Belanja Barang Belanja Pemerintah Pusat Menurut Jenis Klasifikasi Ekonomi

138 DIREKTORAT P-APBN BELANJA PEMERINTAH PUSAT Dalam belanja ini termasuk biaya untuk perencanaan dan pengawasan yang terkait dengan perolehan gedung dan bangunan. 4. Belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan Pengeluaran untuk memperoleh jalan dan jembatan, irigasi dan jaringan sampai siap pakai meliputi biaya perolehan atau biaya kontruksi dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan dan jembatan, irigasi dan jaringan tersebut siap pakai. Dalam belanja ini termasuk biaya untuk penambahan dan penggantian yang meningkatkan masa manfaat, menambah nilai aset, dan di atas batas minimal nilai kapitalisasi jalan dan jembatan, irigasi dan jaringan. 5. Belanja modal lainnya Pengeluaran yang diperlukan dalam kegiatan pembentukan modal untuk pengadaanpembangunan belanja modal lainnya yang tidak dapat diklasifikasikan dalam perkiraan kriteria belanja modal Tanah, Peralatan dan Mesin, Gedung dan Bangunan, Jaringan Jalan, Irigasi dan lain-lain. Termasuk dalam belanja modal ini: kontrak sewa beli leasehold, pengadaanpembelian barang-barang kesenian art pieces, barang-barang purbakala dan barang-barang untuk museum, serta hewan ternak, buku-buku dan jurnal ilmiah sepanjang tidak dimaksudkan untuk dijual dan diserahkan kepada masyarakat. Termasuk dalam belanja modal ini adalah belanja modal nonfisik yang besaran jumlah kuantitasnya dapat teridentifikasi dan terukur. 6. Belanja modal Badan Layanan Umum BLU Pengeluaran untuk pengadaanperolehanpembelian aset yang dipergunakan dalam rangka penyelenggaraan operasional BLU. Dalam rangka pembukuan dan pelaporan, nilai perolehan aset dihitung. Semua pendanaan yang dibutuhkan hingga aset tersebut tersedia dan siap untuk digunakan dihitung sebagai Belanja Modal, termasuk biaya operasional panitia pengadaan barangjasa yang terkait dengan pengadaan aset berkenaan. Konsep ini disebut konsep nilai perolehan. Dalam proses penentuan jenis belanja modal atau belanja barang berdasarkan jenis transaksinya, kriteria kapitalisasi digunakan. Kriteria kapitalisasi dalam pengadaanpemeliharaan barangaset merupakan suatu tahap validasi untuk penetapan belanja modal atau bukan dan merupakan syarat wajib dalam penetapan kapitalisasi atas pengadaan barangaset. Kriteria tersebut meliputi: 1. Pengeluaran anggaran belanja tersebut mengakibatkan bertambahnya aset danatau bertambahnya masa manfaatumur ekonomis aset berkenaan 2. Pengeluaran anggaran belanja tersebut mengakibatkan bertambahnya kapasitas, peningkatan standar kinerja, atau volume aset. 3. Memenuhi nilai minimum kapitalisasi dengan rincian sebagai berikut: 139 DIREKTORAT P-APBN BELANJA PEMERINTAH PUSAT a. Untuk pengadaan peralatan dan mesin, batas minimal harga pasar per unit barang adalah sebesar Rp300.000,- tiga ratus ribu rupiah. b. Untuk pembangunan danatau pemeliharaan gedung dan bangunan per paket pekerjaan adalah sebesar Rp10.000.000,- sepuluh juta rupiah. 4. Pengadaan barang tersebut tidak dimaksudkan untuk diserahkandipasarkan kepada masyarakat atau entitas lain di luar pemerintah. Berikut adalah grafik perkembangan Belanja Modal dari tahun 2000-2012. 5.6.4 Pembayaran Bunga Utang Belanja bunga utang adalah belanja pemerintah pusat yang digunakan untuk pembayaran atas kewajiban pengunaan pokok utang principal outstanding, baik yang berasal dari dalam negeri maupun utang luar negeri, rupiah ataupun valas, yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman. Secara umum, bunga utang yang harus dibayarkan oleh pemerintah setiap tahunnya adalah beban bunga yang berasal dari Surat Berharga Negara SBN dan Pinjaman yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Selain bunga atas SBN atau pinjaman, komponen beban bunga utang yang juga harus ditanggung oleh pemerintah adalah fees yang disebabkan oleh penerbitan SBN dan pinjaman tersebut, yang antara lain seperti: a. Commitment fee merupakan biaya yang dibayar atas komitmen pinjaman yang telah disepakati dan dihitung berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman yang belum ditarik sesuai kesepakatan dengan lender. Gr afik 5.5. Perkembangan Belanja M odal Tahun 2000-2012 140 DIREKTORAT P-APBN BELANJA PEMERINTAH PUSAT b. Front end fee merupakan biaya yang dibayar pada saat pinjaman dinyatakan efektif berdasarkan persentase tertentu dari komitmen pinjaman luar negeri yang disepakati. c. Insurance premium merupakan premi yang dibayar atas pinjaman luar negeri dari lender komersial yang dilakukan oleh Pemerintah. d. Listing fee merupakan biaya penerbitan SBN yang dapat diperdagangkan, selain SPN. Untuk setiap penerbitan SBN lebih dari Rp1,0 triliun dikenakan biaya penerbitan sebesar Rp100,0 juta yang dibayarkan kepada bursa. e. Out of pocket fee merupakan biaya yang dibayarkan kepada joint lead manager pada saat penerbitan SBN valas. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembayaran bunga utang Jumlah pembayaran bunga utang yang harus ditanggung pemerintah, antara lain dipengaruhi oleh: 1. Jumlah outstanding: a. Outstanding SBN: Perubahan jumlah outstanding SBN akibat penerbitan utang baru, jatuh tempo, maupun buyback, akan mempengaruhi perhitungan bunga baseline. b. Outstanding pinjaman: Perubahan jumlah outstanding pinjaman, baik dalam maupun luar negeri akibat tambahan penarikan, pembayaran cicilan pokok, reschedulling dan debt swap, akan mempengaruhi perhitungan bunga. 2. Tingkat bunga SPN 3 bulan: berpengaruh pada perhitungan beban bunga SBN domestik. 3. Tingkat bunga LIBOR London Inter-Bank Offered Rate USD, EUR, JPY, CIRR Commercial Interest Reference Rates , ADB Cost of Borrowing, World Bank Cost of Borrowing: berpengaruh pada perhitungan bunga pinjaman dengan tingkat bunga floating. 4. Yield penerbitan dan kupon, peningkatanpenurunan tingkat imbal hasil di pasar yield: akan mempengaruhi naik atau turunnya kuponbunga dan diskon SBN pada saat penerbitan. 5. Nilai tukar kurs pada SBN: nilai tukar akan mempengaruhi perhitungan beban bunga pada SBN berdenominasi valas atau international bonds. Selain itu, nilai tukar juga akan mempengaruhi beban bunga pada seluruh jenis pinjaman luar negeri terutama pinjaman dalam mata uang Yen, USD, EURO dan Poundsterling. 6. Perubahan komposisi penerbitan SBN: berpengaruh pada besar kupon dan diskon atas SBN yang diterbitkan pada tahun anggaran berjalan. 7. Country Risk: perubahan country risk classification akan mempengaruhi besarnya insurance premium terutama pinjaman yang berasal dari negara anggota OECD Organization for Economic Cooperation and Development. Perencanaan besaran pembayaran bunga utang: Besarnya jumlah bunga utang yang harus dibayarkan pada suatu tahun anggaran diusulkan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang DJPU dengan memperhatikan asumsi ekonomi makro 141 DIREKTORAT P-APBN BELANJA PEMERINTAH PUSAT dalam APBN yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Anggaran DJA c.q. Direktorat Penyusunan APBN. Stakeholders Pembayaran Bunga Utang: - Pembayaran Bunga Utang Dalam Negeri: Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang dan Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan. - Pembayaran Bunga Utang Luar Negeri: Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang dan Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, serta Bank Indonesia.

