berapa banyak yang ia makan. Interaksi orang tua dan anak juga dapat berpengaruh terhadap pilihan makan dan pengembangan pola makan
anak Almatsier, 2011. Hal ini membuktikan bahwa peran orang tua terutama ibu
penting dalam keluarga terutama dalam hal ketersediaan makan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa peran ibu dalam keluarga sangat
penting karena dapat mempengaruhi pola konsumsi makan dalam keluarga. Untuk itu peneliti menyarankan agar ibu lebih memberikan
perhatian terhadap pola konsumsi anak dengan cara membawakan bekal yang cukup energi dan zat gizi seperti bekal yang didalamnya terdapat
nasi, sayur, buah, tempe, daging, jus atau susu Kurniasih, dkk, 2010.
6. Hubungan Pengetahuan Gizi Anak dengan Pola Konsumsi Makan
pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa lebih banyak siswa yang memiliki pegetahuan terkait gizi yang baik sebanyak 63,2.
Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai pvalue energi = 0,557 0.05, pvalue karbohidrat =0,225, pvalue protein= 0,854, dan pvalue
lemak= 0,854 yang menunjukkan bahwa Ho diterima atau hipotesis penelitian ditolak yaitu tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi
dengan pola konsumsi makan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Asrina, dkk 2013 yang menemukan
bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan asupan energi dan zat gizi makro
. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian
Yuliansyah 2007 dalam Septiana 2011 yang menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan konsumsi energi.
Tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan pola konsumsi makan dapat diasumsikan, karena pada anak kelas 5 dan 6
mendapatkan kurikulum pendidikan gizi pada mata pelajaran IPA. Sehingga untuk pengetahuan mendasar tentang gizi mereka suda tahu.
Hal ini didukung oleh perbedaan jumlah jawaban benar antara kelas 4, 5, dan 6. Untuk jawaban benar pada anak kelas 4 kurang lebih 40-60.
Sedangkan untuk anak kelas 5 dan 6 jumlah jawaban benar 60-100. Hal ini dapat terjadi karena pada anak kelas 4 belum mendapat
kurikulum pendidikan gizi. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Sukandar 2009
dalam Widyantara 2013 yang menjelaskan bahwa pengaruh pengetahuan gizi dengan konsumsi energi dan zat gizi tidak selalu
linier, artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang, belum tentu konsumsi energi dan zat gizi yang diterapkan akan baik.
Karena konsumsi energi dan zat gizi jarang dipengaruhi langsung oleh pengetahuan gizi tetapi dapat dipengaruhi oleh interaksi sikap dengan
keterampilan gizi. Pengetahuan gizi yang baik tidak selalu mendasari pilihan makanan yang bergizi, hal ini masih dipengaruhi oleh
kebiasaan dan kemampuan daya beli. Namu hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian hasil
penelitian Aminah 2007 dalam Mardhina, dkk 2014 yang
menemukan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dengan pola konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak, artinya
bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan maka akan semakin baik pola makannya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat
pengetahuan maka semakin buruk pola makannya. Karena informasi yang diterima berupa pengetahuan dapat diterapkan pada pola
konsumsi makan. Dapat disimpulkan dari hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa pengetahuan gizi bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi makan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil
analisis tidak diterapkannya pengetahuan gizi yang didapatkan dari sekolah oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.
7. Hubungan Body Image dengan Pola Konsumsi Makan pada Siswa
di MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015
Dari penelitian didapatkan hasil bahwa lebih banyak siswa yang memiliki body image positif sebanyak 85. Berdasarkan hasil
uji chi square diperoleh nilai pvalue energi= 0,557, pvalue karbohidrat =0,590, pvalue protein= 1,000, dan pvalue lemak= 0,316
0.05, yang menunjukkan bahwa Ho diterima atau hipotesis penelitian ditolak yaitu tidak ada hubungan antara body image dengan
pola konsumsi makan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Daryono 2003 yang menemukan tidak ada
hubungan antara body image dengan konsumsi energi dan protein. Hal ini juga sejalan dengan penelitian oleh Ervina 2007 dalam Chairiah