Peran Dewan Perwakilan Rakyat DPR dalam Keuangan Negara

DIREKTORAT P-APBN 24 PENDAHULUAN

B. Badan Anggaran

Mengenai Badan Anggaran: a. Badan Anggaran dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap. b. DPR menetapkan susunan dan keanggotaan Badan Anggaran menurut perimbangan dan pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi pada permulaan masa keanggotaan DPR dan pada permulaan tahun sidang. c. Susunan dan keanggotaan Badan Anggaran terdiri atas anggota dari tiap-tiap komisi yang dipilih oleh komisi dengan memperhatikan perimbangan jumlah anggota dan usulan fraksi. d. Pimpinan Badan Anggaran merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial. e. Pimpinan Badan Anggaran terdiri atas 1 satu orang ketua dan paling banyak 3 tiga orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Badan Anggaran berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat dan proporsional dengan mempertimbangkan keterwakilan perempuan menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi. f. Pemilihan pimpinan Badan Anggaran dilakukan dalam rapat Badan Anggaran yang dipimpin oleh pimpinan DPR setelah penetapan susunan dan keanggotaan Badan Anggaran. Badan Anggaran bertugas: a. membahas bersama Pemerintah yang diwakili oleh menteri untuk menentukan pokok-pokok kebijakan fiskal secara umum dan prioritas anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap kementerian negaralembaga KL dalam menyusun usulan anggaran; b. menetapkan pendapatan negara bersama Pemerintah dengan mengacu pada usulan komisi terkait; c. membahas rancangan undang-undang tentang APBN bersama Presiden yang dapat diwakili oleh menteri dengan mengacu pada keputusan rapat kerja komisi dan Pemerintah mengenai alokasi anggaran untuk fungsi, program, dan kegiatan KL; d. melakukan sinkronisasi terhadap hasil pembahasan di komisi mengenai rencana kerja dan anggaran KL; e. membahas laporan realisasi dan prognosis yang berkaitan dengan APBN; dan f. membahas pokok-pokok penjelasan atas rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. Pelaksanaan Tugas Badan Anggaran a. Dalam melaksanakan tugas Badan Anggaran bersama pemerintah menetapkan asumsi makro dengan mengacu pada keputusan komisi yang sesuai dengan ruang lingkup tugasnya. DIREKTORAT P-APBN 25 PENDAHULUAN b. Dalam melaksanakan tugas Badan Anggaran dapat melakukan kunjungan kerja pada masa reses atau pada masa sidang dengan persetujuan pimpinan DPR. c. Badan Anggaran dalam melaksanakan tugas terlebih dahulu menetapkan siklus dan jadwal pembahasan APBN bersama pemerintah. d. Badan Anggaran dalam melaksanakan tugasnya mengacu pada Tata Cara Penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Badan Anggaran hanya membahas alokasi anggaran yang sudah diputuskan oleh komisi. Anggota komisi dalam Badan Anggaran harus mengupayakan alokasi anggaran yang diputuskan komisi dan menyampaikan hasil pelaksanaan tugas kepada komisi.

C. Panitia Kerja

Menurut pasal 94 Peraturan DPR RI nomor 1DPR RI2009-2010 tentang Tata Tertib DPR RI disebutkan bahwa Alat kelengkapan DPR selain pimpinan DPR dapat membentuk panitia kerja. Tugas panitia kerja diatur dalam pasal 96 yaitu: 1. Panitia kerja bertugas melaksanakan tugas tertentu dalam jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh alat kelengkapan DPR yang membentuknya. 2. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1, panitia kerja dapat mengadakan rapat dengar pendapat dan rapat dengar pendapat umum. 3. Tata cara kerja panitia kerja ditetapkan oleh alat kelengkapan DPR yang membentuknya. 4. Panitia kerja bertanggung jawab kepada alat kelengkapan DPR yang membentuknya. 5. Panitia kerja dibubarkan oleh alat kelengkapan DPR yang membentuknya setelah jangka waktu penugasannya berakhir atau karena tugasnya dinyatakan selesai. 