○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○
Manajemen SDM di Pemerintahan
dan perlindungan. Dengan melihat dari lingkup manajemen SDM di birokrasi pemerintah tersebut maka dalam uraian bab-bab berikutnya
tidak akan lepas dari ruang lingkup tersebut.
PERTANYAAN UNTUK EVALUASI
1. Jelaskan pengertian dari Manajemen SDM secara umum? 2. Jelaskan pengertian dari Manajamen SDM di pemerintahan?
3. Apa perbedaan manajemen SDM di sektor swasta dengan di peme- rintahan?
4. Apa arti penting manajemen SDM di pemerintahan? 5. Jelaskan ruang lingkup atau fokus dari manajemen SDM di pemerin-
tahan?
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menyebutkan dan menjelaskan beberapa teori manajemen SDM yang utama.
2. Menjelaskan teori dasar dari manajemen SDM. 3. Memberi alasan arti penting teori motivasi dan produktivitas dalam pembahasan
manajemen SDM. 4. Menyebutkan dan menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh pada motivasi
kerja. 5. Menyebutkan dan menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh pada
produktivitas kerja. 6. Menjelaskan hubungan antara motivasi dengan produktivitas kerja.
Deskripsi Singkat
Hingga sekarang ini ada perasaan keragu-raguan yang menghinggapi para ilmuwan yang memperdalam ilmu pemerintahan dan administrasi publik pada berbagai
pertanyaan dan keraguan teori manajemen sumberdaya manusia SDM yang diajarkan pada kedua jurusan tersebut sebagai mata kuliah pokok jurusan. Keraguan-
raguan ini disebabkan oleh adanya kritik bahwa teori manajemen SDM yang selama ini diajarkan, yang lebih banyak mengacu pada organisasi swasta dan manajemen
ilmiah dianggap kurang tepat untuk menjelaskan persoalan pemerintahan dan administrasi negara yang lebih banyak berkaitan dengan sektor publik. Pada bab ini
akan dijelaskan mengenai teori manajemen SDM yang sedikit banyak mengurangi keragu-raguan tersebut. Teori manajemen SDM tersebut yang pokok adalah teori
tentang motivasi dan produktivitas kerja,
BAB 2
Teori Manajemen Sumberdaya Manusia
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○
Manajemen SDM di Pemerintahan
A. PEMAHAMAN TENTANG TEORI MSDM
Teori berhubungan dengan hal-hal yang bersifat abstrak sehingga secara umum teori dapat diberi pengertian sebagai abstraksi dari suatu
fenomena. Setiap teori selalu mengalami perkembangan dari satu isu ke isu yang lain sesuai dengan paradigma yang berkembang pada saat
itu. Teori tentang manajemen SDM pun juga demikian, mengalami perkembangan dari fase satu ke fase yang lain. Untuk dapat melihat
sesuatu itu berkembang, tentunya kita harus melihat sisi historis dimana sesuatu itu dimulai, demikian juga halnya terhadap sejarah awal permu-
laan teori dan konsep manajemen sumber daya manusia itu dimulai. Merunut aspek perkembangannya, teori dan konsep mengenai manaje-
men sumber daya manusia terbagi atas 3 tahap perkembangan. Menurut Miles 1975, ada tiga kelompok teori manajer, yaitu:
1. Tradisional Traditional 2. Hubungan Kemanusiaan Human Relation Theory
3. Sumber Daya Manusia Human Resources Teori-teori manajemen tersebut berevolusi dan mengalami perkem-
bangan yang cukup lama. Dari teori tradisional kemudian menyusul perkembangan teori human relation, dan pada akhirnya terbentuk teori
human resources. Ketiga teori tersebut dipraktekkan dalam pelbagai organisasi. Di dalam ketiga teori tersebut tercermin perilaku manajer
yang dipengaruhi oleh sosio teknik dan interaksi perilaku manusia yang tergabung dalam organisasi. Para manajer akhirnya memiliki konsep
dan pandangan sesuai teori yang dianut nya. Dari teori-teori tersebut akan ada secercah petunjuk yang kuat dan hebat tentang bagaimana
mengelola SDM di dalam organisasi secara tepat. Teori yang disampaikan miles ini sangat jelas memberikan panduan bagi manajer untuk melihat
jalan terang serta menentukan langkah-langkah terstruktur dalam menjalankan fungsinya dengan mengaplikasikan teori ini secara
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
Drs. MUCHAMAD ZAENURI, M.Si.
