DIREKTORAT P-APBN
19
PENDAHULUAN
dan  Hibah  lebih  rendah  dari  target  APBN,  sedangkan  realisasi  Belanja  Negara  cukup  tinggi sehingga lebih besar dari realisasi Pendapatan Negara dan Hibah tersebut sehingga terjadi defisit.
Namun,  realisasi  Pembiayaan  ternyata  lebih  rendah  atau  tidak  mampu  untuk  menutup  defisit tersebut. Maka pada kondisi ini terjadi SIKPA.
Akumulasi    SILPA  dan  SIKPA  dari  tahun  anggaran  yang  lalu  dan  tahun  anggaran  bersangkutan setelah tutup tahun anggaran dinamakan Saldo Anggaran Lebih SAL. Salah satu penggunaan
SAL adalah untuk membiayai defisit APBN. Berikut adalah postur APBN yang menggambarkan perkembangan perubahan mulai dari  RAPBN
sampai dengan realisasi hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan BPK, dari tahun anggaran 2010 sampai dengan tahun anggaran 2012.
D A
S A
R -D
A S
A R
P R
A K
T E
K P
E N
Y U
S U
N A
N A
P B
N D
I IN
D O
N E
S IA
D IR
EK T
O R
A T
P -A
PB N
2
P E
N D
A H
U L
U A
N
A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH
871.923,1 911.475,8
949.656,1 974.819,7
992.398,8 995.271,5
1.097.573,1 1.086.369,6
1.104.902,0 1.162.347,5
1.169.914,6 1.210.599,7
1.222.009,9 1.292.877,7
1.311.386,7 1.344.476,8
1.358.205,0 I. PENERIMAAN DALAM NEGERI
870.501,6 910.054,3
948.149,3 973.161,7
990.502,3 992.248,5
1.094.339,2 1.082.630,1
1.101.162,5 1.157.685,4
1.165.252,5 1.205.345,8
1.220.836,7 1.292.052,6
1.310.561,6 1.343.651,7
1.357.380,0 1. PENERIMAAN PERPAJAKAN
717.100,9 729.165,2
742.738,0 733.238,0
743.325,9 723.306,7
845.405,3 839.540,3
850.255,5 877.007,2
878.685,2 873.874,0
985.602,1 1.019.332,4
1.032.570,2 1.011.737,9
1.016.237,3 2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
153.400,7 180.889,0
205.411,3 239.923,6
247.176,4 268.941,9
248.933,9 243.089,7
250.907,0 280.678,2
286.567,3 331.471,8
235.234,5 272.720,2
277.991,4 331.913,8
341.142,6 II. PENERIMAAN HIBAH
1.421,5 1.421,5
1.506,8 1.658,0
1.896,5 3.023,0
3.234,0 3.739,5
3.739,5 4.662,1
4.662,1 5.253,9
1.173,2 825,1
825,1 825,1
825,1
B. BELANJA NEGARA
949.070,0 1.009.485,7
1.047.666,1 1.104.636,6
1.126.146,5 1.042.117,2
1.217.189,0 1.202.046,2
1.229.558,5 1.313.445,9
1.320.751,3 1.294.999,2
1.333.017,1 1.418.497,7
1.435.406,7 1.534.582,1
1.548.310,3 I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT
661.403,4 699.688,1
725.243,1 770.368,2
781.533,5 697.406,4
851.687,7 823.627,0
836.578,2 908.375,9
908.243,4 883.722,0
895.894,6 954.136,8
964.997,3 1.058.318,4
1.069.534,4 II. TRANSFER KE DAERAH
287.666,6 309.797,6
322.423,0 334.268,3
344.612,9 344.727,6
365.501,3 378.419,2
392.980,3 405.070,0
412.507,9 411.324,8
437.122,5 464.360,9
470.409,5 476.263,7
478.775,9 1. Dana Perimbangan
271.324,0 292.979,6
306.023,4 310.525,5
314.363,3 316.711,4
348.399,8 329.099,3
334.324,0 346.414,2
347.538,6 347.246,2
367.915,5 394.138,6
399.985,6 405.839,8
408.352,1 2. Dana Otonomi Khusus dan Peny.
