PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH DIREKTORAT P-APBN
87 3. UU Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Kententuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
4. UU Nomor 12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan. 5. UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
6. UU Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. 7. UU Nomor 13 Tahun 1985 Tentang Bea Meterai.
8. UU Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Cukai. 9. UU Nomor 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan.
Pajak dalam negeri terdiri atas pajak penghasilan PPh, pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah PPN PPnBM, pajak bumi dan bangunan PBB, bea perolehan
hak atas tanah dan bangunan BPHTB, cukai, dan pajak lainnya. Akan tetapi, sesuai dengan amanat dalam UU Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah seluruh
penerimaan BPHTB akan dipindahkan administrasinya ke daerah sejak tahun 2011. Oleh karena itu, penerimaan BPHTB tidak lagi menjadi penerimaan pajak Pemerintah pusat sejak tahun 2011
sehingga tidak lagi dicatat dalam APBN. Selain dibagi berdasarkan jenisnya, penerimaan pajak juga ketegorikan berdasarkan sifat
pemungutannya. Terdapat dua sifat pemungutan yaitu pajak langsung yaitu pajak yang dibayar langsung oleh subjek pajaknya seperti PPh, PBB, bea meterai, bea masuk, dan bea keluar.
Sedangkan pajak tidak langsung adalah pajak yang dibebankan kepada subjek pajaknya tetapi subjek pajak tersebut membayar pajaknya tidak langsung kepada negara melainkan melalui pihak
ketiga seperti pengusaha kena pajak PKP atau produsen. Pajak yang termasuk dalam kategori pajak tidak langsung adalah PPN, PPnBM, dan cukai.
Pajak Penghasilan
Menurut UU Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan, PPh adalah pajak yang
dikenakan terhadap subyek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak.
Jenis-jenis pajak penghasilan PPh dalam APBN :
1. PPh Migas
Merupakan PPh yang dipungut dari Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap atas penghasilan dari kegiatan usaha hulu minyak bumi dan gas alam.
2. PPh Non Migas
Merupakan PPh yang dipungut dari Wajib Pajak Orang Pribadi, Badan, dan Bentuk Usaha Tetap dalam negeri atau luar negeri atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam
tahun pajak selain penghasilan atas pelaksanaan kegiatan hulu migas. Diantara seluruh komponen PPh nonmigas, PPh pasal 2529 yang terdiri dari PPh Badan dan Orang Pribadi
PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH DIREKTORAT P-APBN
88 memiliki kontribusi terbesar dari total PPh nonmigas. PPh Badan berkontribusi lebih dari 30
persen dari total penerimaan PPh, diikuti dengan PPh orang pribadi dengan kontribusi rata- rata 15 persen.
Selanjutnya, selain di pungut berdasarkan subjek pajaknya orang pribadi atau badan, PPh juga dibedakan berdasarkan sifat pungutnya yaitu final dan tidak final. Final dalam hal ini adalah bahwa
PPh yang sudah dibayardipungutdipotong sudah tidak lagi diperhitungkan dengan PPh terutang lainnya. Sedangkan tidak final, adalah kebalikan dari PPh final. Munculnya PPh yang bersifat final
terutama bertujuan untuk memberi dorongan dalam rangka perkembangan investasi dan tabungan masyarakat, kesederhanaan dalam pemungutan pajak, mengurangi beban administrasi Wajib
Pajak maupun Direktorat Jenderal Pajak, pemerataan dalam pengenaan pajaknya, dan mengikuti perkembangan ekonomi dan moneter.
Selain PPh pasal 2529, terdapat beberapa jenis pajak yang diatur dalam UU PPh sesuai dengan sifat dan tarifnya masing-masing yang diatur oleh keputusan Menteri Keuangan.
