Hubungan Besar Uang jajan dengan Pola Konsumsi Makan pada

khususnya energi dan protein yang rendah. Hal ini juga didukung oleh penelitiannya Kirana 2007 yang mengatakan bahwa alokasi uang jajan uang jajanan besar jumlahnya, akan tetapi tidak menentukan apakah jajajanan yang dibeli tidak dikonsumsi sendiri melainkan dikonsumsi bersama teman-temannya. Sehingga konsumsi energi dan zat gizi belum tentu dapat terpenuhi. Dapat disimpulkan dari hasil penelitian bahwa rata-rata uang jajan siswa sudah mencukupi untuk membeli makanan seperti nasi kuning yang dapat memenuhi kebutuhan gizi siswa ketika di sekolah, namun masih banyak siswa yang lebih memilih membeli jajanan seperti mi instan, chiki, permen, dan cilok. Peneliti menyarankan untuk membeli jajanan dengan baik. Dengan cara: 1 pilihlah makanan yang tertutup rapat, tidak berbau atau berasa asam, dan tidak berlendir, 2 hindari makanan gorengan berwarna gelap dan bertekstur keras, 3 hindari makanan gorengan dengan permukaan berwarna putih, 4 hindari makanan berbungkus kertas koran atau kertas dengan tinta pada bagian dalam bungkus, 5 perhatikan makanan atau minuman yang dikemas dengan menggunakan steples, 6 perhatikan kandungan gizi dan tanggal kadaluarsa pada makanan kemasan Kurniasih, dkk, 2010.

5. Hubungan Peran Orang Tua dengan Pola Konsumsi Makan pada

Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015 Dalam penelitian didapatkan bahwa lebih banyak siswa yang tidak dipengaruhi oleh peran orang tua sebanyak 87 siswa 65,4. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai pvalue energi= 0,012 pvalue karbohidrat =0,043, pvalue protein= 0,049, dan pvalue lemak= 0,045 0.05, yang menunjukkan bahwa Ho ditolak atau hipotesis penelitian diterima yaitu ada hubungan antara peran orang tua dengan pola konsumsi makan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bryant 2004 yang menemukan bahwa ada hubungan antara peran orang dengan pola konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak pada anak. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Heather 2005 dan Mangdy 2014 yang juga menemukan ada hubungan antara peran orang tua dengan pola konsumsi energi, karbohidrat, protein dan lemak pada anak. Berdasarkan hasil wawancara dari lembar food recall 3x24 menyatakan bahwa mereka makan apa yang dimasak oleh ibunya, apabila ibunya tidak memasak kebanyakan responden lebih memilih masak mie dan telur dengan alasan mudah, cepat, dan praktis. Adanya hubungan peran orang tua dikarenakan peran orang tua berpengaruh terhadap ketersediaan makan, pengetahuan gizi, dan kandungan zat gizi makanan yang ditawarkan. Karena pola kebiasaan makan anak berawal dari keluarga Worthington, 2000. Salah satu faktor yang membentuk kebiasaan makan anak adalah peran ibu dalam keluarga, terutama dalam merawat dan mengurus keluarga. Banyak penelitian menunjukkan bahwa orang tua secara sadar maupun tidak sadar telah menuntun kesukaan makan anak dan dapat membentuk gaya yang berpengaruh terhadap dimana, bagaimana, dengan siapa, dan berapa banyak yang ia makan. Interaksi orang tua dan anak juga dapat berpengaruh terhadap pilihan makan dan pengembangan pola makan anak Almatsier, 2011. Hal ini membuktikan bahwa peran orang tua terutama ibu penting dalam keluarga terutama dalam hal ketersediaan makan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa peran ibu dalam keluarga sangat penting karena dapat mempengaruhi pola konsumsi makan dalam keluarga. Untuk itu peneliti menyarankan agar ibu lebih memberikan perhatian terhadap pola konsumsi anak dengan cara membawakan bekal yang cukup energi dan zat gizi seperti bekal yang didalamnya terdapat nasi, sayur, buah, tempe, daging, jus atau susu Kurniasih, dkk, 2010.

6. Hubungan Pengetahuan Gizi Anak dengan Pola Konsumsi Makan

pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015 Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa lebih banyak siswa yang memiliki pegetahuan terkait gizi yang baik sebanyak 63,2. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai pvalue energi = 0,557 0.05, pvalue karbohidrat =0,225, pvalue protein= 0,854, dan pvalue lemak= 0,854 yang menunjukkan bahwa Ho diterima atau hipotesis penelitian ditolak yaitu tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan pola konsumsi makan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Asrina, dkk 2013 yang menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan asupan energi dan zat gizi makro . Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian