D A
S A
R -D
A S
A R
P R
A K
T E
K P
E N
Y U
S U
N A
N A
P B
N D
I IN
D O
N E
S IA
1 8
1
D IR
EK T
O R
A T
P -A
PB N
B E
L A
N J
A P
EM ER
IN T
A H
PU S
A T
2012 2013
APBN-P APBN
61 85
BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR -
46,9 53,4
47 48,2
53,5 69,3
72 159,4
62 86
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA -
126 157,2
161,5 178,6
188,7 250,4
243,6 247
63 87
ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA -
83,9 95,7
115,5 102,1
104,3 140,8
130,3 154,2
64 88
BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA -
228,5 288,4
296,1 357,1
388 450,6
486,9 535,1
65 89
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN -
437,1 482,1
547 540,1
637,8 740
1.050,50 1.250,40
66 90
KEMENTERIAN PERDAGANGAN -
1.128,70 1.233,60
1.144,50 1.455,00
1.258,30 2.371,90
2.441,50 3.105,70
67 91
KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT 84,1
369,2 419,6
590,8 1.277,50
914,9 2.362,20
5.928,50 5.168,10
68 92
KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAH RAGA 120,9
457,4 641,2
734,2 829,1
2.393,10 4.025,90
1.757,90 1.956,70
69 93
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI -
221,7 163,8
204,3 228,6
268 300,2
634,5 706,5
70 94
BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI NAD DAN NIAS 414,7
9.976,70 6.532,80
7.619,10 -
- -
71 95
DEWAN PERWAKILAN DAERAH -
149,2 201,9
235,2 319,2
368,7 553,1
589,8 595,5
72 100
KOMISI YUDISIAL RI -
34,9 79,1
79,6 89,2
54,2 68,6
77,4 91,9
73 103
BADAN KOORDINASI NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA -
- 46,7
94,5 104,4
266,3 1.232,90
1.128,20 1.345,50
74 104
BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TKI -
- -
209,7 220,4
226,1 375
265,9 392,7
75 105
BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO -
- 113,9
513 705,8
636,8 571,9
1.533,30 2.256,90
76 106
LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH -
- -
- -
70,7 171,5
183,4 211,5
77 107
BADAN SAR NASIONAL -
- -
- -
512,6 1.053,80
992,1 1.666,40
78 108
KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA -
- -
- -
60,9 68,1
113,5 119,8
79 109
BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU -
- - -
- -
69,2 268,2
399,6 80
110 OMBUDSMAN RI
- -
- - -
- 15,5
58,8 67,7
81 111
BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN -
312,2 197,7
274,1 82
112 BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS
BATAM 735,3
885 83
113 BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME
92,8 152,2
84 114
SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA 197,2
213,4 85
115 BADAN PENGAWAS PEMILU
53,1 856,6
86 116
LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA 769
985,2 87
117 LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA
753,2 864,2
88 118
BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS SABANG
- 392,2
Jumlah 120.823,00
189.361,20 225.014,20
259.701,90 306.999,50
332.920,20 417.626,20
547.925,50 594.597,60
2008 2009
2010 2011
NO KODE BA
KEMENTERIAN NEGARALEMBAGA 2005
2006 2007
Tabel 5.13 Realisasi Belanja Kementerian NegaraLembaga 2005-2013 miliar rupiah
182
DIREKTORAT P-APBN BELANJA PEMERINTAH PUSAT
5.8 Penyusunan Anggaran Belanja Kementerian NegaraLembaga
Sesuai dengan siklus penganggaran, masing-masing KL sejak awal tahun anggaran mulai menyusun suatu rencana kerja berdasarkan dengan rencana kerja pemerintah, rencana strategis
kementerian negara, serta kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi perencanaan pada tahun anggaran dimaksud. Dengan adanya pagu indikatif yang ditetapkan lebih awal sekitar bulan
Februari akan menjadi salah satu dasar dalam penyusunan rencana kerja sesuai prioritas. Dengan mempengaruhi keterbatasan sumber daya yang tersedia KL harus menyusun program dan kegiatan
berdasarkan prioritas. Berdasarkan alokasi anggaran dalam Pagu Indikatif, KL melakukan pembahasan trilateral meeting
bersama Kementerian Keuangan dan Kementerian PPNBappenas, dalam menajamkan dan mensinkronkan alokasi pendanaan program kegiatan KL melalui review baseline dan new inisitif
dengan tema dan prioritas pembangunan yang diusung Pemerintah, yang digunakan dalam Musrenbangnas sebagai sinkronisasi programkegiatan yang dialokasikan ke daerah dan APBD
Pagu belanja KL dibagi menjadi 2 dua bagian yaitu baseline dan new initiative.