kongkrit. Ketiga teori manajer tersebut mempunyai implikasi yang berbeda
terhadap model yang diterapkan. Adapun ulasan perbandingan secara singkat yang menyajikan asumsi, kebijakan, dan harapan yang masing-
masing yang juga merupakan ciri khusus untuk setiap model manajemen akan diulas dalam penjabaran yang tertuang dalam table di bawah ini:
TABEL 2.1. MODEL-MODEL MANAJEMEN
Sumber: Miles 1975, dalam Sulistiyani, 2003:17-18
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○
Manajemen SDM di Pemerintahan
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat perbedaan dasar dari manaje- men tradisional, Human Relations hubungan kemanusiaan, sampai
pada Human Resources manajemen sumber daya manusia yang di bedakan Miles berdasarkan aspek asumsi, kebijakan, dan harapan. Pada
aspek asumsi kelihatan bahwa pegawai pada masa manajemen tradisional hanya berfungsi sebagai alat atau mesin sehingga kedudukan mereka
tidak begitu disukai oleh pegawai lainnya, hal itu berkembang lagi pada model human relation keadaan itu diperbaiki menjadi pegawai diakui
sebagai sebuah individu yang bekerja untuk sebuah organisasi sehingga dari keadaan itu keinginan pegawai agar dianggap berguna dan penting
dapat terwujud, walaupun peran-peran mereka dalam hal pengambilan keputusan-keputusan organisasi belum ada. Sehingga pada model hu-
man resources, peran tersebut benar-benar kelihatan dan terwujud. Hal ini tampak dari kebijakan pada model tersebut yang menjelaskan bahwa
tugas pokok manajer pada model human resources adalah meman- faatkan SDM yang ada, menciptakan lingkungan yang memungkinkan
anggota organisasi dapat menyumbangkan kemampuannya serta mendo- rong partisipasi dan memperbesar self direction dan self control pada
bawahan. Hal ini menunjukkan bahwa pada model human resources lah peran dan partisipasi pegawai diakui, baik sebagai manusia maupun
sebagai bagian dari organisasi.
1. Teori Manajemen Tradisional
Menurut Siagian 1993:38, pada awal pertumbuhannya, gerakan manajemen tradisional yang juga dikenal dengan nama manajemen
ilmiah lebih menyoroti peningkatan efisiensi dan produktivitas para pekerja dalam menggunakan mesin-mesin yang mahal, dan bukan pada
perlakuan para pekerja yang sesuai dengan harkat dan martabatnya. Pada model manajemen klasik, manajemen ilmiah atau manajemen
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
Drs. MUCHAMAD ZAENURI, M.Si.
tradisional bersumber dari tiga teori pokok yang ditulis oleh para filosof serta para penerjemahnya pada abad XIX. Yang pertama adalah The
Social Darwinists The Natural Law, khususnya dari Herbert Spencer yang berargumen bahwa manusia sebagaimana species lainnya tidak
hanya hidup sebagaimana adanya, tetapi bahwa seterusnya mereka mempertahankan hidup. Oleh sebab itu, mereka mampu dan memberi
sumbangan secara tidak seimbang pada apa yang mereka peroleh. Seba- liknya usaha-usaha yang dibuat untuk melindungi dan mempertahankan
sejumlah kejanggalan tidak hanya mahal, tetapi juga berpotensi merusak evolusi perkembangan manusia.
Filosofi ini cenderung di dukung oleh kelompok protestan yang kemudian mengilhami usahawan Amerika untuk memperluas kekayaan
dan meningkatkan kesejahteraan nya. Filosofi ini bila ditransfer ke dalam kehidupan organisasi menyarankan kepada mereka yang karena kemam-
puan lebihnya mencapai posisi yang tinggi harus mementingkan kema- juan dan efisiensi, menggunakan bakatnya untuk secara sungguh-sungguh
mengarahkan dengan cara yang adil buat mereka-mereka yang tertinggal kemampuannya. Dalam konteks organisasi, teori mengajarkan bahwa
hanya ada segelintir orang yang dapat menggapai posisi puncak organisasi karena kecakapannya dan kemampuannya. Demikian pula teori eko-
nomi klasik yang bersumber dari warisan Judeo-christian hingga Adam Smith maupun teori ekonomi modern yang berasumsi bahwa manusia
dapat bekerja secara efisien dan mampu meraih kepuasannya jika mendapatkan upah yang tinggi.
Sumbangan kedua berasal dari The Scientific Management Move- ment
yang dipelopori oleh Fredrick W. Taylor berdasarkan penelitian yang mereka lakukan di lapangan ternyata banyak departemen dan
pekerjaan yang memiliki struktur yang tidak efisien dan banyak pekerja yang keterampilannya sangat rendah. Penyebabnya bukan saja berasal