16.342,6 16.818,0
16.399,6 16.399,6
30.249,6 28.016,2
15.383,2 49.319,9
58.656,3 58.655,8
64.969,3 64.078,6
69.207,0 70.222,3
70.423,9 70.423,9
70.423,9 III. SUSPEND
0,0 0,0
0,0 0,0
0,0 16,8
0,0 0,0
0,0 0,0
0,0 47,5
0,0 0,0
0,0 0,0
0,0
C. KESEIMBANGAN PRIMER
36.398,3 17.584,7
17.584,7 17.364,1
28.097,4 41.537,5
6.938,5 726,2
9.447,3 44.127,4
44.252,9 8.862,5
12.852,9 2.548,1
1.802,4 72.319,9
72.319,9
D. SURPLUS DEFISIT ANGGARAN A - B
77.147,0 98.009,9
98.010,0 129.816,9
133.747,7 46.845,7
119.615,9 115.676,6
124.656,5 151.098,4
150.836,7 84.399,5
111.007,2 125.620,0
124.020,0 190.105,3
190.105,3
E. PEMBIAYAAN I + II
77.147,0 98.009,9
98.009,9 129.816,9
133.747,7 91.552,0
119.615,9 115.676,6
124.656,5 151.098,5
150.836,7 130.948,9
111.007,2 125.620,0
124.020,0 190.105,3
190.105,3 I. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI
60.512,4 107.891,5
107.891,5 130.319,5
133.903,2 96.118,5
120.421,1 118.672,6
125.266,0 153.231,0
153.613,3 148.748,0
111.610,5 125.912,3
125.912,3 194.531,0
194.531,0 1. Perbankan dalam negeri
4.504,2 7.129,2
7.129,2 45.477,1
45.477,1 22.189,3
6.803,4 7.657,2
12.657,2 46.168,1
48.750,7 48.927,9
19.964,8 8.947,0
8.947,0 60.561,6
60.561,6 2. Non-perbankan dalam negeri
56.008,2 100.762,3
100.762,3 84.842,4
88.426,1 73.929,2
113.617,8 111.015,3
112.608,7 107.062,9
104.862,6 99.820,1
91.645,7 116.965,3
116.965,3 133.969,4
133.969,4 II. PEMBIAYAAN LUAR NEGERI neto
11.915,9 9.881,5
9.881,5 502,6
155,5 4.566,5
805,2 2.995,9
609,5 2.132,5
2.776,6 17.799,2
603,3 292,3
1.892,3 4.425,7
4.425,7 1. Penarikan Pinjaman LN bruto
54.946,9 57.605,8
57.605,8 72.322,8
70.777,1 54.794,8
59.619,4 57.070,3
58.933,0 56.939,6
56.182,9 33.747,2
59.963,3 55.984,2
54.282,4 53.731,1
53.731,1 2. Penerusan Pinjaman SLA
8.019,3 8.643,8
8.643,8 16.924,1
16.796,6 8.728,8
10.270,3 11.990,1
11.724,8 11.724,8
11.724,8 4.223,8
11.426,9 9.016,4
8.914,6 8.431,8
8.431,8 3. Pembyr. Cicilan Pokok Utang LN
58.843,5 58.843,5
58.843,5 55.901,3
54.136,0 50.632,5
50.154,3 48.076,2
47.817,7 47.347,4
47.234,7 47.322,5
49.139,7 47.260,1
47.260,1 49.724,9
49.724,9 III. TAMBAHAN PEMBIAYAAN UTANG
28.550,4 0,0
0,0 0,0
0,0 0,0
0,0 0,0
0,0 0,0
0,0 0,0
0,0 0,0
0,0 0,0
0,0
KELEBIHANKEKURANGAN PEMBIAYAAN
0,0 0,0
0,0 0,0
0,0 44.706,3
0,0 0,0
0,0 0,0
0,0 46.549,3
0,0 0,0
0,0 0,0
0,0
APBN
dalam miliar rupiah
2010 2011
2012
APBN-P Pagu Indikatif
RAPBN APBN
RAPBN-P APBN-P
LKPP audited
