Dana Bagi Hasil Dana Perimbangan Definisi: Dana Perimbangan adalah
DIREKTORAT P-APBN
220
TRANSFER KE DAERAH
Data penghitungan DAU nasional:
DAU nasional pada hakikatnya disusun oleh Pemerintah Kementerian KeuanganDJPK, BKF, dan DJA dan DPR. Sumber data dalam perhitungan besaran DAU nasional ini adalah sebagai berikut:
i Penerimaan Perpajakan data bersumber dari BKF, Kementerian Keuangan; ii Penerimaan Negara Bukan Pajak data bersumber dari Direktorat PNBP, DJA, Kementerian
Keuangan; iii Dana Bagi Hasil data bersumber dari Direktorat Penyusunan APBN, DJA, Kementerian
Keuangan; iv Subsidi pajak data bersumber dari BKF, Kementerian Keuangan;
v Subsidi BBM dan subsidi listrik
data bersumber dari Direktorat PNBP, DJA, Kementerian Keuangan;
vi Subsidi pupuk, subsidi pangan, dan subsidi benih data bersumber dari masing-masing KPA
terkait.
Formula dan faktor-faktor Penentuan DAU per daerah
DAU dialokasikan kepada daerah dengan menggunakan formula DAU yang berdasarkan Alokasi Dasar dan Celah Fiskal dengan proporsi pembagian DAU untuk daerah provinsi dan
kabupatenkota masing-masing sebesar 10 sepuluh persen dan 90 sembilan puluh persen dari besaran DAU secara nasional. Formula DAU dirumuskan sebagai berikut:
DAU = AD + CF
Keterangan: DAU
= alokasi DAU per daerah AD
= alokasi DAU berdasar Alokasi Dasar CF
= alokasi DAU berdasar Celah Fiskal Alokasi Dasar dihitung berdasarkan data jumlah Pegawai Negeri Sipil Daerah PNSD dan
besaran belanja gaji PNSD dengan memperhatikan kebijakan-kebijakan lain terkait dengan penggajian. Sementara itu, Celah Fiskal merupakan selisih antara Kebutuhan Fiskal dan Kapasitas
Fiskal. Kebutuhan Fiskal merupakan kebutuhan pendanaan daerah dalam rangka melaksanakan fungsi layanan dasar umum yang diukur melalui variabel:
- Jumlah Penduduk;
- Luas Wilayah, yang meliputi luas darat dan luas wilayah perairan;
- Indeks Kemahalan Konstruksi;
- Indeks Pembangunan Manusia;
- Produk Domestik Regional Bruto PDRB per kapita.
DIREKTORAT P-APBN
221
TRANSFER KE DAERAH
Formula penghitungan Celah Fiskal dan Kapasitas Fiskal dirumuskan sebagai berikut:
CF = KbF – KpF
Keterangan: CF
= Celah Fiskal KbF
= Kebutuhan Fiskal KpF
= Kapasitas Fiskal KbF = TBR
1
IP +
2
IW +
3
IKK +
4
IPM +
5
IPDRBKapita
Keterangan: TBR
= Total Belanja Daerah Rata-rata IP
= Indeks Penduduk IW
= Indeks Wilayah IKK
= Indeks Kemahalan Konstruksi IPM
= Indeks Pembangunan Manusia IPDRB
= Indeks PDRB per kapita
= bobot indeks masing-masing variabel Kapasitas Fiskal merupakan sumber pendanaan daerah yang berasal dari:
- Pendapatan Asli Daerah PAD;
- DBH SDA;
- DBH Pajak, termasuk Cukai Hasil Tembakau.