Dalam perkembangannya, Undang-undang PPh telah mengalami beberapa kali perubahan terutama terkait tarif PPh dan penghasilan tidak kena pajak PTKP. Dalam 3 dasawarsa, tarif PPh
telah mengalami 4 kali perubahan sejak reformasi perpajakan pertama dalam UU Nomor 8 tahun 1983 Tentang PPh sampai dengan perubahan terakhir dalam UU Nomor 36 tahun 2008. PTKP
sendiri telah mengalami 6 kali perubahan, karena perubahan PTKP disesuaikan setiap beberapa tahun sekali di mana perubahan tersebut cukup dengan menggunakan keputusan Menteri
Keuangan, tanpa harus melakukan revisi UU PPh. Perkembangan tarif PPh dan PTKP dapat dilihat dalam tabel berikut disertai dengan ilustrasi perhitungan pajak penghasilan untuk orang
pribadi.
Lapisan Tarif Rp Tarif
Lapisan Tarif Rp Tarif
Lapisan Tarif Rp Tarif
Lapisan Tarif Rp Tarif
- PPh OP
0 - 10 juta 15
0 - 25 juta 10
0 - 25 juta 5
0 - 50 juta 5
10 - 50 juta 25
25 - 50 juta 15
25 - 50 juta 10
50 - 250 juta 15
50 juta 35
50 juta 30
50 -100 juta 15
250 - 500 juta 25
100 - 200 juta 25
500 juta 30
200 juta 35
- PPh Badan
0 - 10 juta 15
0 - 25 juta 10
0 - 50 juta 10
Tarif Tunggal 10 - 50 juta
25 25 - 50 juta
15 50 - 100 juta
15 2009
28 50 juta
35 50 juta
30 100 juta
30 2010
25
Tarif Pajak UU No. 8 tahun 1983
UU No. 10 tahun 1994 UU No. 17 tahun 2000
UU No. 36 Tahun 2008
Tabel 4.4
Perkembangan Tarif PPH dan PTKP
PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH DIREKTORAT P-APBN
89
Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Pertambahan Nilai berdasarkan UU Nomor 42 Tahun 2009 adalah: 1. Pajak yang dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak PKP
karena: a. Perolehan Barang Kena Pajak BKP danatau;
b. Perolehan Jasa Kena Pajak JKP danatau; c. Pemanfaatan BKP Tidak berwujud dari luar Daerah Pabean danatau;
d. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean dan atau; e. Impor BKP
Disebut juga PPN Masukan.
2. Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh PKP yang melakukan : a.
Penyerahan BKP b.
Penyerahan JKP c.
Ekspor BKP berwujud d. Ekspor BKP Tidak Berwujud
e. Ekspor JKP
Disebut juga PPN Keluaran .
Sesuai dengan UU No. 42 Tahun 2009 Pasal 7 tarif PPN ditetapkan sebesar 10. Akan tetapi,
berdasarkan pertimbangan perkembangan ekonomi danatau peningkatan kebutuhan dana
untuk pembangunan, Pemerintah diberi wewenang mengubah tarif PPN menjadi paling rendah 5 dan paling tinggi 15 dengan tetap memakai prinsip tarif tunggal. Perubahan
tarif ini dikemukakan oleh Pemerintah kepada DPR dalam rangka pembahasan dan penyusunan RAPBN. Khusus untuk ekspor BKP berwujud, BKP tidak berwujud dan JKP dikenakan tarif 0.
Pajak Penjualan atas Barang Mewah PPnBM
Berdasarkan UU No. 42 Tahun 2009 Pasal 5, PPnBM merupakan pajak yang dikenakan terhadap penyerahan BKP yang tergolong mewah yang dilakukan oleh pengusaha yang menghasilkan
barang tersebut di dalam Daerah Pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya dan impor BKP yang tergolong mewah
PTKP UU No. 8
Tahun 1983 UU No. 10
Tahun 1994 UU No. 17
Tahun 2000 KMK No.
564KMK.032004 KMK No.
137KMK.052005 UU No . 36
Tahun 2008
- PTKP Sendiri 960.000
1.728.000 2.880.000
12.000.000 13.200.000
15.840.000 - IstriSuami
480.000 864.000
1.440.000 1.200.000
1.200.000 1.320.000
- Tanggungan, Max 3 orang 480.000
864.000 1.440.000
1.200.000 1.200.000
1.320.000
Jumlah 1.920.000
3.456.000 5.760.000
14.400.000 15.600.000
18.480.000