Pagu Indikatif RAPBN
APBN RAPBN-P
APBN-P LKPP
audited Pagu Indikatif
RAPBN APBN
RAPBN-P
Tabel 1.4 Postur APBN Tahun 2010-2012
DIREKTORAT P-APBN
21
PENDAHULUAN
1.6   Peran Dewan Perwakilan Rakyat DPR dalam Keuangan Negara
Dalam  pasal  23  ayat  2  UUD  1945  diamanatkan  bahwa  rancangan  undang-undang  anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan
Rakyat DPR dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah DPD. Terkait  dengan  hal  tersebut  dalam  undang-undang  Nomor  27  Tahun  2009  tentang  Majelis
Permusyawaratan  Rakyat,  Dewan  Perwakilan  Rakyat,  Dewan  Perwakilan  Daerah  dan  Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pasal 69 ayat 1, DPR mempunyai fungsi:
a.  legislasi; b.  anggaran; dan
c.  pengawasan. Fungsi  legislasi  dilaksanakan  sebagai  perwujudan  DPR  selaku  pemegang  kekuasaan  membentuk
undang-undang.  Fungsi  anggaran  dilaksanakan  untuk  membahas  dan  memberikan  persetujuan atau tidak memberikan persetujuan persetujuan terhadap rancangan undang-undang tentang APBN
yang  diajukan  oleh  Presiden.  Sedangkan  fungsi  pengawasan  dilaksanakan  melalui  pengawasan atas pelaksanaan undang-undang dan APBN.
Untuk hal-hal yang berkaitan dengan APBN DPR mempunyai tugas dan wewenang antara lain: a.  Memperhatikan  pertimbangan  DPD  atas  rancangan  undang-undang  tentang  APBN  dan
rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama; b.  Membahas  bersama  Presiden  dengan  memperhatikan  pertimbangan  DPD  dan  memberikan
persetujuan atas rancangan undang-undang tentang APBN yang diajukan oleh Presiden; c.  Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang dan APBN;
d.  Membahas  dan  menindaklanjuti  hasil  pengawasan  yang  disampaikan  oleh  DPD  terhadap pelaksanaan  undang-undang  mengenai  otonomi  daerah,  pembentukan,  pemekaran,  dan
penggabungan  daerah,  hubungan  pusat  dan  daerah,  pengelolaan  sumber  daya  alam  dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama;
e.  Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang dan APBN. Alat kelengkapan DPR terdiri atas: Pimpinan, Badan Musyawarah, Komisi, Badan Legislasi, Badan
Anggaran,  Badan  Akuntabilitas  Keuangan  Negara,  Badan  Kehormatan,  Badan  Kerjasama  Antar- Parlemen,  Badan  Urusan  Rumah  Tangga,  Panitia  Khusus  dan  alat  kelengkapan  lain  yang
diperlukan dan dibentuk oleh rapat paripurna.