6. Tindak lanjut hasil kerja panitia kerja ditetapkan oleh alat kelengkapan DPR yang membentuknya. Panitia kerja yang terkait dengan pembahasan undang-undang APBN adalah: - Panja Asumsi Dasar, Kebijakan Fiskal, Pendapatan, Defisit, dan Pembiayaan - Panja Kebijakan Belanja Pemerintah Pusat - Panja Kebijakan Transfer ke Daerah - Tim Perumus Draft RUU tentang APBN Panja Asumsi Dasar, Kebijakan Fiskal, Pendapatan, Defisit, dan Pembiayaan Keanggotaan Panja Asumsi Dasar, Kebijakan Fiskal, Pendapatan, Defisit, dan Pembiayaan dari unsur pemerintah adalah dari Kementerian Keuangan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian BUMN, dan Bappenas. Tugas Panja Asumsi Dasar, Kebijakan Fiskal, Pendapatan, Defisit, dan Pembiayaan: 1. Membahas dan menetapkan asumsi dasar ekonomi makro, sebagai dasar perhitungan berbagai besaran APBN, berdasarkan masukan dari komisi terkait pertumbuhan ekonomi, DIREKTORAT P-APBN 26 PENDAHULUAN inflasi, nilai tukar, dan suku bunga dari Komisi XI; serta lifting minyak dan harga minyak mentah Indonesia dari Komisi VII. 2. Membahas dan menetapkan pendapatan negara penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajakPNBP. 3. Membahas dan menetapkan besaran subsidi energi subsidi BBM dan subsidi Listrik berdasarkan parameter, asumsi, dan langkah-langkah kebijakan policy measures yang ditetapkan oleh Komisi terkait komisi VII. 4. Membahas dan menetapkan defisit dan pembiayaan anggaran, baik penerimaan pembiayaan maupun pengeluaran pembiayaan, yang meliputi pembiayaan utang maupun pembiayaan non- utang. 5. Membahas dan menetapkan postur sementara APBN, sebagai hasil rekapitulasi dari pembahasan dan kesepakatan tentang pendapatan negara butir 2, belanja subsidi energi butir 3, belanja yang bersumber dari penggunaan PNBP dan transfer ke daerah sebagai implikasi dari hasil pembahasan pendapatan negara butir 2, serta defisit dan pembiayaan anggaran butir 4. 6. Melaporkan hasil pembahasan kepada Rapat Kerja Badan Anggaran dengan Pemerintah dan Bank Indonesia untuk diambil keputusan pada akhir Pembicaraan Tingkat I, guna diteruskan ke Pembicaraan Tingkat II pengambilan keputusan pada Rapat Paripurna. Panja Kebijakan Belanja Pemerintah Pusat Keanggotaan panja kebijakan belanja pemerintah pusat dari unsur pemerintah adalah dari Kementerian Keuangan, dan Bappenas. Tugas Panja Kebijakan Belanja Pemerintah Pusat: 1. Membahas dan menetapkan kebijakan belanja pemerintah pusat menurut jenis belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, pembayaran bunga utang, subsidi non-energi, belanja bantuan sosial dan belanja lain-lain. 2. Membahas dan menetapkan kebijakan belanja KL, serta alokasi belanja pemerintah pusat menurut organisasi. 3. Membahas dan menetapkan kebijakan dan besaran belanja non-KL berbagai jenis subsidi non-energi, seperti subsidi pangan, subsidi pupuk, subsidi benih, subsidibantuan PSO, subsidi bunga kredit program, subsidi pajak, pembayaran bunga utang, dan belanja lain-lain. 4. Membahas dan menetapkan postur belanja pemerintah pusat berdasarkan hasil rekapitulasi pembahasan dan kesepakatan kebijakan belanja pemerintah pusat menurut jenis butir 1, baik belanja KL butir 2 maupun belanja non-KL butir 3. DIREKTORAT P-APBN 27 PENDAHULUAN 5. Melaporkan hasil pembahasan kepada Rapat Kerja Badan Anggaran dengan Pemerintah dan Bank Indonesia untuk diambil keputusan pada akhir Pembicaraan Tingkat I, guna diteruskan ke Pembicaraan Tingkat II pengambilan keputusan pada Rapat Paripurna. Panja Kebijakan Transfer ke Daerah Keanggotaan panja Panja Kebijakan Transfer ke Daerah dari unsur pemerintah adalah dari Kementerian Keuangan, Bappenas, Kementrian Dalam Negeri, Badan Pusat Statistik BPS dan Bakosurtanal. Tugas Panja Kebijakan Transfer ke Daerah: 1. Membahas dan menetapkan kebijakan umum Transfer ke daerah. 2. Membahas dan menetapkan kebijakan dana perimbangan, baik dana bagi hasil DBH, dana alokasi umum DAU, maupun dana alokasi khusus. 3. Membahas dan menetapkan kebijakan dana otonomi khusus dan dana penyesuaian. 4. Melaporkan hasil pembahasan kepada Rapat Kerja Badan Anggaran dengan Pemerintah dan Bank Indonesia untuk diambil keputusan pada akhir Pembicaraan Tingkat I, guna diteruskan ke Pembicaraan Tingkat II pengambilan keputusan pada Rapat Paripurna. Tim Perumus Draft RUU tentang APBN Keanggotaan Tim perumus draft RUU tentang APBN dari unsur pemerintah adalah dari Kementerian Keuangan, dan Bappenas. Tugas Tim Perumus Draft RUU tentang APBN adalah: 1. Mengakomodir hasil kesepakatan Panja-Panja. 2. Mengoreksi konsep legal drafting berkaitan dengan penyusunan RUU APBN. 3. Melaporkan hasil pembahasan Tim Perumus kepada Rapat Pengambilan keputusan Rancangan Undang-Undang tentang APBN antara Badan Anggaran dengan pemerintah pada akhir Pembicaraan Tingkat I. 1.7 Peran DPR dalam Undang-undang yang Terkait Dengan Penerimaan Keuangan Negara Hal lain yang diatur dalam Undang-undang Dasar 1945 adalah adanya kewajiban pembentukan undang-undang atas pengenaan pajak maupun pungutan yang bersifat memaksa untuk keperluan negara. Ketentuan ini termuat dalam pasal 23A Undang-undang Dasar 1945: Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan undang-undang. Persyaratan ini menunjukkan bahwa pajak dan setiap jenis pungutan tersebut adalah atas persetujuan DPR. DIREKTORAT P-APBN 28 PENDAHULUAN Undang- undang yang terkait dengan penerimaan keuangan negara antara lain: 1. Undang-undang di bidang Perpajakan yang terdiri dari: - Undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan jo. Undang-undang nomor 9 tahun 1994 tentang Perubahan atas Undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan jo. Undang-undang nomor 18 tahun 2000 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan jo. Undang-undang nomor 9 tahun 1994 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan jo. Undang-undang nomor 36 tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan - Undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan jo. Undang-undang nomor 7 tahun 1991 tentang Perubahan atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan jo. Undang-undang nomor 10 tahun 1994 tentang Perubahan Kedua atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan jo. Undang-undang nomor 17 tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan jo. Undang-undang nomor 36 tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. - Undang-undang nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak atas penjualan barang mewah jo. Undang-undang nomor 11 tahun 1994 tentang Perubahan atas Undang-undang nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak atas penjualan barang mewah jo. Undang-undang nomor 11 tahun 1994 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang nomor 18 tahun 2000 tentang Pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak atas penjualan barang mewah - Undang-undang nomor 21 tahun 1997 tentang Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan. 2. Undang-undang nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan jo. Undang-undang nomor 17 tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-undang nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan. 3. Undang-undang nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai jo. Undang-undang nomor 39 tahun 2007 tentang Perubahan Undang-undang nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai. 4. Undang-undang nomor 20 tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak. 5. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2003 tentang Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Keuangan DIREKTORAT P-APBN 29 SIKLUS APBN

BAB II SIKLUS APBN

2.1 TAHAPAN SIKLUS

Gambar. 2.1 Siklus APBN Siklus merupakan suatu tahapan yang berisikan rangkaian kegiatan dan selalu berulang untuk jangka waktu tertentu. Jadi, siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN adalah rangkaian kegiatan dalam proses penganggaran yang dimulai pada saat anggaran negara mulai disusun sampai dengan perhitungan anggaran disahkan dengan undang-undang Gambar 2.1. Letak siklus APBN saling beririsan pada satu tahun anggaran Gambar 2.2, misalnya, pada tahun anggaran 2012 terdapat sebagian siklus APBN tahun anggaran 2011 tahap pemeriksaaan dan pertanggungjawaban APBN, sebagian siklus APBN tahun anggaran 2012 tahap pelaksanaan, dan sebagian siklus APBN tahun anggaran 2013 tahap perencanaan dan penganggarannya. Gambar 2.2 Keterkaitan Antar Siklus APBN Siklus Anggaran tahun 2012 Siklus Anggaran tahun 2013 Siklus Anggaran tahun 2011 DIREKTORAT P-APBN 30 SIKLUS APBN Ada 5 tahapan pokok dalam satu siklus APBN