DIREKTORAT P-APBN
24
PENDAHULUAN
B. Badan Anggaran
Mengenai Badan Anggaran: a. Badan Anggaran dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat
tetap. b. DPR menetapkan susunan dan keanggotaan Badan Anggaran menurut perimbangan dan
pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi pada permulaan masa keanggotaan DPR dan pada permulaan tahun sidang.
c. Susunan dan keanggotaan Badan Anggaran terdiri atas anggota dari tiap-tiap komisi yang dipilih oleh komisi dengan memperhatikan perimbangan jumlah anggota dan usulan fraksi.
d. Pimpinan Badan Anggaran merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial.
e. Pimpinan Badan Anggaran terdiri atas 1 satu orang ketua dan paling banyak 3 tiga orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Badan Anggaran berdasarkan prinsip
musyawarah untuk mufakat dan proporsional dengan mempertimbangkan keterwakilan perempuan menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi.
f. Pemilihan pimpinan Badan Anggaran dilakukan dalam rapat Badan Anggaran yang dipimpin oleh pimpinan DPR setelah penetapan susunan dan keanggotaan Badan Anggaran.
Badan Anggaran bertugas: a. membahas bersama Pemerintah yang diwakili oleh menteri untuk menentukan pokok-pokok
kebijakan fiskal secara umum dan prioritas anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap kementerian negaralembaga KL dalam menyusun usulan anggaran;
b. menetapkan pendapatan negara bersama Pemerintah dengan mengacu pada usulan komisi terkait;
c. membahas rancangan undang-undang tentang APBN bersama Presiden yang dapat diwakili oleh menteri dengan mengacu pada keputusan rapat kerja komisi dan Pemerintah mengenai
alokasi anggaran untuk fungsi, program, dan kegiatan KL; d. melakukan sinkronisasi terhadap hasil pembahasan di komisi mengenai rencana kerja dan
anggaran KL; e. membahas laporan realisasi dan prognosis yang berkaitan dengan APBN; dan
f. membahas pokok-pokok
penjelasan atas
rancangan undang-undang
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.
Pelaksanaan Tugas Badan Anggaran a. Dalam melaksanakan tugas Badan Anggaran bersama pemerintah menetapkan asumsi
makro dengan mengacu pada keputusan komisi yang sesuai dengan ruang lingkup tugasnya.
DIREKTORAT P-APBN
25
PENDAHULUAN
b. Dalam melaksanakan tugas Badan Anggaran dapat melakukan kunjungan kerja pada masa reses atau pada masa sidang dengan persetujuan pimpinan DPR.
c. Badan Anggaran dalam melaksanakan tugas terlebih dahulu menetapkan siklus dan jadwal pembahasan APBN bersama pemerintah.
d. Badan Anggaran dalam melaksanakan tugasnya mengacu pada Tata Cara Penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Badan Anggaran hanya membahas alokasi anggaran yang sudah diputuskan oleh komisi. Anggota komisi dalam Badan Anggaran harus mengupayakan alokasi anggaran yang
diputuskan komisi dan menyampaikan hasil pelaksanaan tugas kepada komisi.
C. Panitia Kerja
Menurut pasal 94 Peraturan DPR RI nomor 1DPR RI2009-2010 tentang Tata Tertib DPR RI disebutkan bahwa Alat kelengkapan DPR selain pimpinan DPR dapat membentuk panitia kerja.
Tugas panitia kerja diatur dalam pasal 96 yaitu: 1. Panitia kerja bertugas melaksanakan tugas tertentu dalam jangka waktu tertentu yang
ditetapkan oleh alat kelengkapan DPR yang membentuknya. 2. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1, panitia kerja dapat
mengadakan rapat dengar pendapat dan rapat dengar pendapat umum. 3. Tata cara kerja panitia kerja ditetapkan oleh alat kelengkapan DPR yang membentuknya.
