waspada dan lapar. Marasmus sering disertai defisiensi vitamin terutama vitamin D dan vitamin A. Marasmus berpengaruh dalam jangka panjang
terhadap mental dan fisik yang sukar diperbaiki. Sedangkan kwashiorkor adalah gangguan kekurangan protein, yang dapat terjadi juga pada
konsumsi energi yang cukup atau lebih. Kwashiorkor ditandai dengan pertumbuhan terhambat, tidak ada nafsu makan, tidak gembira, kulit
pecah-pecah, rambut mengalami depigmentasi. Kwashiorkor memiliki ciri khas yaitu terdapat edema pada perut, kaki, dan tangan serta kehadirannya
berkaitan erat dengan albumin dalam serum Almatsier, 2001. Keadaan kwashiorkor banyak dijumpai pada anak-anak yang terlambat disapi yaitu
usia antara 2-3 tahun.
D. Pola Konsumsi Makan
Pola konsumsi makan
adalah susunan makanan yang merupakan suatu kebiasaan yang dimakan seseorang mencakup jenis dan jumlah
bahan makanan rata-rata per orang per hari yang umum dikomsumsi atau dimakan penduduk dalam jangka waktu tertentu PERSAGI, 2009.
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pola konsumsi makan menggambarkan berbagai macam makanan yang dikonsumsi
seseorang setiap hari akibat pengaruh dari psikologi, fisiologi, budaya, dan sosial. Pada kelompok usia anak sekolah, pertumbuhan fisik secara
kognitif, sosial dan emosional, terus mengalami pertambahan yang signifikan serta aktivitas fisik yang meningkat. Sehingga dibutuhkan
makanan yang proporsional, seperti jumlah yang cukup dan mutu yang baik.
Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola konsumsi makan dan asupan gizi yang tidak terlalu berbeda dengan teman
sebayanya. Pada anak usia sekolah jumlah dan variasi makanan yang dimakan akan bertambah, tetapi banyak diantara mereka yang tetap
menolak sayuran dan makanan yang dicampur seperti gado-gado, pecel, dan sayur asam. Anak usia sekolah lebih menyukai makanan jajanan
seperti mi bakso, siomay, gorengan, dan makanan manis seperti kue-kue Almatsier, 2011.
Kecukupan gizi anak sekolah harus memenuhi menu gizi seimbang yang sesuai dengan banyaknya aktivitas anak, makanan harus
mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral yang cukup untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya Andriyani, 2012.
Berdasarkan hasil penelitian Yelni 2013 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara asupan zat gizi makro dengan status gizi, penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwan asupan zat gizi makro seperti energi, karbohidrat, protein, dan lemak dapat mempengaruhi status kesehatan
masyarakat. Pola konsumsi makan dapat berhubungan erat dengan berbagai jenis penyakit. Tubuh membutuhkan asupan zat gizi yang cukup
untuk melakukan aktivitas dan mencegah berbagai jenis penyakit. Apabila tubuh mengalami kekurangan zat gizi, khususnya energi
dan protein pada tahap awal akan menyebabkan rasa lapar dalam jangka waktu tertentu serta akan mengalami penurunan berat badan yang disertai
dengan penurunan produktivitas kerja. Apabila tidak ada perbaikan konsumsi energi dan protein dapat menyebabkan tubuh mudah terserang