Formula yang digunakan untuk menghitung Kapasitas Fiskal adalah
KpF = PAD + DBH SDA + DBH Pajak
Keterangan: PAD
= Pendapatan Asli Daerah DBH SDA
= Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam DBH Pajak
= Dana Bagi Hasil Pajak
Data Penghitungan DAU per daerah
Penghitungan alokasi DAU telah menggunakan data yang berdasar pada Pasal 41 PP Nomor 55 Tahun 2005 yang mengamanatkan penggunaan data yang dapat dipertanggungjawabkan yang
bersumber dari instansi lembaga statistik Pemerintah danatau lembaga Pemerintah yang berwenang menerbitkan data, termasuk dalam hal penggunaan data dasar penghitungan DAU
tahun sebelumnya jika data tidak tersedia.
DIREKTORAT P-APBN
222
TRANSFER KE DAERAH
Alokasi Dasar
Alokasi Dasar dalam penghitungan DAU dihitung berdasarkan data jumlah Pegawai Negeri Sipil Daerah PNSD dan besaran belanja gaji PNSD dengan memperhatikan kebijakan-kebijakan
perbaikan penghasilan PNS antara lain kenaikan gaji pokok, gaji bulan ke-13, formasi CPNSD, dan kebijakan-kebijakan lain terkait penggajian. Adapun data dasar yang digunakan adalah data
gaji induk, yang terdiri dari komponen Gaji Pokok, Tunjangan Keluarga, Tunjangan Jabatan, Tunjangan PPh, Tunjangan Beras.
Komponen Alokasi Dasar dalam DAU tidak dimaksudkan untuk menutup seluruh kebutuhan belanja gaji PNSD, terlebih untuk daerah yang memiliki kapasitas fiskal tinggi Penjabaran dari
pasal 32, UU No.33 Tahun 2004. Kebutuhan Fiskal KbF:
a Data Jumlah Penduduk yang digunakan bersumber dari Badan Pusat Statistik BPS. b Luas wilayah merupakan variabel yang mencerminkan kebutuhan atas penyediaan sarana
prasarana per satuan wilayah. Data luas wilayah yang akan digunakan untuk penghitungan alokasi DAU meliputi data luas wilayah daratan administratif yang bersumber dari Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2011 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan Daerah dan data luas wilayah perairan laut yang bersumber dari Badan
Informasi Geospasial BIG. Data luas wilayah perairan laut dimaksud dihitung 4 mil dari garis pantai untuk kabupatenkota dan 12 mil untuk provinsi.
c IKK digunakan sebagai proxy untuk mengukur tingkat kesulitan geografis suatu daerah, semakin sulit letak geografis suatu daerah maka semakin tinggi pula tingkat harga di daerah
tersebut. Data IKK bersumber dari BPS. d IPM merupakan indikator komposit yang mengukur kualitas hidup manusia melalui pendekatan
3 tiga dimensi yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Indikator ini penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup
manusia masyarakatpenduduk atau secara komprehensif dianggap sebagai ukuran kinerja suatu negarawilayah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi. Data IPM bersumber dari
BPS. e Data PDRB per kapita yang bersumber dari BPS. Untuk daerah dengan PDRB per kapita
outlier atau pencilan, nilainya diperhitungkan untuk ditarik ke tingkat PDRB per kapita tertinggi di dalam layer di bawahnya agar hasil perhitungan lebih mencerminkan pemerataan yang lebih
baik. f Total Belanja Rata-rata TBR didapat dari realisasi APBD, yang bersumber dari Daerah dan
Kementerian Keuangan.
DIREKTORAT P-APBN
223
TRANSFER KE DAERAH
Kapasitas Fiskal KpF: a Pendapatan Asli Daerah PAD berdasarkan laporan realisasi APBD, yang bersumber dari
Daerah dan Kementerian Keuangan; b DBH Pajak dan DBH Cukai Hasil Tembakau bersumber dari Kementerian Keuangan;
c DBH SDA bersumber dari Kementerian Keuangan.
Perkembangan Dana Alokasi Umum:
a. Dalam periode 2001-2003, dengan rasio 25 dari PDN Neto, alokasi DAU masing-masing
mencapai Rp60,5 triliun, Rp69,1 triliun, dan Rp77,0 triliun.Dalam periode 2004-2005, dengan rasio 25,5 dari PDN Neto, alokasi DAU masing-masing mencapai Rp82,1 triliun dan Rp88,8
triliun. b.