di Indonesia. Dari kelima tahapan itu, tahapan ke-2 kedua dan ke-5 kelima dilaksanakan bukan oleh pemerintah, yaitu masing-masing tahap kedua penetapanpersetujuan APBN dilaksanakan oleh DPR lembaga legislatif, dan tahap kelima pemeriksaan dan pertanggungjawaban dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan BPK. Sedangkan tahapan lainnya dilaksanakan oleh pemerintah. Tahapan kegiatan dalam siklus APBN adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan dan penganggaran APBN Tahapan ini dilakukan pada tahun sebelum anggaran tersebut dilaksanakan APBN t-1 misal untuk APBN 2013 dilakukan pada tahun 2012 yang meliputi dua kegiatan yaitu, perencanaan dan penganggaran. Tahap perencanaan dimulai dari: 1 penyusunan arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional; 2 Kementerian NegaraLembaga KL melakukan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun berjalan, menyusun rencana inisiatif baru dan indikasi kebutuhan anggaran; 3 Kementerian Perencanaan dan Kementerian Keuangan mengevaluasi pelaksanaan program dan kegiatan yang sedang berjalan dan mengkaji usulan inisiatif baru berdasarkan prioritas pembangunan serta analisa pemenuhan kelayakan dan efisiensi indikasi kebutuhan dananya; 4 Pagu indikatif dan rancangan awal Rencana Kerja Pemerintah ditetapkan; 5 KL menyusun rencana kerja Renja; 6 Pertemuan tiga pihak trilateral meeting dilaksanakan antara KL, Kementerian Perencanaan, dan Kementerian Keuangan; 7 Rancangan awal RKP disempurnakan; 8 RKP dibahas dalam pembicaraan pendahuluan antara Pemerintah dengan DPR; 9 RKP ditetapkan. Tahap penganggaran dimulai dari: 1 penyusunan kapasitas fiskal yang menjadi bahan penetapan pagu indikatif; 2 penetapan pagu indikatif 3 penetapan pagu anggaran KL; 4 penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran KL RKA-KL; 4 penelaahan RKA-KL sebagai bahan penyusunan nota keuangan dan rancangan undang-undang tentang APBN; dan 5 penyampaian Nota Keuangan, Rancangan APBN, dan Rancangan UU tentang APBN kepada DPR. Hal lebih lanjut tentang kapasitas fiskal dapat dilihat pada Box 2.1. 2. PenetapanPersetujuan APBN Kegiatan penetapanpersetujuan ini dilakukan pada APBN t-1, sekitar bulan Oktober- Desember. Kegiatan dalam tahap ini berupa pembahasan Rancangan APBN dan Rancangan Undang-undang APBN serta penetapannya oleh DPR. DIREKTORAT P-APBN 31 SIKLUS APBN Selanjutnya berdasarkan persetujuan DPR, Rancangan UU APBN ditetapkan menjadi UU APBN. Penetapan UU APBN ini diikuti dengan penetapan Keppres mengenai rincian APBN sebagai lampiran UU APBN dimaksud. Boks 2.1 Seputar Inisiatif Baru Gambar di bawah ini menjelaskan mengenai konsep dasar inisiatif baru. Konsep Dasar Inisiatif Baru Wujud inisiatif baru new initiative dapat berupa: 1. Programoutcomekegiatankeluaran baru meliputi penambahan: Program BaruFokus Prioritas Baru, Outcome Baru, Kegiatan Baru, dan Output Baru yang membawa konsekuensi dibutuhkannya penambahan anggaran atau perubahan baseline; 2. Penambahan volume target; atau 3. Percepatan pencapaian target meliputi penambahan target baru yang bersifat percepatan, sehingga membutuhkan penambahan anggaran, tetapi pagu baseline jangka menengah awal tidak boleh berubah. Semua Inisiatif Baru tersebut harus sesuai dengan Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional yang ditetapkan Presiden di awal tahun berjalan, Januari. KL yang mengusulkan inisiatif baru wajib melengkapinya dengan TOR Terms of ReferenceKerangka Acuan Kinerja dan RAB Rencana Anggaran Belanja serta dokumen pendukung yang menjelaskan rincian informasi kinerja dan rincian anggaran secara jelas, spesifik, dan terukur. Selanjutnya, inisiatif baru yang telah disetujui dan mendapat alokasi anggaran, dituangkan dalam Kertas Kerja RKA-KL Satker. Dalam hal kesempatan pengusulannya, Inisiatif Baru dapat dilakukan pada 3 kesempatan dalam siklus perencanaanpenganggaran, yaitu: 1. Sebelum Pagu Indikatif Pengusulan I sekitar JanuariPebruari setelah dikeluarkannya surat edaran Menteri Perencanaan. 2. Sebelum Pagu Anggaran Pengusulan II sekitar MeiJuni dan diusulkan untuk mengakomodasi arahan presiden dan usulan yang muncul dalam musrenbangnas. 