1. Angka Dasar Baseline Baseline merupakan indikasi awal ancar-ancar kebutuhan anggaran yang harus disediakan
untuk melaksanakan ProgramKegiatan sesuai kebijakan Pemerintah dengan target kinerja tertentu yang telah ditetapkan.
Baseline KL terdiri dari 2 dua bagian yaitu : a. Baseline untuk kebutuhan biaya operasional yang terdiri dari
Pembayaran gaji, tunjangan yg melekat dg gaji, honor tetap, tunjangan lain terkait dg belanja pegawai, lembur dan vakasi
Untuk belanja gajitunjangan tersebut menggunakan 2 dua pendekatan yaitu: -
Jumlah pegawai x tabel gajitunjangan -
Pendekatan dengan angka realisasi Operasional sehari-hari perkantoran, langganan daya dan jasa, pemeliharaan sarana dan
prasarana kantor. Untuk perhitungan belanja barang operasional adalah belanja barang tahun sebelumnya
dikalikan dengan inflasi. Dikecualikan dari perkalian dengan inflasi tersebut adalah honor dan perjalanan dinas, karena kedua jenis belanja barang tersebut sudah ditentukan
satuan biayanya.
183
DIREKTORAT P-APBN BELANJA PEMERINTAH PUSAT
b. Baseline kebutuhan biaya nonoperasional terdiri dari: 1 KegiatanOutput terkait pelaksanaan tugas fungsi unit;
2 KegiatanOutput terkait pelayanan kepada publik; 3 KegiatanOutput terkait pelaksanaan kebijakan prioritas pembangunan nasional;
KegiatanOutput tersebut terkait penugasan sesuai kebijakan Pemerintah. Untuk belanja non operasional ditentukan dengan menghitung volume satuan output yang digunakan oleh KL x
Indeks KPJM. Namun tidak semua jenis belanja nonoperasional dapat dikalikan dengan indeks, misalnya untuk multi years contract, karena sudah ditentukan besarannya tiap tahun
berdasarkan keputusan Menteri Keuangan.
Gambar 5.5 Biaya Operasional
Biaya Operasional
Gaj i dan Tunj angan
Kebut uhan sehari- hari Perkant oran
Operasional Kantor
Langganan daya dan j asa
Pemeliharaan aset dan peralat an
kant or Gaj i dan t unj angan
yg melakat pd gaj i Honor t et ap,
Tunj angan lain yg sah
Remunerasi
Aplikasi GPP; SK yg t erakhir;
Dat abase pegawai.
SK penet apan t unj angan; Dat abase pegawai.
SK penet apan Remunerasi ; Dat abase pegawai.
St andar Biaya Masukan SBM; SK yg t erakhir;
Dat abase pegawai.
Rat a-rat a pemakaian t ert i nggi dlm set ahun.
St andar Biaya Masukan SBM; Harga pasar at au kont rak t hn
sblm nya; Daft ar Invent aris.
Lembur dan Vakasi
Pagu t hn sebelumnya; Dat abase pegawai.
184
DIREKTORAT P-APBN BELANJA PEMERINTAH PUSAT
Gambar
5.6 Biaya Nonoperasional 2. Inisiatif Baru New Initiative
New initiative adalah kebijakan baru atau perubahan kebijakan berjalan yang menyebabkan adanya konsekuensi anggaran, baik pada anggaran baseline maupun anggaran ke depan. New initiative
dapat berupa penambahan program fokus prioritasoutcomekegiatanoutput baru, penambahan volume target, atau percepatan pencapaian target. Alokasi anggaran New initiative tersebut
berdasarkan proposal anggaran New initiative yang telah disetujui oleh Kementerian PPNBappenas dan Kementerian Keuangan.