4. Panitia kerja bertanggung jawab kepada alat kelengkapan DPR yang membentuknya. 5. Panitia kerja dibubarkan oleh alat kelengkapan DPR yang membentuknya setelah jangka waktu
penugasannya berakhir atau karena tugasnya dinyatakan selesai. 6. Tindak lanjut hasil kerja panitia kerja ditetapkan oleh alat kelengkapan DPR yang
membentuknya. Panitia kerja yang terkait dengan pembahasan undang-undang APBN adalah:
- Panja Asumsi Dasar, Kebijakan Fiskal, Pendapatan, Defisit, dan Pembiayaan - Panja Kebijakan Belanja Pemerintah Pusat
- Panja Kebijakan Transfer ke Daerah - Tim Perumus Draft RUU tentang APBN
Panja Asumsi Dasar, Kebijakan Fiskal, Pendapatan, Defisit, dan Pembiayaan
Keanggotaan Panja Asumsi Dasar, Kebijakan Fiskal, Pendapatan, Defisit, dan Pembiayaan dari unsur pemerintah adalah dari Kementerian Keuangan, Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral, Kementerian BUMN, dan Bappenas. Tugas Panja Asumsi Dasar, Kebijakan Fiskal, Pendapatan, Defisit, dan Pembiayaan:
1. Membahas dan menetapkan asumsi dasar ekonomi makro, sebagai dasar perhitungan berbagai besaran APBN, berdasarkan masukan dari komisi terkait pertumbuhan ekonomi,
DIREKTORAT P-APBN
26
PENDAHULUAN
inflasi, nilai tukar, dan suku bunga dari Komisi XI; serta lifting minyak dan harga minyak mentah Indonesia dari Komisi VII.
2. Membahas dan menetapkan pendapatan negara penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajakPNBP.
3. Membahas dan menetapkan besaran subsidi energi subsidi BBM dan subsidi Listrik berdasarkan parameter, asumsi, dan langkah-langkah kebijakan policy measures yang
ditetapkan oleh Komisi terkait komisi VII. 4. Membahas dan menetapkan defisit dan pembiayaan anggaran, baik penerimaan pembiayaan
maupun pengeluaran pembiayaan, yang meliputi pembiayaan utang maupun pembiayaan non- utang.
5. Membahas dan menetapkan postur sementara APBN, sebagai hasil rekapitulasi dari pembahasan dan kesepakatan tentang pendapatan negara butir 2, belanja subsidi energi
butir 3, belanja yang bersumber dari penggunaan PNBP dan transfer ke daerah sebagai implikasi dari hasil pembahasan pendapatan negara butir 2, serta defisit dan pembiayaan
anggaran butir 4. 6. Melaporkan hasil pembahasan kepada Rapat Kerja Badan Anggaran dengan Pemerintah dan
Bank Indonesia untuk diambil keputusan pada akhir Pembicaraan Tingkat I, guna diteruskan ke Pembicaraan Tingkat II pengambilan keputusan pada Rapat Paripurna.
Panja Kebijakan Belanja Pemerintah Pusat
Keanggotaan panja kebijakan belanja pemerintah pusat dari unsur pemerintah adalah dari Kementerian Keuangan, dan Bappenas.
Tugas Panja Kebijakan Belanja Pemerintah Pusat: 1. Membahas dan menetapkan kebijakan belanja pemerintah pusat menurut jenis belanja
pegawai, belanja barang, belanja modal, pembayaran bunga utang, subsidi non-energi, belanja bantuan sosial dan belanja lain-lain.
2. Membahas dan menetapkan kebijakan belanja KL, serta alokasi belanja pemerintah pusat menurut organisasi.
3. Membahas dan menetapkan kebijakan dan besaran belanja non-KL berbagai jenis subsidi non-energi, seperti subsidi pangan, subsidi pupuk, subsidi benih, subsidibantuan PSO, subsidi
bunga kredit program, subsidi pajak, pembayaran bunga utang, dan belanja lain-lain. 4. Membahas dan menetapkan postur belanja pemerintah pusat berdasarkan hasil rekapitulasi
pembahasan dan kesepakatan kebijakan belanja pemerintah pusat menurut jenis butir 1, baik belanja KL butir 2 maupun belanja non-KL butir 3.
DIREKTORAT P-APBN
27
PENDAHULUAN
5. Melaporkan hasil pembahasan kepada Rapat Kerja Badan Anggaran dengan Pemerintah dan Bank Indonesia untuk diambil keputusan pada akhir Pembicaraan Tingkat I, guna diteruskan ke
Pembicaraan Tingkat II pengambilan keputusan pada Rapat Paripurna.
Panja Kebijakan Transfer ke Daerah
Keanggotaan panja Panja Kebijakan Transfer ke Daerah dari unsur pemerintah adalah dari Kementerian Keuangan, Bappenas, Kementrian Dalam Negeri, Badan Pusat Statistik BPS dan
Bakosurtanal. Tugas Panja Kebijakan Transfer ke Daerah:
1. Membahas dan menetapkan kebijakan umum Transfer ke daerah. 2. Membahas dan menetapkan kebijakan dana perimbangan, baik dana bagi hasil DBH, dana
alokasi umum DAU, maupun dana alokasi khusus. 3. Membahas dan menetapkan kebijakan dana otonomi khusus dan dana penyesuaian.
4. Melaporkan hasil pembahasan kepada Rapat Kerja Badan Anggaran dengan Pemerintah dan Bank Indonesia untuk diambil keputusan pada akhir Pembicaraan Tingkat I, guna diteruskan ke
Pembicaraan Tingkat II pengambilan keputusan pada Rapat Paripurna.
Tim Perumus Draft RUU tentang APBN
Keanggotaan Tim perumus draft RUU tentang APBN dari unsur pemerintah adalah dari Kementerian Keuangan, dan Bappenas.
Tugas Tim Perumus Draft RUU tentang APBN adalah: 1. Mengakomodir hasil kesepakatan Panja-Panja.
2. Mengoreksi konsep legal drafting berkaitan dengan penyusunan RUU APBN. 3. Melaporkan hasil pembahasan Tim Perumus kepada Rapat Pengambilan keputusan Rancangan
Undang-Undang tentang APBN antara Badan Anggaran dengan pemerintah pada akhir
Pembicaraan Tingkat I. 1.7 Peran DPR dalam Undang-undang yang Terkait Dengan Penerimaan Keuangan Negara
Hal lain yang diatur dalam Undang-undang Dasar 1945 adalah adanya kewajiban pembentukan undang-undang atas pengenaan pajak maupun pungutan yang bersifat memaksa untuk keperluan
negara. Ketentuan ini termuat dalam pasal 23A Undang-undang Dasar 1945: Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan undang-undang. Persyaratan ini
menunjukkan bahwa pajak dan setiap jenis pungutan tersebut adalah atas persetujuan DPR.
DIREKTORAT P-APBN
28
PENDAHULUAN
Undang- undang yang terkait dengan penerimaan keuangan negara antara lain: 1. Undang-undang di bidang Perpajakan yang terdiri dari:
- Undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan jo. Undang-undang nomor 9 tahun 1994 tentang Perubahan atas Undang-undang nomor 6 tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan jo. Undang-undang nomor 18 tahun 2000 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan jo. Undang-undang nomor 9 tahun 1994 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan jo. Undang-undang nomor 36 tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan - Undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan jo. Undang-undang nomor 7
tahun 1991 tentang Perubahan atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan jo. Undang-undang nomor 10 tahun 1994 tentang Perubahan Kedua atas
undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan jo. Undang-undang nomor 17 tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan jo. Undang-undang nomor 36 tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
- Undang-undang nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak atas penjualan barang mewah jo. Undang-undang nomor 11 tahun 1994 tentang
Perubahan atas Undang-undang nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak atas penjualan barang mewah jo. Undang-undang nomor 11 tahun
1994 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang nomor 18 tahun 2000 tentang Pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak atas penjualan barang mewah
- Undang-undang nomor 21 tahun 1997 tentang Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan. 2. Undang-undang nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan jo. Undang-undang nomor 17 tahun
2006 tentang Perubahan atas Undang-undang nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan. 3. Undang-undang nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai jo. Undang-undang nomor 39 tahun 2007
tentang Perubahan Undang-undang nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai. 4. Undang-undang nomor 20 tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak.
5. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2003 tentang Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Keuangan
DIREKTORAT P-APBN
29
SIKLUS APBN
BAB II SIKLUS APBN
2.1 TAHAPAN SIKLUS
Gambar. 2.1 Siklus APBN
Siklus merupakan suatu tahapan yang berisikan rangkaian kegiatan dan selalu berulang untuk jangka waktu tertentu. Jadi, siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN adalah
rangkaian kegiatan dalam proses penganggaran yang dimulai pada saat anggaran negara mulai disusun sampai dengan perhitungan anggaran disahkan dengan undang-undang Gambar 2.1.
