Gambaran Pengetahuan Gizi Anak pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015

8.Gambaran Body Image pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 Body image atau citra diri merupakan cara seseorang menilai dan memandang bentuk tubuhnya sendiri. Pada perempuan cenderung menganggap dirinya gemuk, sehingga mereka sangat memperhatikan pola konsumsi terhadap makanannya. Sehingga, pada mereka menganggap diri gemuk maka akan cenderung mengurangi frekuensi makannya Dachlan, 2012. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tabel 5.16, terlihat bahwa dari 20 siswa yang memiliki body image negatif, terdapat 17 siswa 85 yang memiliki pola konsumsi energi kurang dari AKG,16 80 yang memiliki pola konsumsi karbohidrat yang kurang dari AKG, 83 siswa 40 yang memiliki pola konsumsi protein yang kurang dari AKG, dan 15 siswa 75 yang memiliki pola konsumsi lemak kurang dari AKG. Sedangkan diantara 113 siswa yang memiliki body image positif, terdapat 70 siswa 61,9 yang memiliki pola konsumsi energi kurang dari AKG, 82 siswa 72,6 yang memiliki pola konsumsi karbohidrat kurang dari AKG, 43 siswa 38,1 yang memiliki pola konsumsi protein yang kurang dari AKG, dan 68 siswa 60,2 yang memiliki pola konsumsi lemak kurang dari AKG.

C. Analisis Bivariat

1. Hubungan Umur dengan Pola Konsumsi Makan pada Siswa MI

Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015 Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa rata-rata umur siswa adalah 9 tahun. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai pvalue untuk energi = 0,002, pvalue karbohidrat =0,000, pvalue protein= 0,000, dan pvalue lemak= 0,000 0.05, yang menunjukkan bahwa Ho ditolak atau hipotesis penelitian diterima yaitu ada hubungan antara umur dengan pola konsumsi makan. Hal ini sejalan dengan penelitian Lucy, dkk 2005 yang menemukan bahwa ada hubungan antara umur dengan pola konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak. Di samping itu, hasil penelitian Daryono 2003 juga menemukan bahwa ada hubungan antara umur dengan pola konsumsi energi dan protein. Hal tersebut didukung dengan hasil wawancara dari lembar food recall 3x24 jam dan observasi yang menyatakan bahwa rata-rata konsumsi makanan pokok pada siswa yang berusia 9-10 tahun hanya sebanyak 1-2 kali saja dan membeli jajanan hanya 1 kali, sedangkan pada anak 11-12 tahun mengkonsumsi makanan pokok sebanyak 3-4 kali dengan membeli jajanan di sekolah sebanyak 2 kali. Hal ini menunjukkan bahwa anak usia 9-10 tahun lebih sedikit mengkonsumsi makanan dan jajanan dibanding dengan siswa yang berusia 11-12 tahun. Dapat diasumsikan juga pada siswa yang berumur 11-12 tahun memiliki aktivitas yang lebih banyak daripada siswa berumur 9-10 tahun yang dapat dilihat dari jam pulang sekolah. Siswa berumur 10-12 tahun memiliki jam pulang sekolah yang lebih lama dibandingkan siswa yang berumur 9-10 tahun. Sehingga asupan konsumsinya dapat meningkat. Umur memiliki peranan penting dalam menentukan pemilihan konsumsi dan kebutuhan konsumsi energi dan zat gizi seseorang. Karena umur dapat mempengaruhi kecepatan seseorang untuk menerima dan merespon informasi yang diterima dan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan konsumsi makan. Komposisi tubuh setelah umur 5 tahun mulai berubah. Sebagian besar waktu anak usia sekolah banyak dimanfaatkan dengan aktivitas di luar rumah, yakni sekitar 3-6 jam di sekolah, beberapa jam untuk bermain, berolahraga, dan sebagainya. Sehingga, anak sekolah memerlukan energi dan asupan zat gizi makro lebih banyak Kurniasih, dkk, 2010. Dari berbagai pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa umur berhubungan dengan pola konsumsi makan. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan komposisi tubuh seiring dengan bertambahnya umur. Sehingga, kebutuhan energi, karbohidrat, protein, dan lemak akan bertambah.

2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Pola Konsumsi Makan pada

Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015 Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa lebih banyak siswa laki-laki yang memiliki konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak yang kurang dari AKG dibandingkan dengan siswa perempuan. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai pvalue energi = 0,336 pvalue karbohidrat =0,556, pvalue protein= 0,153, dan pvalue lemak= 0,157 0.05, yang menunjukkan bahwa Ho diterima atau hipotesis penelitian ditolak yaitu tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan pola konsumsi makan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Nasution 2001 dalam Puji 2011 yang menemukan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan pola konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak. Di samping itu, hasil penelitian Sri 2010 yang juga menemukan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan konsumsi energi. Tidak adanya hubungan antara jenis kelamin dengan pola konsumsi makan dapat disebabkan karena distribusi responden kurang heterogen, dimana jumlah responden perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah responden laki-laki. Selain itu dapat diasumsikan bahwa porsi makan anak perempuan lebih sedikit dibandingkan dengan anak laki-laki. Namun hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hakim 2001 dalam Septiana 2011 dan Asrina, dkk 2013 yang menemukan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin