Faktor-faktor Penentu APBN Struktur Utama APBN dan Asumsi

DIREKTORAT P-APBN 11 PENDAHULUAN Anggaran Kementerian NegaraLembaga sebagai pengganti PP nomor 21 tahun 2004 tentang hal yang sama. Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur hal-hal sebagai berikut: Pertama: pendekatan dan dasar penyusunan Rencana Kerja Anggaran KementerianLembaga RKA-KL, penyusunan RKA-KL tersebut disusun untuk setiap Bagian Anggaran, Penyusunan RKA-KL menggunakan pendekatan a kerangka pengeluaran jangka menengah, b Penganggaran terpadu, dan c penganggaran berbasis kinerja. Selain itu RKA-KL juga disusun menurut klasifikasi organisasi, fungsi dan jenis belanja, serta menggunakan instrumen a indikator kinerja, b standar biaya, c evaluasi kinerja. Kedua: mengatur tentang proses penyusunan RKA-KL dan penggunaannya dalam penyusunan rancangan APBN. Proses penyusunan RKA-KL pada dasarnya mengatur tentang proses yang dimulai dari penetapan arah kebijakan oleh Presiden dan prioritas pembangunan nasional sampai dengan tersusunnya RKA-KL, serta peranan dari Kementerian Perencanaan, Kementerian Keuangan dan Kementerian NegaraLembaga lainnya. RKA-KL yang telah disusun tersebut digunakan sebagai bahan penyusunan nota keuangan, Rancangan APBN, Rancangan Undang- Undang tentang APBN dan dokumen pendukung pembahasan Rancangan APBN. 1.5 Format dan Postur APBN 1.5.1 Format Bentuk Rekening APBN Sejak APBN tahun 2000, Indonesia mulai menggunakan format I-account untuk menggantikan format sebelumnya, yaitu T-account. Pada format T-account, pencantuman untuk penerimaan berada di sebelah kiri dan belanja di sebelah kanan serta menggunakan prinsip berimbang dan dinamis. Sedangkan pada format I-account, pencantuman pendapatan dan belanja berada pada satu kolom, sehingga dapat terlihat besaran surplus defisit yang didapat dari besaran pendapatan negara dikurangi besaran belanja negara. Lebih jauh lagi, jika terdapat defisit maka besaran pembiayaan untuk menutupinya pun dapat dilihat dalam format I-account. Terdapat beberapa keuntungan dengan penggunaan format I-account ini, diantaranya adalah meningkatkan transparansi dalam penyusunan APBN, mempermudah pemantauan dalam pelaksanaan pengelolaan APBN, serta karena disesuaikan dengan Government Finance Statistic GFS, yang merupakan standar internasional, maka memudahkan dalam analisa komparasi dengan APBN pada negara-negara lain, serta memudahkan pelaksanaan desentralisasi fiskal dan perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. DIREKTORAT P-APBN 12 PENDAHULUAN Gambar 1.2 Perubahan Format Bentuk Struktur APBN Pada T-account, pinjaman proyek bersifat in-out yaitu masuk dalam penerimaan negara sebagai penerimaan pembangunan dan juga masuk dalam pengeluaran negara sebagai pengeluaran pembangunan, sedangkan pada I-account pinjaman proyek dimasukkan dalam pembiayaan anggaran. Selain itu pembayaran bunga dan cicilan utang pada T-account dijadikan satu dalam pengeluaran rutin, sedangkan pada I-account pembayaran bunga utang dan cicilan utang terpisah, yaitu pembayaran bunga utang termasuk dalam pengeluaran rutin, sedangkan pembayaran utang pembayaran cicilan pokok termasuk dalam pembiayaan anggaran. Akibatnya untuk tahun yang sama jumlah penerimaan maupun pengeluaran pada APBN format T-account berbeda dengan APBN format I-account, namun secara kumulatif jumlahnya sama.