Letak siklus APBN saling beririsan pada satu tahun anggaran Gambar 2.2, misalnya, pada tahun anggaran 2012 terdapat sebagian siklus APBN tahun anggaran 2011 tahap pemeriksaaan dan
pertanggungjawaban APBN, sebagian siklus APBN tahun anggaran 2012 tahap pelaksanaan, dan sebagian siklus APBN tahun anggaran 2013 tahap perencanaan dan penganggarannya.
Gambar 2.2 Keterkaitan Antar Siklus APBN
Siklus Anggaran
tahun 2012 Siklus Anggaran
tahun 2013 Siklus Anggaran
tahun 2011
DIREKTORAT P-APBN
30
SIKLUS APBN
Ada 5 tahapan pokok dalam satu siklus APBN di Indonesia. Dari kelima tahapan itu, tahapan ke-2 kedua dan ke-5 kelima dilaksanakan bukan oleh pemerintah, yaitu masing-masing tahap kedua
penetapanpersetujuan APBN dilaksanakan oleh DPR lembaga legislatif, dan tahap kelima pemeriksaan dan pertanggungjawaban dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan BPK.
Sedangkan tahapan lainnya dilaksanakan oleh pemerintah. Tahapan kegiatan dalam siklus APBN adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan dan penganggaran APBN Tahapan ini dilakukan pada tahun sebelum anggaran tersebut dilaksanakan APBN t-1 misal
untuk APBN 2013 dilakukan pada tahun 2012 yang meliputi dua kegiatan yaitu, perencanaan dan penganggaran.
Tahap perencanaan dimulai dari: 1 penyusunan arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional; 2 Kementerian NegaraLembaga KL melakukan evaluasi pelaksanaan program
dan kegiatan pada tahun berjalan, menyusun rencana inisiatif baru dan indikasi kebutuhan anggaran; 3 Kementerian Perencanaan dan Kementerian Keuangan mengevaluasi
pelaksanaan program dan kegiatan yang sedang berjalan dan mengkaji usulan inisiatif baru berdasarkan prioritas pembangunan serta analisa pemenuhan kelayakan dan efisiensi indikasi
kebutuhan dananya; 4 Pagu indikatif dan rancangan awal Rencana Kerja Pemerintah ditetapkan; 5 KL menyusun rencana kerja Renja; 6 Pertemuan tiga pihak trilateral
meeting dilaksanakan antara KL, Kementerian Perencanaan, dan Kementerian Keuangan; 7 Rancangan awal RKP disempurnakan; 8 RKP dibahas dalam pembicaraan pendahuluan
antara Pemerintah dengan DPR; 9 RKP ditetapkan. Tahap penganggaran dimulai dari: 1 penyusunan kapasitas fiskal yang menjadi bahan
penetapan pagu indikatif; 2 penetapan pagu indikatif 3 penetapan pagu anggaran KL; 4 penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran KL RKA-KL; 4 penelaahan RKA-KL sebagai
bahan penyusunan nota keuangan dan rancangan undang-undang tentang APBN; dan 5 penyampaian Nota Keuangan, Rancangan APBN, dan Rancangan UU tentang APBN kepada
DPR. Hal lebih lanjut tentang kapasitas fiskal dapat dilihat pada Box 2.1. 2. PenetapanPersetujuan APBN
Kegiatan penetapanpersetujuan ini dilakukan pada APBN t-1, sekitar bulan Oktober- Desember. Kegiatan dalam tahap ini berupa pembahasan Rancangan APBN dan Rancangan
Undang-undang APBN serta penetapannya oleh DPR.
DIREKTORAT P-APBN
31
SIKLUS APBN
Selanjutnya berdasarkan persetujuan DPR, Rancangan UU APBN ditetapkan menjadi UU APBN. Penetapan UU APBN ini diikuti dengan penetapan Keppres mengenai rincian APBN
sebagai lampiran UU APBN dimaksud.
Boks 2.1 Seputar Inisiatif Baru
Gambar di bawah ini menjelaskan mengenai konsep dasar inisiatif baru.
Konsep Dasar Inisiatif Baru Wujud inisiatif baru new initiative dapat berupa:
1. Programoutcomekegiatankeluaran baru meliputi penambahan: Program BaruFokus Prioritas Baru, Outcome Baru, Kegiatan Baru, dan Output Baru yang membawa konsekuensi dibutuhkannya
penambahan anggaran atau perubahan baseline; 2. Penambahan volume target; atau
3. Percepatan pencapaian target meliputi penambahan target baru yang bersifat percepatan, sehingga membutuhkan penambahan anggaran, tetapi pagu baseline jangka menengah awal tidak boleh berubah.
