berdampak pada keadaan infeksi yang akut pada tubuh. Secara patologis mekanismenya adalah penurunan asupan zat gizi akibat
kurangnya nafsu makan, menurunnya absorbsi, dan kebiasaan mengurangi makanan saat sakit, peningkatan kehilangan cairan atau
zat gizi akibat penyakit diare, mual atau muntah akibat perdarahan yang terus-menerus, meningkatnya kebutuhan akibat sakit dan parasit
yang terdapat di dalam tubuh dan toleransi terhadap makanan yang dapat memperburuk status gizi Supariasa, et al., 2002.
Berkurangnya nafsu makan dalam jangka waktu yang lama, akan menyebabkna menurunnya asupan makan, sehingga berat badan
pun akan menurun dan berdampak pada status gizi Suhardjo 1989 dalam Rezkina 2013. Berdasarkan hasil penelitian Fatimah, dkk
2008 menunjukkan bahwa faktor yang memiliki kontribusi terhadap gizi kurang pada anak adalah riwayat penyakit infeksi. Namun, hal ini
tidak sejalan dengan penelitian Tahir 2013 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara riwayat penyakit dengan status gizi yang
akan berdampak pada pola konsumsi makannya.
12. Tingkat Ekonomi Keluarga
Tingkat ekonomi keluarga merupakan kemampuan finansial yang dapat dihasilkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Semakin tinggi tingkat ekonomi keluarga, maka akan semakin baik tingkat konsumsi makanan yang akan dimakan, begitu juga sebaliknya.
Keluarga dengan pendapatan terbatas akan cenderung kurang
memperhatikan kebutuhan makanannya terutama kebutuhan zat gizi dalam tubuh Apriadji, 1986.
Pendapatan merupakan pengaruh yang kuat terhadap status gizi. Setiap kenaikan pendapatan umumnya mempunyai dampak
langsung terhadap status gizi penduduk. Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Pendapatan
keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik
primer maupun sekunder. Berdasarkan hasil penelitian Luciana, dkk 2012 menyatakan
ada hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan pola makan anak. Namun, hal ini tidak sejalan dengan Tahir, dkk 2013 yang
menyatakan tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan status gizi yang berdampak pada pola konsumsi makannya.
Pendapatan pada anak berupa uang jajan Pahlevi, 2012. Uang
jajan adalah uang yang diberikan orang tua kepada anak untuk membeli jajanan di sekolah. Uang jajan yang rutin diberikan pada anak
dapat membentuk sikap dan persepsi anak bahwa uang jajan adalah hak mereka dan mereka bisa menggunakannya sesui dengan keinginan
mereka, sehingga anak bisa memanfaatkan secara bebas. Pemberian uang jajan juga dapat mempengaruhi kebiasaan jajan dalam membeli
makanan pada anak usia sekolah Aprillia, 2011.