5.6.5 Subsidi Pengertian subsidi

Subsidi adalah alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaanlembaga yang memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor barang dan jasa, yang memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa sehingga harga jualnya dapat terjangkau oleh masyarakat UU APBN Jenis subsidi Jenis –jenis subsidi yang diberikan oleh Pemerintah kepada masyarakat saat ini terdiri dari dua jenis yaitu subsidi energi dan subsidi nonenergi. Subsidi energi meliputi : a. Subsidi BBM b. Subsidi Listrik Subsidi nonenergi meliputi : 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 APBN 54,6 76,5 88,5 81,9 65,7 64,1 76,6 85,1 91,4 101,7 115,6 115,2 122,2 APBN-P 53,3 95,5 91,6 72,2 63,2 61,0 82,5 83,6 94,8 109,6 105,7 106,6 117,8 Realisasi 50,1 87,1 87,7 65,4 62,5 65,2 79,1 79,8 88,4 93,8 88,4 93,3 22,9 thd Outstanding 4,1 6,9 7,1 5,3 4,8 5,0 6,1 5,7 5,4 5,9 5,3 5,2 6,0 1 2 3 4 5 6 7 8 20 40 60 80 100 120 140 tr il iu n R u p ia h Perkembangan Belanja Bunga Utang 2000-2012 Grafik.1 Grafik.1 Gr afik 5.6 . Perkembangan Belanja Bunga Utang 2000-2012