Dana Bagi Hasil Dana Perimbangan Definisi: Dana Perimbangan adalah

DIREKTORAT P-APBN 220 TRANSFER KE DAERAH Data penghitungan DAU nasional: DAU nasional pada hakikatnya disusun oleh Pemerintah Kementerian KeuanganDJPK, BKF, dan DJA dan DPR. Sumber data dalam perhitungan besaran DAU nasional ini adalah sebagai berikut: i Penerimaan Perpajakan data bersumber dari BKF, Kementerian Keuangan; ii Penerimaan Negara Bukan Pajak data bersumber dari Direktorat PNBP, DJA, Kementerian Keuangan; iii Dana Bagi Hasil data bersumber dari Direktorat Penyusunan APBN, DJA, Kementerian Keuangan; iv Subsidi pajak data bersumber dari BKF, Kementerian Keuangan; v Subsidi BBM dan subsidi listrik data bersumber dari Direktorat PNBP, DJA, Kementerian Keuangan; vi Subsidi pupuk, subsidi pangan, dan subsidi benih data bersumber dari masing-masing KPA terkait. Formula dan faktor-faktor Penentuan DAU per daerah DAU dialokasikan kepada daerah dengan menggunakan formula DAU yang berdasarkan Alokasi Dasar dan Celah Fiskal dengan proporsi pembagian DAU untuk daerah provinsi dan kabupatenkota masing-masing sebesar 10 sepuluh persen dan 90 sembilan puluh persen dari besaran DAU secara nasional. Formula DAU dirumuskan sebagai berikut: DAU = AD + CF Keterangan: DAU = alokasi DAU per daerah AD = alokasi DAU berdasar Alokasi Dasar CF = alokasi DAU berdasar Celah Fiskal Alokasi Dasar dihitung berdasarkan data jumlah Pegawai Negeri Sipil Daerah PNSD dan besaran belanja gaji PNSD dengan memperhatikan kebijakan-kebijakan lain terkait dengan penggajian. Sementara itu, Celah Fiskal merupakan selisih antara Kebutuhan Fiskal dan Kapasitas Fiskal. Kebutuhan Fiskal merupakan kebutuhan pendanaan daerah dalam rangka melaksanakan fungsi layanan dasar umum yang diukur melalui variabel: - Jumlah Penduduk; - Luas Wilayah, yang meliputi luas darat dan luas wilayah perairan; - Indeks Kemahalan Konstruksi; - Indeks Pembangunan Manusia; - Produk Domestik Regional Bruto PDRB per kapita. DIREKTORAT P-APBN 221 TRANSFER KE DAERAH Formula penghitungan Celah Fiskal dan Kapasitas Fiskal dirumuskan sebagai berikut: CF = KbF – KpF Keterangan: CF = Celah Fiskal KbF = Kebutuhan Fiskal KpF = Kapasitas Fiskal KbF = TBR  1 IP +  2 IW +  3 IKK +  4 IPM +  5 IPDRBKapita Keterangan: TBR = Total Belanja Daerah Rata-rata IP = Indeks Penduduk IW = Indeks Wilayah IKK = Indeks Kemahalan Konstruksi IPM = Indeks Pembangunan Manusia IPDRB = Indeks PDRB per kapita  = bobot indeks masing-masing variabel Kapasitas Fiskal merupakan sumber pendanaan daerah yang berasal dari: - Pendapatan Asli Daerah PAD; - DBH SDA; - DBH Pajak, termasuk Cukai Hasil Tembakau. Formula yang digunakan untuk menghitung Kapasitas Fiskal adalah KpF = PAD + DBH SDA + DBH Pajak Keterangan: PAD = Pendapatan Asli Daerah DBH SDA = Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam DBH Pajak = Dana Bagi Hasil Pajak Data Penghitungan DAU per daerah Penghitungan alokasi DAU telah menggunakan data yang berdasar pada Pasal 41 PP Nomor 55 Tahun 2005 yang mengamanatkan penggunaan data yang dapat dipertanggungjawabkan yang bersumber dari instansi lembaga statistik Pemerintah danatau lembaga Pemerintah yang berwenang menerbitkan data, termasuk dalam hal penggunaan data dasar penghitungan DAU tahun sebelumnya jika data tidak tersedia. DIREKTORAT P-APBN 222 TRANSFER KE DAERAH Alokasi Dasar Alokasi Dasar dalam penghitungan DAU dihitung berdasarkan data jumlah Pegawai Negeri Sipil Daerah PNSD dan besaran belanja gaji PNSD dengan memperhatikan kebijakan-kebijakan perbaikan penghasilan PNS antara lain kenaikan gaji pokok, gaji bulan ke-13, formasi CPNSD, dan kebijakan-kebijakan lain terkait penggajian. Adapun data dasar yang digunakan adalah data gaji induk, yang terdiri dari komponen Gaji Pokok, Tunjangan Keluarga, Tunjangan Jabatan, Tunjangan PPh, Tunjangan Beras. Komponen Alokasi Dasar dalam DAU tidak dimaksudkan untuk menutup seluruh kebutuhan belanja gaji PNSD, terlebih untuk daerah yang memiliki kapasitas fiskal tinggi Penjabaran dari pasal 32, UU No.33 Tahun 2004. Kebutuhan Fiskal KbF: a Data Jumlah Penduduk yang digunakan bersumber dari Badan Pusat Statistik BPS. b Luas wilayah merupakan variabel yang mencerminkan kebutuhan atas penyediaan sarana prasarana per satuan wilayah. Data luas wilayah yang akan digunakan untuk