Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ Manajemen SDM di Pemerintahan lain-lain. Kebijakan pemerintah tentang hal tersebut sangat mempe- ngaruhi terhadap produktivitas kinerja pegawai.

3. Pengaruh Motivasi Dalam Meningkatkan Produktivitas kerja

Produktivitas merupakan perbandingan antara keluaran dan masukan serta mengutarakan cara pemanfaatan baik terhadap sumber-sumber dalam memperoduksi suatu barang atau jasa. Produktivitas sangat penting peranannya dalam organisasi, karena jika tingkat produktivitasnya tinggi maka tujuan dalam organisasi tersebut akan tercapai. Untuk mening- katkan hasil produktivitas kerja yang baik, pegawai harus memiliki kete- rampilan dan kinerja kerja yang baik. Karena jika pegawai tidak memiliki keterampilan dan kinerja yang baik maka produktivitas kerja tidak akan tercapai. Untuk meningkatkan produktivitas perlu digunakan faktor-faktor yaitu perbaikan terus menerus, peningkatan mutu hasil pekerjaan dan pemberdayaan sumber daya manusia agar dapat menunjang tercapainya produktivitas di dalam organisasi tersebut. Ishak dan Hendri 2003: 28 menyatakan manfaat motivasi yang paling utama adalah menciptakan gairah kerja, sehingga produktivitas kerja daat meningka. Dengan adanya motivasi diharapkan pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat. Dan para pegawai akan me- rasa senang akan melakukan kegiatannya karena motivasi yang diberikan kepadanya terlaksana dengan baik dan produktivitas kerja dapat meningkat. Pada dasarnya tingkat motivasi itu berbeda. Motivasi ini ditentukan oleh kekuatan keinginan dan harapan pegawai yang ingin dicapainya. Seorang pegawai akan termotivasi dan dapat meningkatkan produktivi- tas kerjanya apabila ada imbalan-imbalan yang diberikan dari atasannya. Bisa berupa dana, penghargaan, piagam dan lain-lain. Seorang pegawai ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ Drs. MUCHAMAD ZAENURI, M.Si. juga akan termotivasi dan meningkatkan produktivitas kerjanya apabila dalam dirinya terdapat keyakinan bahwa keinginan, kebutuhan, harapan dan tujuannya dapat tercapai juga. PERTANYAAN UNTUK EVALUASI 1. Sebutkan dan jelaskan beberapa teori manajemen SDM yang utama? 2. Apa yang menjadi teori dasar dari manajemen SDM? 3. Mengapa teori motivasi dan produktivitas kerja penting dalam pembahasan manajemen SDM? 4. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang berpengaruh pada motivasi kerja? 5. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang berpengaruh pada produktivitas kerja? 6. Jelaskan hubungan antara motivasi dengan produktivitas kerja? Tujuan Instruksional Khusus Setelah mempelajari bab ini, pembaca diharapkan dapat: 1. Memahami pengaturan manajemen SDM di pemerintahan. 2. Mengetahui lingkup manajemen SDMdi pemerintahan. 3. Memahami model kelembagaan manajemen SDM di pemerintah Indonesia. 4. Mengetahui perbedaan antara pegawai negeri sipil PNS dengan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja PPPK. 5. Menjelaskan perlunya PPPK dalam manajemen aparatur sipl negara. Deskripsi Singkat Pengelolaan SDM aparatur di pemerintahan Indonesia diatur melalui peraturan perundangan yang tersusun secara hirarkis yang meliputi undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan menteri dan peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Republik Indonesia. Menteri yang bertanggung jawab dalam mengelola SDM aparatur adalah Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi PAN RB, sedangkan untuk operasionalnya ditindak lanjuti oleh Badan Kepegawaian Negara di tingkat pusat dan Badan Kepegawaian Daerah di tingkat provinsi dan kabupatenkota. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengaturan, lingkup dan model manajemen SDM di pemerintahan, serta kelembagaan yang mendukung proses manajemen tersebut.

A. KEBIJAKAN PENGELOLAAN SDM APARATUR DI INDONESIA

Secara umum kebijakan yang mengatur tentang SDM aparatur tertuang dalam Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Kebijakan dan Manajemen SDM di Pemerintah Indonesia ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ Drs. MUCHAMAD ZAENURI, M.Si. Sipil Negara. Untuk melaksanakan undang-undang ini masih diperlukan 19 Peraturan Pemerintah, 4 Peraturan Presiden, 1 Peraturan Menteri. Pemenuhan peraturan-peraturan tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama, selama peraturan perundangan yang baru belum ada, peraturan lama masih bisa dipakai sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang tersebut. Sebagaimana tercantum dalam pasal Pasal 139 undang-undang ASN ini menyebutkan bahwa: Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 3041 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 3890 dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti berdasarkan Undang Undang ini. Kebijakan pengelolaan aparatur disusun untuk mewujudkan aparatur sipil negara yang memiliki integritas, profesional,netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk mewujudkan aparatur sipil negara sebagai bagian dari reformasi birokrasi, perlu ditetapkan aparatur sipil negara sebagai profesi yang memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan dirinya dan wajib mempertanggung jawabkan