Dalam periode 2006-2012, dengan rasio 26 dari PDN Neto, alokasi
DAU masing-masing mencapai Rp145,7 triliun pada tahun 2006
dan Rp273,8 triliun pada APBN-P 2012.
Catatan: Khusus untuk tahun 2010
dalam realisasi DAU sebesar Rp203,6 triliun terdiri dari DAU murni Rp192,5
triliun, DAU
tambahan untuk
tunjangan profesi guru Rp11,0 triliun, dan koreksi alokasi DAU Kabupaten
Indramayu Rp0,1 triliun, sedangkan untuk tahun 2011 dalam realisasi DAU sebesar Rp225,5 triliun terdiri dari
DAU murni Rp225,5 triliun
dan koreksi alokasi DAU Tahun 2010 Rp0,9 miliar. Perkembangan DAU dari tahun 2001
sampai dengan APBN-P tahun 2012 sebagaimana tercermin pada Grafik 6.1. 6.2.1.3
DAK Definisi: Dana Alokasi Khusus DAK adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus
yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
Program yang menjadi prioritas nasional dimuat dalam Rencana Kerja Pemerintah dalam tahun anggaran bersangkutan. Kemudian, Menteri teknis mengusulkan kegiatan khusus yang akan
didanai dari DAK dan ditetapkan setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri, Menteri
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 2010
2011 2012
APBN-P 2013
APBN Realisasi 60.516,7 69.114,1 76.978,0 82.130,9 88.765,6 145.664,2 164.787,4 179.507,1 186.414,1 203.571,5 225.533,7 273.814,4 311.139,3
- 50.000,0
100.000,0 150.000,0
200.000,0 250.000,0
300.000,0 350.000,0
Grafik 6.1 Dana Alokasi Umum, 2001-2013
miliar rupiah
DIREKTORAT P-APBN
224
TRANSFER KE DAERAH
Keuangan, dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, sesuai dengan Rencana Kerja Pemerintah. Menteri teknis menyampaikan ketetapan tentang kegiatan khusus kepada
Menteri Keuangan.
Faktor-faktor Penentu
DAK nasional ditetapkan dalam APBN, sesuai dengan kemampuan APBN. yang kemudian ditindaklanjuti dengan perhitungan alokasi DAK per daerah. Penghitungan alokasi DAK dilakukan
melalui 2 dua tahapan, yaitu: a Penentuan daerah tertentu yang menerima DAK; dan b Penentuan besaran alokasi DAK masing-masing daerah. Setelah menerima usulan kegiatan
khusus, Menteri Keuangan melakukan penghitungan alokasi DAK. Penentuan daerah penerima DAK harus memenuhi kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. Besaran alokasi DAK
masing-masing daerah ditentukan dengan perhitungan indeks berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.
Kriteria umum sebagaimana dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan daerah yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD setelah dikurangi belanja Pegawai Negeri Sipil Daerah.
Kemampuan keuangan daerah dihitung melalui indeks fiskal netto. Daerah yang memenuhi kriteria umum merupakan daerah dengan indeks fiskal netto tertentu yang ditetapkan setiap tahun.
Kriteria khusus dirumuskan berdasarkan: a Peraturan perundang-undangan yang mengatur penyelenggaraan otonomi khusus; dan b Karakteristik daerah. Kriteria khusus dirumuskan
melalui indeks kewilayahan oleh Menteri Keuangan dengan mempertimbangkan masukan dari Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional dan menteripimpinan lembaga terkait.
Sementara itu, kriteria teknis disusun berdasarkan indikator-indikator kegiatan khusus yang akan didanai dari DAK. Kriteria teknis dirumuskan melalui indeks teknis oleh menteri teknis terkait.
Menteri teknis menyampaikan kriteria teknis kepada Menteri Keuangan.
