedoman penerapan manajemen risiko operasional,
pengembangan dan implementasi kebijakanprosedur dan metodologi, pengawasan, pengkajian, serta pemantauan proses manajemen risiko operasional. Disamping itu juga berperan dalam
penyusunan dan pemantauan profil risiko BRI, penilaian kecukupan pengelolaan risiko dari suatu produk danatau aktivitas baru, serta mendukung unit kerja operasionalrisk owner dalam
mengembangkan budaya sadar risiko, penerapan strategi anti fraud, dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip manajemen risiko dimaksud. Dalam rangka pembahasan pengelolaan dan perbaikan
kontrol atas risiko operasional, Divisi Manajemen Risiko mengkoordinasikan pelaksanaan Operational Risk Management Committee ORMC yang dilaksanakan setiap triwulanan bersama DivisiDesk dan
Unit Kerja terkait.
IKhTISar uTaMa Laporan TaTa KELoLa pEruSahaan
Laporan ManaJEMEn TanGGunG JaWaB SoSIaL pEruSahaan
proFIL pEruSahaan rEFErEnSI pEraTuran oJK-KrITErIa ara 2015
anaLISIS pEMBahaSan ManaJEMEn rEFErEnSI pEraTuran BanK InDonESIa
TInJauan opEraSIonaL pEnDuKunG Laporan KEuanGan KonSoLIDaSI 2015
pT BanK raKyaT InDonESIa pErSEro TBK.
PT BANK RAKYAT INDONESIA PERSERO Tbk DAN ENTITAS ANAKNYA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
Tanggal 31 Desember 2015 dan untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal Tersebut Disajikan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
166
38. MANAJEMEN RISIKO lanjutan Manajemen Risiko Operasional lanjutan
Audit Intern yang meliputi Audit Kantor Pusat dan Kantor Inspektorat BRI seluruh Indonesia bertugas melakukan pemantauan dan validasi atas kecukupan pengendalian internal dalam aktivitas
operasional dan bisnis di unit kerja operasional dan konsistensi atas penerapan manajemen risiko operasional di BRI secara bankwide.
Penerapan manajemen risiko operasional BRI difasilitasi melalui perangkat manajemen risiko operasional berupa Operational Risk Assessor OPRA yang mencakup modul Risk and Control Self
Assessment RCSA, Indikator Risiko Utama IRUKey Risk Indicator KRI, Manajemen Insiden MI, Forum MR dan Maturitas. Upaya peningkatan pemahaman atas manajemen risiko difokuskan pada
peningkatan budaya sadar risiko dan sosialisasipelatihan manajemen risiko yang terus dilakukan kepada seluruh pekerja BRI serta peningkatan kualitas pengendalian risiko pada setiap aktivitas
operasional BRI.
1. Risk Control and Self Assessment RCSA
RCSA merupakan perangkat manajemen risiko yang bersifat kualitatif dan prediktif yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengukur risiko berdasarkan dimensi dampak impact dan
kemungkinan kejadian likelihood, RCSA di BRI telah diterapkan di DivisiDesk Kantor Pusat BRI, Kantor Wilayah KanWil, Kantor Cabang Khusus KCK, Kantor Cabang KanCa yang juga
mewakili BRI Unit, Kantor Cabang Pembantu KCP dan Sentra Layanan BRI Prioritas. Kebijakan RCSA diatur melalui Surat Edaran BRI No. S.25-DIRDMR122012.
RCSA ditujukan untuk membantu unit kerja dalam mengidentifikasi dan mengukur secara independen risiko operasional pada setiap aktivitas operasional dan bisnis, termasuk melakukan
pemantauan dan penentuan langkah-langkah perbaikanrencana tindak lanjut ke depan.
Pengkinian risk issue pada RCSA dilakukan dengan mempertimbangkan perkembangan bisnis BRI yang meliputi implementasi produk dan atau aktivitas baru, segmen pasar baru dan
persaingan bisnis, perubahan ketentuan internaleksternal, dan perubahan lainnya yang mempengaruhi eksposur
risiko BRI.
Penilaian dimaksud
dilakukan antara
lain dengan
mempertimbangkan data Manajemen Insiden MILoss Event Database LED, Indikator Risiko Utama IRUKey Risk Indicator KRI dan Laporan Hasil Audit LHA. RCSA dilaksanakan secara
periodik setiap triwulan, dan frekuensinya akan ditingkatkan apabila terjadi perubahan eksposur risiko yang signifikan.
Laporan hasil konsolidasi RCSA tersebut dilaporkan secara rutin kepada seluruh Direksi BRI dalam Risk Management Committee RMC yang dilaksanakan setiap triwulan.
2. Manajemen Insiden MI dan Loss Event Database LED
Manajemen Insiden MI merupakan Loss Event Database LED BRI yang mencakup proses pencatatan data kejadian kerugian yang dilakukan untuk setiap jenis kerugian finansial maupun
non finansial yang meliputi actual loss, potential loss dan near misses sejak insiden terjadi sampai dengan penyelesaian, termasuk langkah-langkah perbaikan dan penanganan insiden yang
dilakukan. Kebijakan MI diatur melalui Surat Edaran BRI No. S.30-DIRDMR112013.
Berdasarkan data kejadian kerugian pada modul MI, dapat dilakukan analisa kejadian kerugian berdasarkan penyebab, aktivitas fungsional, kategori kejadian event type dan lini bisnis BRI.
Sistem informasi tersebut dapat digunakan untuk menentukan langkah-langkah preventif pengendalian risiko berbasiskan pendokumentasian proses penangananpenyelesaian insiden
baik dari sisi non finansial, kerugian finansial dan recovery kerugian maupun proses litigasi.