penghitungan alokasi DAU meliputi data luas wilayah daratan administratif yang bersumber dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2011 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan Daerah dan data luas wilayah perairan laut yang bersumber dari Badan Informasi Geospasial BIG. Data luas wilayah perairan laut dimaksud dihitung 4 mil dari garis pantai untuk kabupatenkota dan 12 mil untuk provinsi. c IKK digunakan sebagai proxy untuk mengukur tingkat kesulitan geografis suatu daerah, semakin sulit letak geografis suatu daerah maka semakin tinggi pula tingkat harga di daerah tersebut. Data IKK bersumber dari BPS. d IPM merupakan indikator komposit yang mengukur kualitas hidup manusia melalui pendekatan 3 tiga dimensi yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Indikator ini penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia masyarakatpenduduk atau secara komprehensif dianggap sebagai ukuran kinerja suatu negarawilayah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi. Data IPM bersumber dari BPS. e Data PDRB per kapita yang bersumber dari BPS. Untuk daerah dengan PDRB per kapita outlier atau pencilan, nilainya diperhitungkan untuk ditarik ke tingkat PDRB per kapita tertinggi di dalam layer di bawahnya agar hasil perhitungan lebih mencerminkan pemerataan yang lebih baik. f Total Belanja Rata-rata TBR didapat dari realisasi APBD, yang bersumber dari Daerah dan Kementerian Keuangan. DIREKTORAT P-APBN 223 TRANSFER KE DAERAH Kapasitas Fiskal KpF: a Pendapatan Asli Daerah PAD berdasarkan laporan realisasi APBD, yang bersumber dari Daerah dan Kementerian Keuangan; b DBH Pajak dan DBH Cukai Hasil Tembakau bersumber dari Kementerian Keuangan; c DBH SDA bersumber dari Kementerian Keuangan. Perkembangan Dana Alokasi Umum: a. Dalam periode 2001-2003, dengan rasio 25 dari PDN Neto, alokasi DAU masing-masing mencapai Rp60,5 triliun, Rp69,1 triliun, dan Rp77,0 triliun.Dalam periode 2004-2005, dengan rasio 25,5 dari PDN Neto, alokasi DAU masing-masing mencapai Rp82,1 triliun dan Rp88,8 triliun. b. Dalam periode 2006-2012, dengan rasio 26 dari PDN Neto, alokasi DAU masing-masing mencapai Rp145,7 triliun pada tahun 2006 dan Rp273,8 triliun pada APBN-P 2012. Catatan: Khusus untuk tahun 2010 dalam realisasi DAU sebesar Rp203,6 triliun terdiri dari DAU murni Rp192,5 triliun, DAU tambahan untuk tunjangan profesi guru Rp11,0 triliun, dan koreksi alokasi DAU Kabupaten Indramayu Rp0,1 triliun, sedangkan untuk tahun 2011 dalam realisasi DAU sebesar Rp225,5 triliun terdiri dari DAU murni Rp225,5 triliun dan koreksi alokasi DAU Tahun 2010 Rp0,9 miliar. Perkembangan DAU dari tahun 2001 sampai dengan APBN-P tahun 2012 sebagaimana tercermin pada Grafik 6.1. 6.2.1.3 DAK Definisi: Dana Alokasi Khusus DAK adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Program yang menjadi prioritas nasional dimuat dalam Rencana Kerja Pemerintah dalam tahun anggaran bersangkutan. Kemudian, Menteri teknis mengusulkan kegiatan khusus yang akan didanai dari DAK dan ditetapkan setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri, Menteri 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 APBN-P 2013 APBN Realisasi 60.516,7 69.114,1 76.978,0 82.130,9 88.765,6 145.664,2 164.787,4 179.507,1 186.414,1 203.571,5 225.533,7 273.814,4 311.139,3 - 50.000,0 100.000,0 150.000,0 200.000,0 250.000,0 300.000,0 350.000,0 Grafik 6.1 Dana Alokasi Umum, 2001-2013 miliar rupiah DIREKTORAT P-APBN 224 TRANSFER KE DAERAH Keuangan, dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, sesuai dengan Rencana Kerja Pemerintah. Menteri teknis menyampaikan ketetapan tentang kegiatan khusus kepada Menteri Keuangan. Faktor-faktor Penentu DAK nasional ditetapkan dalam APBN, sesuai dengan kemampuan APBN. yang kemudian ditindaklanjuti dengan perhitungan alokasi DAK per daerah. Penghitungan alokasi DAK dilakukan melalui 2 dua tahapan, yaitu: a Penentuan daerah tertentu yang menerima DAK; dan b Penentuan besaran alokasi DAK masing-masing daerah. Setelah menerima usulan kegiatan khusus, Menteri Keuangan melakukan penghitungan alokasi DAK. Penentuan daerah penerima DAK harus memenuhi kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. Besaran alokasi DAK masing-masing daerah ditentukan dengan perhitungan indeks berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. Kriteria umum sebagaimana dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan daerah yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD setelah dikurangi belanja Pegawai Negeri Sipil Daerah. Kemampuan keuangan daerah dihitung melalui indeks fiskal netto. Daerah yang memenuhi kriteria umum merupakan daerah dengan indeks fiskal netto tertentu yang ditetapkan setiap tahun. Kriteria khusus dirumuskan berdasarkan: a Peraturan perundang-undangan yang mengatur penyelenggaraan otonomi khusus; dan b Karakteristik daerah. Kriteria khusus dirumuskan melalui indeks kewilayahan oleh Menteri Keuangan dengan mempertimbangkan masukan dari Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional dan menteripimpinan lembaga terkait. Sementara itu, kriteria teknis disusun berdasarkan indikator-indikator kegiatan khusus yang akan didanai dari DAK. Kriteria teknis dirumuskan melalui indeks teknis oleh menteri teknis terkait. Menteri teknis menyampaikan kriteria teknis kepada Menteri Keuangan. Stakeholders penentu DAK 1. Kementerian Keuangan Direktorat Penyusunan APBN-DJA dan DJPK 2. Kementerian Perencanaan Pembangunan NasionalBappenas. 3. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan DJPK Kemenkeu. 4. Kementerian Teknis Bidang DAK Dalam perkembangannya, penambahan bidang-bidang yang didanai dari DAK telah mengalami penambahan. Jika alokasi DAK pada tahun 2005 digunakan untuk mendanai kegiatan di 8 bidang, yaitu pendidikan, kesehatan, jalan, irigasi, prasarana pemerintahan, kelautan dan perikanan, air DIREKTORAT P-APBN 225 TRANSFER KE DAERAH bersih, dan pertanian, maka pada tahun 2006 dialokasikan untuk mendanai kegiatan di 9 bidang pendidikan, kesehatan, jalan, irigasi, air minum, prasarana pemerintahan, kelautan dan perikanan, pertanian dan lingkungan hidup. Bidang yang didanai dari DAK bertambah dua bidang lagi pada tahun 2008, yaitu bidang keluarga berencana KB dan bidang kehutanan sehingga menjadi 11 bidang. Pada tahun 2009 juga bertambah menjadi 13 bidang karena adanya penambahan bidang perdagangan dan bidang sarana prasarana perdesaan, dan untuk selanjutnya mengalami menjadi 14 bidang pada tahun 2010 karena adanya pemisahan Bidang DAK Air Minum dan Sanitasi menjadi DAK Air Minum dan DAK Sanitasi. Pada tahun 2011, bidang-bidang yang didanai dari DAK menjadi 19 bidang karena adanya penambahan 5 bidang baru, yaitu bidang listrik perdesaan, perumahan dan permukiman, keselamatan transportasi darat, transportasi perdesaan dan sarana dan prasarana kawasan perbatasan. Sama halnya dengan tahun 2011, dalam tahun 2012, bidang- bidang yang didanai DAK berjumlah 19 Sembilan belas. 19 Bidang yang didanai DAK tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pendidikan. 2. Kesehatan. 3. Infrastruktur Jalan. 4. Infrastruktur irigasi. 5. Infrastruktur air minum. 6. Infrastruktur sanitasi. 7. Prasarana pemerintah. 8. Kelautan dan perikanan. 9. Pertanian. 10. Lingkungan hidup. 11. Keluarga berencana. 12. Kehutanan. 13. Perdagangan. 14. Sarana dan prasarana daerah tertinggal. 15. Listrik pedesaan. 16. Perumahan dan permukiman. 17. Transportasi perdesaan. 18. Sarana dan prasarana kawasan perbatasan. 19. Keselamatan transportasi darat. Bertambahnya bidang yang didanai dari DAK tersebut berdampak terhadap peningkatan alokasi DAK setiap tahunnya walaupun sempat mengalami penurunan pada tahun 2010. Alokasi DAK tahun 2005 masih sebesar Rp4,0 triliun 0,1 persen terhadap PDB, meningkat menjadi Rp20,8 DIREKTORAT P-APBN 226 TRANSFER KE DAERAH triliun 0,4 persen terhadap PDB pada tahun 2008, dan selanjutnya juga mengalami peningkatan pada tahun 2009 menjadi Rp24,7 triliun 0,4 persen terhadap PDB. Mencermati kemampuan keuangan negara yang terbatas, alokasi DAK pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi Rp21,0 triliun 0,3 persen terhadap PDB, dan untuk selanjutnya mengalami kenaikan menjadi 25,2 triliun 0,3 persen terhadap PDB pada APBN-P 2011. Sementara itu, bertambahnya daerah otonom baru berdampak terhadap bertambahnya jumlah daerah yang menerima DAK. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penerima DAK pada tahun 2005 yaitu dari 377 kabupatenkota dan 2 Provinsi, dan pada tahun 2011 jumlah daerah yang memperoleh alokasi DAK menjadi 488 kabupatenkota dan 32 provinsi.