A.  Komisi
Pada  periode  2009–2014,  DPR  mempunyai  11  komisi  dengan  ruang  lingkup  tugas  dan pasangan kerja  masing-masing.  Komisi  merupakan  unit  kerja  utama  yang  membidangi  masalah-masalah
DIREKTORAT P-APBN
22
PENDAHULUAN
tertentu.  Tugas  komisi  dalam  pembentukan  undang-undang  adalah  mengadakan  persiapan, penyusunan, pembahasan, dan penyempurnaan rancangan undang-undang. Komisi-komisi di DPR
tersebut adalah:
Tabel 1.5  Komisi DPR dan Ruang Lingkup Tugasnya
Nama Komisi Ruang Lingkup Tugas
Komisi I Pertahanan, Intelijen, Luar negeri, Komunikasi, dan Informatika
Komisi II Pemerintahan  Dalam  Negeri  dan  Otonomi  Daerah,  Aparatur  Negara  dan  Reformasi
Birokrasi,  Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria Komisi III
Hukum, HAM dan Keamanan. Komisi IV
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Kelautan, Perikanan, Pangan Komisi V
Perhubungan,  Pekerjaan  Umum,  Perumahan  Rakyat,  Pembangunan  Pedesaan  dan Kawasan Tertinggal, Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
Komisi VI Perdagangan, Perindustrian , Investasi , Koperasi UKM dan BUMN Standarisasi Nasional
Komisi VII Energi Sumber Daya Mineral, Riset dan Teknologi, Lingkungan Hidup
Komisi VIII Agama, Sosial, Pemberdayaan Perempuan
Komisi IX Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kependudukan, Kesehatan
Komisi X Pendidikan, Kebudayaan, Pariwisata, Ekonomi Kreatif, Pemuda, Olahraga, Perpustakaan
Komisi XI Keuangan, Perencanaan Pembangunan, Perbankan, dan Lembaga Keuangan bukan bank
Pelaksanaan tugas Komisi 1.  Komisi dalam melaksanakan tugas dapat mengadakan:
a.  rapat kerja dengan Pemerintah yang diwakili oleh menteripimpinan lembaga. b.  mengadakan konsultasi dengan BPK.
c.  konsultasi  dengan DPD. d.  rapat dengar pendapat dengan pejabat Pemerintah yang mewakili instansinya.
e.  rapat dengar pendapat umum, baik atas permintaan komisi maupun atas permintaan pihak lain.
f.  rapat  kerja  dengan  menteri  atau  rapat  dengar  pendapat  dengan  pejabat  Pemerintah  yang mewakili instansinya yang tidak termasuk dalam ruang lingkup tugasnya apabila diperlukan.
g.  mengadakan rapat gabungan komisi apabila ada masalah yang menyangkut lebih dari satu komisi.
h.  mengadakan kunjungan kerja dalam masa reses, atau apabila dipandang perlu, dalam masa sidang  dengan  persetujuan  pimpinan  DPR  yang  hasilnya  dilaporkan  dalam  rapat  komisi
DIREKTORAT P-APBN
23
PENDAHULUAN
untuk ditentukan tindak lanjutnya, komisi menentukan tindak lanjut hasil pelaksanaan tugas komisi.
i.  mengadakan  rapat  dengan  Badan  Akuntabilitas  Keuangan  Negara  dalam  menindaklanjuti hasil laporan BPK.
2.  Keputusan  danatau  kesimpulan  hasil  rapat  kerja  komisi  atau  rapat  kerja  gabungan  komisi bersifat mengikat antara DPR dan Pemerintah.
3.  Komisi membuat laporan kinerja pada akhir masa keanggotaan DPR, baik yang sudah maupun yang  belum  terselesaikan  untuk  dapat  digunakan  sebagai  bahan  oleh  komisi  pada  masa
keanggotaan berikutnya. 4.  Jumlah, ruang lingkup tugas, dan mitra kerja komisi ditetapkan dengan keputusan DPR.