3. Sebelum Alokasi Anggaran Pengusulan III sekitar AgustusSeptember dan diusulkan untuk Kebijakan baru atau perubahan kebijakan berjalan yang menyebabkan adanya konsekuensi anggaran, baik pada anggaran baseline maupun anggaran ke depan. Inisiatif Baru dapat berupa : Penambahan Program Fokus Prioritas Outcome Kegiatan Output baru, Penambahan Volume Target, atau Percepatan Pencapaian Target. - M emberikan Fleksibilitas Pada Sistem Perencanaan dan Penganggaran - M enjaga Konsistensi Pencapaian Tujuan Pembangunan Nasional - M eningkatkan Transparansi dan Akuntabilitas - M elakukan Efisiensi - Fleksibilitas dalam perencanaan dengan tetap menjaga akuntabilitas - Perencanaan berorientasi pada arah kebijakan - Penerapan prinsip tata kelola yang baik transparansi dan akuntabilitas - Berorientasi pada pencapaian kinerja Semua Inisiatif Baru harus sesuai dengan Arah Kebijakan Prioritas Pembangunan Nasional yang ditetapkan Presiden di awal tahun berjalan INISIATIF BARU DEFINISI TUJUAN LANDASAN KONSEPTUAL SYARAT PENGAJUAN DIREKTORAT P-APBN 32 SIKLUS APBN mengakomodasi arahan Presiden dan hal-hal yang belum tertampung dalam dua kali pengusulan sebelumnya. Setiap KL dapat mengusulkan proposal inisiatif baru lebih dari satu proposal dimana setiap proposal hanya boleh diajukan satu kali dalam 3 kesempatan tersebut. Secara substansi, setiap KL bisa mengusulkan Inisiatif Baru yang terkait dengan Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional. Penetapan usulan yang akan disetujui sebagai Inisiatif Baru dilakukan melalui sistem kompetisi dengan mempertimbangkan ketersediaan anggaran. Berkaitan dengan perencanaan jangka menengah, adanya mekanisme Inisiatif Baru mengakibatkan penyesuaian perencanaan untuk tahun direncanakan penyesuaian target kinerja dan anggarannya. Sedangkan dalam dalam hal APBN-P, mekanisme inisiatif baru mengakibatkan penyesuaian target perencanaan dan anggaran untuk tahun berjalan. Namun demikian, ada beberapa perubahan programkegiatanoutput yang bukan kategori inisiatif baru, yaitu: 1. Penyesuaian anggaran terhadap parameter ekonomi meliputi Inflasi atau kurs; 2. Penyesuaian anggaran terhadap parameter non-ekonomi meliputi perubahan SBU SBK selama tidak merubah total pagu KL dan tetap menjaga output dan outcome yang sudah ditetapkan; 3. Perubahan target tanpa mengubah anggaran yang telah ditetapkan diluar prioritas nasional, prioritas bidang dan prioritas KL meliputi perubahan target program dan kegiatan non-prioritas; 4. Penambahan target yang disebabkan tidak tercapainya target tahun sebelumnya, sehingga target tahun ini ditambahkan, tapi total pagu anggaran unit kerja tidak berubah meliputi luncuran carried over target yang tidak tercapai pada tahun sebelumnya; atau 5. Jenis-jenis perubahan kebijakananggaran lainnya. Dari sisi pendanaan, sumber pendanaan Inisiatif Baru dapat berasal dari: 1. Tambahan Anggaran On Top merupakan tambahan alokasi yang dapat berupa Rupiah murni, Pinjaman atau Hibah. Penambahan anggaran ini akan menyebabkan bertambahnya anggaran baseline. 2. Realokasi Anggaran a. Realokasi Tahun Direncanakan Realokasi dengan mengambil anggaran dari programkegiatan lain pada tahun yang direncanakan, tanpa merubah total anggaran tahun direncanakan. Syaratnya target programkegiatan yang direalokasi tidak boleh berubah. b. Realokasi Antar Tahun Realokasi dengan mengambil anggaran program yang sama di tahun selanjutnya. Syaratnya target jangka menengah tidak berubah. Pendanaan ini digunakan untuk mendanai usulan Inisiatif Baru jenis Percepatan Pencapaian Target. 3. Kombinasi On Top dan Realokasi Anggaran. 3. Pelaksanaan APBN Jika tahapan kegiatan ke-1 dan ke-2 dilaksanakan pada APBN t-1, kegiatan pelaksanaan APBN dilaksanakan mulai 1 Januari - 31 Desember pada tahun berjalan APBN t. Dengan kata lain, pelaksanaan tahun anggaran 2013 akan dilaksanakan mulai 1 Januari 2013 - 31 Desember 2013. Kegiatan pelaksanaan APBN dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini kementerianlembaga KL. KL mengusulkan konsep Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran DIPA berdasarkan