KL juga menggunakan hasil monitoring evaluasi kinerja KL atas alokasi anggaran tahun sebelumnya pasal 3 ayat 3 PMK 249 tentang Tata cara Monitoring dan Evaluasi kinerja KL,
sebagai peningkatan kualitas pengalokasian anggaran dalam RKAKL tahun yang akan datang berdasarkan pelaksanaan kegiatan dan capaian keluaran.
Biaya Non Operasional
Kegiatan Tusi atau
Pelayanan
Out put dlm rangka Inf rast rukt ur
Kegiat an Pr ior itas
Nasional
atau Kebij akan
Pemer int ah
Out put dlm rangka pelayanan kpd
Publik Out put dlm rangka
penyediaan akses pendidikan dan
kesehat an Out put dlm rangka
pengent asan kemiskinan
Out put dlm rangka regulasi
Out put dlm rangka pelayanan
Out put dlm rangka pem enuhan
Inf rast rukt ur
St andar Bi aya Masukan SBM;
SK dr Presi den, Ment eri , KPA;
UU, PP, Keppres;
Ko m ponen-komponen;
St andar Bi aya Keluaran SBK;
Harga ko nt rak t ahun sebelum nya;
Dll.
St andar Bi aya Masukan SBM;
SK dr Presi den, Ment eri , KPA;
UU, PP, Keppres;
Ko m ponen-komponen;
St andar Bi aya Keluaran SBK;
Harga ko nt rak t ahun sebelum nya;
Dat a t erkai t ;
Jum lah t arget ki nerj a;
Co st i ndex;
Dll.
185
DIREKTORAT P-APBN BELANJA PEMERINTAH PUSAT
KL menyusun rencana kerja secara berjenjang sampai pada tingkat satuan kerja, sehingga masing- masing satuan kerja dapat menentukan kegiatan yang akan dilaksanakan disertai indikator kinerja
atas keluaran yang dihasilkan. Hal ini perlu ditekankan dikarenakan setiap kepala satuan kerja bertanggung jawab secara operasional atas pencapaian target kinerja yang telah ditetapkan.
Rencana kerja disusun dalam kurun waktu antara bulan Februari sampai dengan bulan Mei tahun penyusunan anggaran. Hasil renja dikompilasi Bappenas sebagai Lampiran I, II dan III Draft keppres
RKP. Berdasarkan PPKF, pengalokasian anggaran dalam pagu indikatif disesuaikan dengan kebijakan yng
diambil oleh Pemerintah, seperti kenaikan gaji, inflasi, dan remunerasi. Selanjutnya alokasi tersebut disampaikan Kemenkeu sebagai Pagu Anggaran.
Pada bulan Juli, KL menyesuaikan rencana kerja yang disusun menjadi suatu Rencana Kerja dan Anggaran RKA setelah menerima surat edaran mengenai pagu anggaran yang disampaikan
Kementerian Keuangan atas pembahasan antara pemerintah dengan DPR mengenai kebijakan umum dan prioritas anggaran. Kementerian negaralembaga membahas Rencana Kerja dan
Anggaran tersebut dengan komisi kerja terkait di DPR untuk menyesuaikan rencana kerja dengan anggaran yang diterima sesuai prioritas. Pembahasan KL dengan komisi terkait tersebut dilakukan
secara simultan dengan Pembahasan Panitia Anggaran DPR – Pemerintah Menteri Keuangan.
