menemukan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dengan pola konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak, artinya
bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan maka akan semakin baik pola makannya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat
pengetahuan maka semakin buruk pola makannya. Karena informasi yang diterima berupa pengetahuan dapat diterapkan pada pola
konsumsi makan. Dapat disimpulkan dari hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa pengetahuan gizi bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi makan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil
analisis tidak diterapkannya pengetahuan gizi yang didapatkan dari sekolah oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.
7. Hubungan Body Image dengan Pola Konsumsi Makan pada Siswa
di MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015
Dari penelitian didapatkan hasil bahwa lebih banyak siswa yang memiliki body image positif sebanyak 85. Berdasarkan hasil
uji chi square diperoleh nilai pvalue energi= 0,557, pvalue karbohidrat =0,590, pvalue protein= 1,000, dan pvalue lemak= 0,316
0.05, yang menunjukkan bahwa Ho diterima atau hipotesis penelitian ditolak yaitu tidak ada hubungan antara body image dengan
pola konsumsi makan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Daryono 2003 yang menemukan tidak ada
hubungan antara body image dengan konsumsi energi dan protein. Hal ini juga sejalan dengan penelitian oleh Ervina 2007 dalam Chairiah
2012 yang memenemukan tidak ada hubungan antara body image dengan pola konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak.
Tidak ada hubungan antara body image dengan pola konsumsi makan dapat dikarenakan pola konsumsi makan yang diterapkan tidak
hanya dipengaruhi oleh persepsi tubuh ideal saja. Tetapi terdapat faktor lain yang mempengaruhinya, yaitu pola asuh orang tua, seperti
kepercayaan dan riwayat keluarga yang memandang tubuh ideal sebagai bagian penting serta pengaruh dari peer grup, dimana
didapatkan dari pergaulan teman sebaya. Namun hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Chairah
2012 yang menemukan bahwa ada hubungan antara body image dengan pola makan pada remaja putri. Ini artinya bahwa semakin
positif body image maka semakin baik pula pola makannya. Begitu juga sebaliknya, jika body image yang dimiliki negatif maka semakin
buruk pola makannya. Dapat dimpulkan dari hasil penelitian bahwa sebagian besar
responden sudah memiliki pandangan body image yang positif, sehingga faktor ini tidak bukan merupakan faktor yang berhubungan
dengan pola konsumsi makan. Karena adanya pandangan pada siswa terhadap bentuk tubuh yang sudah baik. Sehingga, dapat diasumsikan
mereka memiliki tanggapan bahwa pola konsumsi makan yang sedikit maupun banyak tidak akan mempengaruhi ke bentuk tubuh mereka
dan tidak
ada yang
melakukan diet.
109
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pola konsusmi makan pada siswa MI Unwanul
Huda di Jakarta Selatan tahun 2015, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat 65,4 siswa yang konsumsi energinya kurang dari AKG,
terdapat 73,7 siswa yang konsumsi karbohidratnya kurang dari AKG, dan sebesar 62,4 siswa yang konsumsi lemaknya kurang dari
AKG. Sedangkan 61,7 siswa memiliki konsumsi protein yang cukup dari AKG.
2. Rata-rata umur siswa adalah 10,59 tahun. 3. Sebagian besar siswa berjenis kelamin perempuan.
4. Sebagian besar ibu siswa berpendidikan SMA yaitu sebesar 63,2. 5. Rata-rata uang jajan siswa adalah Rp 8,067.
6. Sebagian besar siswa tidak dipengaruhi oleh peran orang tua yaitu sebesar 65,4.
7. Sebagian besar siswa memiliki pengetahuan terkait gizi kategori baik yaitu sebesar 63,2.
8. Sebagian besar siswa memiliki body image positif yaitu sebesar 85. 9. Ada hubungan antara umur dengan pola konsumsi makanenergi,
karbohidrat, protein, dan lemak pada siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015.