Stakeholders penentu DAK
1. Kementerian Keuangan Direktorat Penyusunan APBN-DJA dan DJPK 2. Kementerian Perencanaan Pembangunan NasionalBappenas.
3. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan DJPK Kemenkeu. 4. Kementerian Teknis
Bidang DAK
Dalam perkembangannya, penambahan bidang-bidang yang didanai dari DAK telah mengalami penambahan. Jika alokasi DAK pada tahun 2005 digunakan untuk mendanai kegiatan di 8 bidang,
yaitu pendidikan, kesehatan, jalan, irigasi, prasarana pemerintahan, kelautan dan perikanan, air
DIREKTORAT P-APBN
225
TRANSFER KE DAERAH
bersih, dan pertanian, maka pada tahun 2006 dialokasikan untuk mendanai kegiatan di 9 bidang pendidikan, kesehatan, jalan, irigasi, air minum, prasarana pemerintahan, kelautan dan perikanan,
pertanian dan lingkungan hidup. Bidang yang didanai dari DAK bertambah dua bidang lagi pada tahun 2008, yaitu bidang keluarga berencana KB dan bidang kehutanan sehingga menjadi 11
bidang. Pada tahun 2009 juga bertambah menjadi 13 bidang karena adanya penambahan bidang perdagangan dan bidang sarana prasarana perdesaan, dan untuk selanjutnya mengalami menjadi
14 bidang pada tahun 2010 karena adanya pemisahan Bidang DAK Air Minum dan Sanitasi menjadi DAK Air Minum dan DAK Sanitasi. Pada tahun 2011, bidang-bidang yang didanai dari
DAK menjadi 19 bidang karena adanya penambahan 5 bidang baru, yaitu bidang listrik perdesaan, perumahan dan permukiman, keselamatan transportasi darat, transportasi perdesaan dan sarana
dan prasarana kawasan perbatasan. Sama halnya dengan tahun 2011, dalam tahun 2012, bidang- bidang yang didanai DAK berjumlah 19 Sembilan belas. 19 Bidang yang didanai DAK tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pendidikan.
2. Kesehatan. 3. Infrastruktur Jalan.
4. Infrastruktur irigasi. 5. Infrastruktur air minum.
6. Infrastruktur sanitasi. 7. Prasarana pemerintah.
8. Kelautan dan perikanan. 9. Pertanian.
10. Lingkungan hidup. 11. Keluarga berencana.
12. Kehutanan. 13. Perdagangan.
14. Sarana dan prasarana daerah tertinggal. 15. Listrik pedesaan.
16. Perumahan dan permukiman. 17. Transportasi perdesaan.
18. Sarana dan prasarana kawasan perbatasan. 19. Keselamatan transportasi darat.
Bertambahnya bidang yang didanai dari DAK tersebut berdampak terhadap peningkatan alokasi DAK setiap tahunnya walaupun sempat mengalami penurunan pada tahun 2010. Alokasi DAK
tahun 2005 masih sebesar Rp4,0 triliun 0,1 persen terhadap PDB, meningkat menjadi Rp20,8
DIREKTORAT P-APBN
226
TRANSFER KE DAERAH
triliun 0,4 persen terhadap PDB pada tahun 2008, dan selanjutnya juga mengalami peningkatan pada tahun 2009 menjadi Rp24,7 triliun 0,4 persen terhadap PDB. Mencermati kemampuan
keuangan negara yang terbatas, alokasi DAK pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi Rp21,0 triliun 0,3 persen terhadap PDB, dan untuk selanjutnya mengalami kenaikan menjadi
25,2 triliun 0,3 persen terhadap PDB pada APBN-P 2011. Sementara itu, bertambahnya daerah otonom baru berdampak terhadap bertambahnya jumlah daerah yang menerima DAK. Hal ini
dapat dilihat dari jumlah penerima DAK pada tahun 2005 yaitu dari 377 kabupatenkota dan 2 Provinsi, dan pada tahun 2011 jumlah daerah yang memperoleh alokasi DAK menjadi 488
kabupatenkota dan 32 provinsi.