Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pola Konsumsi Makan pada

Sehingga, dapat diasumsikan bahwa pendidikan ibu yang tinggi tidak menutup kemungkinan pengetahuan gizinya kurang karena beberapa hal seperti ibu tidak rajin membaca informasi tentang gizi terutama tentang pola konsumsi makan yang baik dan seimbang, jarang mendengarkan informasi tentang gizi, dan tidak melihat informasi tentang gizi yang akan berdampak pada ketersediaan pangan di keluarga dan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi keluarga.

4. Hubungan Besar Uang jajan dengan Pola Konsumsi Makan pada

Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015 Pada penelitian ini didapatkan bahwa rata-rata besar uang jajan siswa adalah Rp 8.067. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai pvalue energi= 0,424 pvalue karbohidrat =0,181, pvalue protein= 0,741, dan pvalue lemak= 0,796 0.05, yang menunjukkan bahwa Ho diterima atau hipotesis penelitian ditolak yaitu tidak ada hubungan antara besar uang jajan dengan pola konsumsi makan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitisn Kirana 2007 yang menemukan bahwa ada hubungan antara uang jajan dengan pola konsumsi energi. Disamping itu, hasil penelitian Anzarkusuma 2014, Getruida 2010 menemukan bahwa besar uang jajan tidak ada hubungan dengan status gizi yang akan berdampak pada pola konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak pada anak. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi bahwa siswa terbiasa sarapan pagi dirumah dan membawa bekal ke sekolah, sehingga mereka jarang membeli makanan jajanan di sekolah. Hal ini dapat diasumsikan bahwa uang jajan tidak sepenuhnya digunakan untuk membeli makanan jajanan, sehingga tidak ada hubungan antara uang jajan dengan pola konsumsi makan. Untuk mendapatkan makanan yang cukup energi, karbohidrat, protein, dan lemak mereka harus mengeluarkan uang Rp 3.000 agar dapat membeli nasi kuning dengan isi telur dan oreg tempe, lontong 3 buah dengan isi sayuran. Sebagian responden yang membawa bekal, mereka hanya makan bekalnya saja di antara jam istirahat pertama atau jam istirahat kedua dan tidak membeli jajanan hingga pulang sekolah dengan alasan sudah kenyang. Sedangkan untuk siswa yang tidak membawa bekal, mereka hanya membeli jajanan di sekolah seperti mie instan, nasi kuning, telur gulung, siomay, cilok, sosis goreng, chiki, permen, teh manis. Sehingga, dapat diasumsikan pola konsumsi mereka akan kurang dari kebutuhan gizi, karena mereka hanya memakan makanan pokok 1 kali di sekolah yang rentang waktu dari pagi hingga siang, sedangkan aktivitas mereka di sekolah cukup banyak. Tidak ada hubungan antara besar uang jajan dengan pola konsumsi makan dapat disebabkan oleh tidak banyak siswa yang memperoleh kesempatan mempunyai uang jajan yang banyak oleh karena itu, mereka cenderung memilih jenis jajanan yang murah. Biasanya makin rendah harga suatu barang atau jajanan makin rendah kualitasnya. Karena anak hanya mampu membeli jajanan yang murah. Maka anak akan berisiko membeli jajanan dengan kualitas gizi khususnya energi dan protein yang rendah. Hal ini juga didukung oleh penelitiannya Kirana 2007 yang mengatakan bahwa alokasi uang jajan uang jajanan besar jumlahnya, akan tetapi tidak menentukan apakah jajajanan yang dibeli tidak dikonsumsi sendiri melainkan dikonsumsi bersama teman-temannya. Sehingga konsumsi energi dan zat gizi belum tentu dapat terpenuhi. Dapat disimpulkan dari hasil penelitian bahwa rata-rata uang jajan siswa sudah mencukupi untuk membeli makanan seperti nasi kuning yang dapat memenuhi kebutuhan gizi siswa ketika di sekolah, namun masih banyak siswa yang lebih memilih membeli jajanan seperti mi instan, chiki, permen, dan cilok. Peneliti menyarankan untuk membeli jajanan dengan baik. Dengan cara: 1 pilihlah makanan yang tertutup rapat, tidak berbau atau berasa asam, dan tidak berlendir, 2 hindari makanan gorengan berwarna gelap dan bertekstur keras, 3 hindari makanan gorengan dengan permukaan berwarna putih, 4 hindari makanan berbungkus kertas koran atau kertas dengan tinta pada bagian dalam bungkus, 5 perhatikan makanan atau minuman yang dikemas dengan menggunakan steples, 6 perhatikan kandungan gizi dan tanggal kadaluarsa pada makanan kemasan Kurniasih, dkk, 2010.

5. Hubungan Peran Orang Tua dengan Pola Konsumsi Makan pada

Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015 Dalam penelitian didapatkan bahwa lebih banyak siswa yang tidak dipengaruhi oleh peran orang tua sebanyak 87 siswa 65,4.