6.2.2 Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian

Komponen Transfer ke Daerah lainnya adalah Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian, yang diatur dengan peraturan perundang-undangan di luar UU Perimbangan Keuangan, antara lain meliputi: a UU Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Perpu Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan atas UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua menjadi undang-undang; b UU Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, c UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; serta d PP Nomor 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan Profesi Guru dan Dosen.

6.2.2.1 Dana Otonomi Khusus Otsus

Definisi: Dana Otonomi Khusus adalah dana yang dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan otonomi khusus suatu daerah, sebagaimana ditetapkan dalam UU Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Perpu Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan atas UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua menjadi undang-undang dan UU Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Ruang Lingkup: a Dana Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat; b Dana Otonomi Khusus bagi Provinsi Aceh; dan c dana tambahan untuk pembangunan infrastruktur bagi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Formula dan Penggunaan Dana Otonomi Khusus: a. Formula Dana Otonomi Khusus untuk Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat adalah setara 2 persen dari pagu DAU nasional selama 20 tahun, yang penggunaannya terutama ditujukan untuk pembiayaan pendidikan dan kesehatan ; b. Formula Dana Otonomi Khusus untuk Provinsi Aceh adalah setara 2 persen dari pagu DAU nasional selama 15 tahun, untuk tahun ke-16 hingga ke-20 menjadi sebesar 1 persen dari DIREKTORAT P-APBN 227 TRANSFER KE DAERAH pagu DAU nasional, yang penggunaannya d itujukan untuk membiayai pembangunan terutama pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, serta pendanaan pendidikan, sosial, dan kesehatan ; serta c. Besaran dana tambahan untuk pembangunan infrastruktur bagi Papua dan Papua Barat ditetapkan oleh Pemerintah dan DPR berdasarkan usulan provinsi tersebut, yang penggunaannya ditujukan untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur. Faktor-faktor Penentu Dana Otonomi Khusus, antara lain meliputi: a untuk Dana Otsus bagi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, serta Dana Otonomi Khusus bagi Provinsi Aceh sangat bergantung pada besaran DAU; dan b dana tambahan untuk pembangunan infrastruktur tergantung pada Kemampuan Keuangan Negara dan hasil kesepakatan antara Pemerintah dan DPR dengan mempertimbangkan usulan provinsi tersebut. Stakeholders Penentu Dana Otonomi Khusus, antara lain Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, DPR, dan Provinsi-provinsi terkait dengan Dana Otonomi Khusus. Perkembangan Dana Otonomi Khusus: a. Pada tahun 2002, realisasi Dana Otonomi Khusus, yang hanya menampung Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua, mencapai Rp1,2 triliun. b. Pada tahun 2006, realisasi Dana Otonomi Khusus, yang telah menampung Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua dan Dana Tambahan Infrastruktur Provinsi Papua, mencapai Rp3,2 triliun. c. Pada tahun 2008, realisasi Dana Otonomi Khusus, yang telah menampung Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua, Dana Otonomi Khusus Aceh, dan Dana Tambahan Infrastruktur Provinsi Papua, mencapai Rp7,5 triliun. d. Pada APBN-P 2012, realisasi Dana Otonomi Khusus, yang meliputi Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua dan Papua Barat, Dana Otonomi Khusus Aceh, dan Dana Tambahan Infrastruktur Provinsi Papua dan Papua Barat, menjadi Rp12,0 triliun. 