Gambar 5.7 Proses Penyusunan Anggaran
JANUARI – APRIL
Renstra KL
SEPTEMBER - DESEMBER
KEPPRES TENTANG
RI NCI AN APBN
MEI – AGUSTUS
Kebij akan Umum dan
Prioritas Anggaran
PENELAAHAN KONSISTENSI
DENGAN PRIORITAS ANGGARAN
Pembahasan Pokok- pokok
Kebij akan Fiskal RKP
Pembahasan RKA- KL
PEMBAHASAN RAPBN
PENGESAHAN
DPR
KABINET PRESIDEN
KEMENTRIAN PEREN-
CANAAN
Kementrian Keuangan
Kement. Negara
Lembaga
4
7 8
9
5 2
6 11
12 Rancangan
Renj a KL
SEB PRIORITAS PROGRAM DAN
INDIKASI PAGU
1 14
13 10
3
PENELAAHAN KONSI STENSI
DENGAN RKP RANCANGAN
KEPPRES TTG RINCIAN
APBN
UU APBN
NOTA KEUANGAN
RAPBN DAN LAMPIRAN
LAMPIRAN RAPBN
HIMPUNAN RKAKL
SE PAGU SEMENTARA
KONSEP DOKUMEN
PELAKSANAAN ANGGARAN
DOKUMEN PELAKSANAAN
ANGGARAN
RKA-KL
186
DIREKTORAT P-APBN BELANJA PEMERINTAH PUSAT
Setelah UU APBN ditetapkan dan Keputusan Presiden mengenai Rincian APBN disusun, kementerian negara segera mempersiapkan rancangan dokumen pelaksanaan anggaran untuk
disampaikan kepada Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara pada minggu kedua bulan Desember. Menteri keuangan mensahkan dokumen pelaksanaan anggaran selambat-lambatnya
tanggal 31 Desember tahun anggaran yang disusun. Proses penyusunan anggaran Kementerian NegaraLembaga merupakan gabungan dari dua
pendekatan, yaitu top down dan buttom up. Proses top down meliputi tahapan-tahapan berikut:
1. Menteri Negara PPNBappenas menyiapkan rancangan awal rencana kerja pemerintah RKP sebagai penjabaran dari rencana pembangunan jangka menengah RPJM nasional.
2. Menteri Negara PPNBappenas dan Menteri Keuangan menetapkan Surat Edaran Bersama SEB tentang pagu indikatif, yang merupakan ancar-ancar pagu anggaran Kementerian
NegaraLembaga KL untuk setiap program sebagai acuan penyusunan rencana kerja KL. 3. Pemerintah menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro tahun
anggaran berikutnya ke DPR selambat-lambatnya pertengahan bulan Mei tahun berjalan. 4. Berdasarkan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal, pemerintah bersama-
sama DPR membahas kebijakan umum dan prioritas anggaran sebagai acuan KL dalam penyusunan usulan rencana kerja dan anggaran yang akan dilaksanakan tahun berikutnya.
Dalam proses itu dihasilkan angka-angka pagu sementara masih akan berubah sesuai dengan hasil pembahasan Nota Keuangan dan RUU APBN antara Pemerintah dan DPR-RI.
5. Presiden menyampaikan pidato pengantar RUU APBN dan Nota Keuangan di DPR selambat- lambatnya bulan Agustus. Selanjutnya akan dilakukan pembahasan baik antara menteri
keuangan dan Panitia Anggaran DPR, maupun antara komisi-komisi dengan kementerian negaralembaga teknis terkait. Hasil dari pembahasan ini menjadi Undang-Undang APBN
selambat-lambatnya pada akhir bulan Oktober. 6. Selanjutnya, RKA-KL yang telah disepakati DPR kemudian ditetapkan dalam Keputusan Presiden
tentang Rincian APBN selambat-lambatnya akhir bulan November untuk dijadikan dasar oleh KL dalam menyusun konsep dokumen anggaran DIPA.
7. Konsep DIPA disampaikan kepada Menteri Keuangan c.q. Ditjen Perbendaharaan selaku Bendahara Umum Negara selambat-lambatnya minggu kedua bulan Desember sehingga dapat
disahkan oleh Menteri Keuangan selambat-lambatnya tanggal 31 Desember. DIPA yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan tersebut merupakan dokumen anggaran yang berlaku sebagai