Hubungan Jenis Kelamin dengan Pola Konsumsi Makan pada

penelitian Daryono 2003 yang menemukan tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan konsumsi energi dan protein. Tidak ada hubungan antara pendidkan ibu dengan pola konsumsi makan anak karena tingkat konsumsi makan tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan melainkan faktor lain seperti kemiskinan, lingkungan yang kurang sehat, asupan energi dan zat gizi yang kurang, penyakit infeksi, dan pelayanan kesehatan yang kurang memadai Handasari, 2010. Hal ini diperkuat kembali oleh pendapat Allo 2013 yang menyatakan bahwa faktor pendidikan bukan merupakan faktor langsung yang mempengaruhi status gizi, tetapi pendidikan tersebut akan sangat berpengaruh pada tingkat pengetahuan. Pengetahuan kesehatan dan gizi merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pola konsumsi makan. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Mayapadin 2006 menunjukkan bahwa pendidikan ibu rumah tangga berpengaruh secara signifikan terhadap konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak. Karena tingkat pendidikan formal seorang ibu seringkali berhubungan positif dengan peningkatan pola konsumsi makanan rumah tangga. Hal ini termasuk upaya mencapai status gizi yang baik pada anak-anaknya Koblinsky, et.al, 1997. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan ibu bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi makan. Dari hasil diketahui pula bahwa masih terdapat ibu responden yang berpendidikan SMA memiliki pola konsumsi makan yang kurang pada anak. Sehingga, dapat diasumsikan bahwa pendidikan ibu yang tinggi tidak menutup kemungkinan pengetahuan gizinya kurang karena beberapa hal seperti ibu tidak rajin membaca informasi tentang gizi terutama tentang pola konsumsi makan yang baik dan seimbang, jarang mendengarkan informasi tentang gizi, dan tidak melihat informasi tentang gizi yang akan berdampak pada ketersediaan pangan di keluarga dan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi keluarga.

4. Hubungan Besar Uang jajan dengan Pola Konsumsi Makan pada

Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015 Pada penelitian ini didapatkan bahwa rata-rata besar uang jajan siswa adalah Rp 8.067. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai pvalue energi= 0,424 pvalue karbohidrat =0,181, pvalue protein= 0,741, dan pvalue lemak= 0,796 0.05, yang menunjukkan bahwa Ho diterima atau hipotesis penelitian ditolak yaitu tidak ada hubungan antara besar uang jajan dengan pola konsumsi makan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitisn Kirana 2007 yang menemukan bahwa ada hubungan antara uang jajan dengan pola konsumsi energi. Disamping itu, hasil penelitian Anzarkusuma 2014, Getruida 2010 menemukan bahwa besar uang jajan tidak ada hubungan dengan status gizi yang akan berdampak pada pola konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak pada anak. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi bahwa siswa terbiasa sarapan pagi dirumah dan membawa bekal ke sekolah, sehingga mereka jarang membeli makanan jajanan di sekolah. Hal ini