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 APBN-P 2013 APBN Realisasi 1.175,0 1.539,6 1.642,6 1.775,3 3.488,3 4.045,7 7.510,3 9.526,6 9.099,6 10.421,3 11.952,6 13.445,6 - 2.000,0 4.000,0 6.000,0 8.000,0 10.000,0 12.000,0 14.000,0 16.000,0 Grafik 6.2 Dana Otonomi Khusus, 2002-2013 miliar rupiah DIREKTORAT P-APBN 228 TRANSFER KE DAERAH Perkembangan Dana Otonomi Khusus dari tahun 2001 sampai dengan APBN-P tahun 2012 sebagaimana tercermin pada Grafik 6.2. 6.2.2.2 Dana Penyesuaian Definisi: Dana penyesuaian adalah dana yang dialokasikan untuk membantu daerah dalam rangka melaksanakan kebijakan tertentu Pemerintah dan DPR sesuai peraturan perundangan. Ruang lingkup dan penggunaan Dana Penyesuaian: a. Tunjangan Profesi Guru TPG PNSD diberikan kepada guru-guru PNSD yang sudah mempunyai sertifikat pendidik sebesar 1 satu kali gaji pokok; b. Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD diberikan kepada guru-guru PNSD yang belum memiliki sertifikat pendidik; c. Bantuan Operasional Sekolah BOS terutama digunakan untuk biaya nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar, dan dapat dimungkinkan untuk mendanai beberapa kegiatan lain sesuai petunjuk teknis Menteri Pendidikan dan Kebudayaan; d. Dana insentif daerah DID untuk melaksanakan fungsi pendidikan dengan mempertimbangkan kriteria daerah berprestasi yang antara lain telah memenuhi kriteria utama, dan kriteria kinerja; serta e. Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi P2D2 merupakan dana yang bersumber dari pinjaman program yang digunakan dalam rangka memperkuat transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan DAK khususnya bidang infrastruktur. Faktor-faktor Penentu Dana Penyesuaian, antara lain a jumlah guru bersertifikat pendidik dan jumlah guru yang belum memiliki sertifikat pendidik; serta b jumlah sekolah SD dan SMP. Stakeholders Penentu Dana Penyesuaian, antara lain meliputi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta Kementerian Keuangan. Perkembangan Dana Penyesuaian: a. Dalam tahun 2002, realisasi Dana Penyesuaian, yang hanya berupa dana penyeimbang, mencapai Rp2,4 triliun. DIREKTORAT P-APBN 229 TRANSFER KE DAERAH b. Pada tahun 2006, realisasi Dana Penyesuaian mencapai Rp0,6 triliun, yang terdiri dari dana penyesuaian murni Rp0,3 triliun dan dana penyesuaian kebijakan ad-hoc Rp0,3 triliun. c. Pada tahun 2011, realisasi Dana Penyesuaian mencapai Rp53,7 triliun dan pada APBN-P 2012 direncanakan mencapai Rp58,5 triliun. Besarnya Dana Penyesuaian dalam tahun 2011 dan APBN-P 2012 tersebut karena adanya pengalihan sebagian belanja Pemerintah Pusat berupa TPG PNSD, Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD, dan BOS ke Dana Penyesuaian pada Transfer ke Daerah. Perkembangan Dana Penyesuaian dari tahun 2001 sampai dengan APBN-P tahun 2012 dapat diikuti pada Grafik 6.3. 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 APBN-P 2013 APBN Realisasi 2.372,5 7.704,3 5.212,8 5.467,3 561,1 5.250,3 6.208,5 11.807,2 18.916,7 53.657,2 58.471,3 70.385,9 - 10.000,0 20.000,0 30.000,0 40.000,0 50.000,0 60.000,0 70.000,0 80.000,0 Grafik 6.3 Dana Penyesuaian, 2002-2013 miliar rupiah DIREKTORAT P-APBN 230 TRANSFER KE DAERAH Tabel 6.2 Perkembangan Transfer ke Daerah, 2001-2013 miliar rupiah APBN-P 2012 APBN 2013