Di  dalam  masing-masing  komisi    I  sampai  dengan  XI  terdapat  komisi  di  bidang  anggaran,    dan bersama dengan Badan Anggaran mempunyai  tugas dalam hal penetapan alokasi anggaran,  pada
saat pembahasan RUU APBN dengan pemerintah. Selain itu terdapat komisi di bidang pengawasan yang  melakukan  pengawasan  terhadap  pelaksanaan  undang-undang  termasuk  APBN,  serta
peraturan pelaksanaannya. Tugas komisi di bidang anggaran adalah:
a.  mengadakan  pembicaraan  pendahuluan  mengenai  penyusunan  rancangan  anggaran pendapatan  dan  belanja  negara  yang  termasuk  dalam  ruang  lingkup  tugasnya  bersama-sama
dengan Pemerintah; b.  mengadakan  pembahasan  dan  mengajukan  usul  penyempurnaan  rancangan  anggaran
pendapatan  dan  belanja  negara  yang  termasuk  dalam  ruang  lingkup  tugasnya  bersama-sama dengan Pemerintah;
c.  membahas  dan  menetapkan  alokasi  anggaran  untuk  fungsi,  program,  dan  kegiatan kementerianlembaga yang menjadi mitra kerja komisi;
d.  mengadakan  pembahasan  laporan  keuangan  negara  dan  pelaksanaan  APBN  termasuk  hasil pemeriksaan BPK yang berkaitan dengan ruang lingkup tugasnya;
e.  menyampaikan  hasil  pembicaraan  pendahuluan  sebagaimana  dimaksud  dalam  huruf  a,  dan hasil pembahasan sebagaimana dimaksud dalam huruf b, huruf c, dan huruf d, kepada Badan
Anggaran untuk sinkronisasi; f.  menyempurnakan  hasil  sinkronisasi  Badan  Anggaran  berdasarkan  penyampaian  usul  komisi
sebagaimana dimaksud dalam huruf e; dan g.  menyerahkan  kembali  kepada  Badan  Anggaran  hasil  pembahasan  komisi  sebagaimana
dimaksud dalam huruf f untuk bahan akhir penetapan APBN.
DIREKTORAT P-APBN
24
PENDAHULUAN
B.  Badan Anggaran
Mengenai Badan Anggaran: a.  Badan  Anggaran  dibentuk  oleh  DPR  dan  merupakan  alat  kelengkapan  DPR  yang  bersifat
tetap. b.  DPR  menetapkan  susunan  dan  keanggotaan  Badan  Anggaran  menurut  perimbangan  dan
pemerataan  jumlah  anggota  tiap-tiap  fraksi  pada  permulaan  masa  keanggotaan  DPR  dan pada permulaan tahun sidang.
c.  Susunan  dan  keanggotaan  Badan Anggaran  terdiri  atas  anggota  dari  tiap-tiap  komisi  yang dipilih oleh komisi dengan memperhatikan perimbangan jumlah anggota dan usulan fraksi.
d.  Pimpinan  Badan  Anggaran  merupakan  satu  kesatuan  pimpinan  yang  bersifat  kolektif  dan kolegial.
e.  Pimpinan Badan Anggaran terdiri atas 1 satu  orang ketua dan paling banyak 3 tiga orang wakil  ketua  yang  dipilih  dari  dan  oleh  anggota  Badan  Anggaran  berdasarkan  prinsip
musyawarah  untuk  mufakat  dan  proporsional  dengan  mempertimbangkan  keterwakilan perempuan menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi.
f.  Pemilihan pimpinan Badan Anggaran dilakukan dalam rapat Badan Anggaran yang dipimpin oleh pimpinan DPR setelah penetapan susunan dan keanggotaan Badan Anggaran.
Badan Anggaran bertugas: a.  membahas bersama Pemerintah yang diwakili oleh menteri untuk menentukan pokok-pokok
kebijakan  fiskal  secara  umum  dan  prioritas  anggaran  untuk  dijadikan  acuan  bagi  setiap kementerian negaralembaga KL dalam menyusun usulan anggaran;
b.  menetapkan pendapatan negara bersama Pemerintah dengan mengacu pada usulan komisi terkait;
c.  membahas rancangan undang-undang tentang APBN bersama Presiden yang dapat diwakili oleh menteri dengan mengacu pada keputusan rapat kerja komisi dan Pemerintah mengenai
alokasi anggaran untuk fungsi, program, dan kegiatan KL; d.  melakukan  sinkronisasi  terhadap  hasil  pembahasan di  komisi  mengenai  rencana kerja dan
anggaran KL; e.  membahas laporan realisasi dan prognosis yang berkaitan dengan APBN; dan
f.  membahas pokok-pokok
penjelasan atas
rancangan undang-undang
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.
Pelaksanaan Tugas Badan Anggaran a.  Dalam  melaksanakan  tugas  Badan  Anggaran  bersama  pemerintah  menetapkan  asumsi
makro  dengan  mengacu  pada  keputusan  komisi  yang  sesuai  dengan  ruang  lingkup tugasnya.