I. DANA PERIMBANGAN 81.054,4

94.656,6 111.070,4 122.867,7 143.221,3 222.130,6 243.967,1 278.714,7 287.251,5 316.711,4 347.246,3 408.352,1 444.798,8

A. Dana Bagi Hasil 20.708,6

25.497,2 31.369,5 37.900,8 50.479,2 64.900,3 62.941,9 78.420,3 76.130,0 92.183,6 96.909,1 108.421,7 101.962,4 1. Pajak 9.679,3 11.917,3 16.041,3 19.468,8 23.709,6 28.227,1 34.990,4 37.879,0 40.334,2 47.017,8 42.934,1 51.675,8 49.951,7 i. Pajak Penghasilan 3.151,9 4.121,1 5.161,9 5.136,3 5.439,6 6.052,6 7.965,3 9.988,3 10.219,1 10.931,5 13.237,3 21.641,3 22.106,9 ii. Pajak Bumi dan Bangunan 5.112,8 6.063,2 8.708,4 11.442,2 14.935,7 18.994,9 22.584,6 22.251,8 23.073,9 27.108,4 28.288,3 28.149,8 25.992,8 iii. BPHTB 1.414,6 1.733,0 2.171,0 2.890,4 3.334,3 3.179,6 4.440,6 5.638,9 5.976,2 7.775,9 - 238,8 - iv. Cukai Hasil Tembakau - - - - 1.065,1 1.202,1 1.408,4 1.645,9 1.852,0 2. Sumber Daya Alam 11.029,3 13.579,9 15.328,2 18.432,0 26.769,6 36.673,2 27.951,5 40.739,6 35.795,8 45.165,7 53.975,0 56.745,9 52.010,6 i. Migas 9.572,2 11.719,6 13.251,2 14.718,9 22.633,3 31.635,8 21.978,8 33.094,5 26.128,7 35.196,4 37.306,3 41.695,8 35.197,2 a. Minyak Bumi 5.989,9 6.415,7 6.831,5 8.123,0 12.551,7 18.818,0 12.237,5 18.916,3 14.613,3 17.143,1 19.516,6 23.381,3 18.742,3 b. Gas Alam 3.582,3 5.303,9 6.419,7 6.595,9 10.081,6 12.817,9 9.741,3 14.178,2 11.515,3 11.925,2 15.421,8 14.476,5 16.454,9 c. Kurang Bayar Migas - - - - - - - - - 6.128,1 2.367,9 3.838,0 - ii. Pertambangan Umum 438,0 550,2 1.145,4 1.415,1 2.584,2 3.624,9 4.227,6 6.191,7 7.197,6 7.790,4 14.498,1 12.919,3 14.079,2 iii. Kehutanan 1.019,1 1.184,0 731,6 2.090,4 1.334,0 1.212,7 1.724,2 1.389,4 1.307,1 1.753,1 1.512,5 1.700,7 2.267,4 iv. Perikanan - 126,1 200,0 207,6 218,1 199,7 166,0 64,0 69,3 120,0 138,1 126,5 144,0 v. Pertmbangan Panas Bumi - - - - 1.093,2 305,9 520,0 303,6 322,8

B. Dana Alokasi Umum 60.345,8

69.159,4 76.977,9 82.130,9 88.765,4 145.664,2 164.787,4 179.507,1 186.414,1 203.571,5 225.533,7 273.814,4 311.139,3

C. Dana Alokasi Khusus -

- 2.723,0 2.835,9 3.976,7 11.566,1 16.237,8 20.787,3 24.707,4 20.956,3 24.803,5 26.115,9 31.697,1

II. DANA OTONOMI KHUSUS DAN PENYESUAIAN -

3.547,5 9.243,9 6.855,3 7.242,6 4.049,3 9.296,0 13.718,8 21.333,8 28.016,3 64.078,5 70.423,9 83.831,5

A. Dana Otonomi Khusus -

1.175,0 1.539,6 1.642,6 1.775,3 3.488,3 4.045,7 7.510,3 9.526,6 9.099,6 10.421,3 11.952,6 13.445,6 1. Otsus Murni Persentase DAU - 1.175,0 1.539,6 1.642,6 1.775,3 2.913,3 3.295,7 7.180,3 7.180,3 7.699,6 9.021,3 10.952,6 12.445,6 - Dana Otsus Prov. Papua - 1.175,0 1.539,6 1.642,6 1.775,3 2.913,3 3.295,7 3.590,1 3.590,1 3.849,8 4.510,7 5.476,3 6.222,8 - Dana Otsus Aceh - - - - - - 3.590,1 3.590,1 3.849,8 4.510,7 5.476,3 6.222,8 2. Tambahan Otsus Infrastruktur - - - - - 575,0 750,0 330,0 330,0 1.400,0 1.400,0 1.000,0 1.000,0

B. Dana Penyesuaian -

2.372,5 7.704,3 5.212,7 5.467,3 561,1 5.250,3 6.208,5 11.807,2 18.916,7 53.657,2 58.471,3 70.385,9 - 2.372,5 2.262,4 1.008,4 805,5 300,7 842,9 242,8 - - - - - - Bantuan ad hoc untuk kenaikan gaji - 5.441,9 4.204,3 4.661,8 260,4 - - - - - - - - Dana Penyesuaian Infrastruktur - - - - - 3.266,0 - - - - - - - Dana Tunjangan Kependidikan - - - - - 1.141,4 - - - - - - - Dana Infrastruktur Sarana dan Prasarana - - - - - - 4.006,9 - - - - - - - - - - - - 1.769,5 - - - - - - Dana Alokasi Cukai - - - - - - 189,3 - - - - - - - - - - - - - 6.993,2 6.880,7 - - - - Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD - - - - - - - 4.575,5 4.133,7 3.678,5 2.898,9 2.412,0 - Dana Penyesuaian Selisih Perhitungan DAK - - - - - - - 197,1 - - - - - - - - - - - - 41,4 - - - - - Kurang Bayar DAK - - - - - - - - 80,2 - Dana Insentif Daerah - - - - - - - - 1.387,8 1.387,8 1.387,8 1.387,8 - - - - - - - - - 32,0 - - - - - - - - - - - - 5.275,8 - - - - - - - - - - - - 1.126,5 - - - - Tunjangan Profesi Guru - - - - - - - - - 18.510,2 30.559,8 43.057,8 - Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah DPID - - - - - - - - - 7.535,0 - Bantuan Operasional Sekolah BOS - - - - - - - - - 16.329,9 23.594,8 23.446,9 - - - - - - - - - - 78,9 - - - - - - - - - - - - 6.136,8 - - - - - - - - - - - - - 30,0 81,4 J U M L A H 81.054,4 98.204,1 120.314,3 129.723,0 150.463,9 226.179,9 253.263,1 292.433,5 308.585,3 344.727,7 411.324,8 478.775,9 528.630,3 Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2011 2010 Dana Penguatan Desentralisasi Fiskal dan Percepatan Pembangunan Dana Penyesuaian Selish Perhitungan Dana Penyesuaian Infrastruktur Jalan dan Lainnya DPIL PenyeimbangPenyesuaian Murni untuk kekurangan DAU Bagi beberapa daerah Kependidikan dan Sarana Prasarana Prov. Papua Barat Kurang Bayar Dana Sarana dan Prasarana Infrastruktur Prov. Papua Barat TA 2008 Program Pemerintah Daerah dan Desentralisasi P2D2 Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah DPPID Kurang Bayar Dana Infrastruktur Sarana dan Prasarana DISP Dana Penguatan Infrastruktur dan Prasarana Daerah DPIPD Dana Penguatan Infrastruktur Pendidikan DPPIP