Semua Inisiatif Baru tersebut harus sesuai dengan Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional yang ditetapkan Presiden di awal tahun berjalan, Januari.
KL yang mengusulkan inisiatif baru wajib melengkapinya dengan TOR Terms of ReferenceKerangka Acuan Kinerja dan RAB Rencana Anggaran Belanja serta dokumen pendukung yang menjelaskan rincian
informasi kinerja dan rincian anggaran secara jelas, spesifik, dan terukur.
Selanjutnya, inisiatif baru yang telah disetujui dan mendapat alokasi anggaran, dituangkan dalam Kertas Kerja RKA-KL Satker.
Dalam hal kesempatan pengusulannya, Inisiatif Baru dapat dilakukan pada 3 kesempatan dalam siklus perencanaanpenganggaran, yaitu:
1. Sebelum Pagu Indikatif Pengusulan I sekitar JanuariPebruari setelah dikeluarkannya surat edaran Menteri Perencanaan.
2. Sebelum Pagu Anggaran Pengusulan II sekitar MeiJuni dan diusulkan untuk mengakomodasi arahan presiden dan usulan yang muncul dalam musrenbangnas.
3. Sebelum Alokasi Anggaran Pengusulan III sekitar AgustusSeptember dan diusulkan untuk
Kebijakan baru atau perubahan kebijakan berjalan yang menyebabkan adanya konsekuensi anggaran, baik pada
anggaran baseline maupun anggaran ke depan. Inisiatif Baru dapat berupa : Penambahan Program Fokus
Prioritas Outcome Kegiatan Output baru, Penambahan
Volume Target, atau Percepatan Pencapaian Target.
-
M emberikan Fleksibilitas Pada Sistem Perencanaan dan Penganggaran
- M enjaga Konsistensi Pencapaian Tujuan Pembangunan Nasional
- M eningkatkan Transparansi dan Akuntabilitas - M elakukan Efisiensi
- Fleksibilitas dalam perencanaan dengan tetap menjaga akuntabilitas
- Perencanaan berorientasi pada arah kebijakan - Penerapan prinsip tata kelola yang baik transparansi
dan akuntabilitas - Berorientasi pada pencapaian kinerja
Semua Inisiatif Baru harus sesuai dengan Arah Kebijakan Prioritas Pembangunan Nasional yang ditetapkan
Presiden di awal tahun berjalan
INISIATIF BARU
DEFINISI TUJUAN
LANDASAN KONSEPTUAL
SYARAT PENGAJUAN
DIREKTORAT P-APBN
32
SIKLUS APBN
mengakomodasi arahan Presiden dan hal-hal yang belum tertampung dalam dua kali pengusulan sebelumnya.
Setiap KL dapat mengusulkan proposal inisiatif baru lebih dari satu proposal dimana setiap proposal hanya boleh diajukan satu kali dalam 3 kesempatan tersebut. Secara substansi, setiap KL bisa mengusulkan
Inisiatif Baru yang terkait dengan Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional. Penetapan usulan yang akan disetujui sebagai Inisiatif Baru dilakukan melalui sistem kompetisi dengan
mempertimbangkan ketersediaan anggaran. Berkaitan dengan perencanaan jangka menengah, adanya mekanisme Inisiatif Baru mengakibatkan
penyesuaian perencanaan untuk tahun direncanakan penyesuaian target kinerja dan anggarannya. Sedangkan dalam dalam hal APBN-P, mekanisme inisiatif baru mengakibatkan penyesuaian target
perencanaan dan anggaran untuk tahun berjalan.
Namun demikian, ada beberapa perubahan programkegiatanoutput yang bukan kategori inisiatif baru, yaitu:
1. Penyesuaian anggaran terhadap parameter ekonomi meliputi Inflasi atau kurs; 2. Penyesuaian anggaran terhadap parameter non-ekonomi meliputi perubahan SBU SBK selama tidak
merubah total pagu KL dan tetap menjaga output dan outcome yang sudah ditetapkan; 3. Perubahan target tanpa mengubah anggaran yang telah ditetapkan diluar prioritas nasional, prioritas
bidang dan prioritas KL meliputi perubahan target program dan kegiatan non-prioritas; 4. Penambahan target yang disebabkan tidak tercapainya target tahun sebelumnya, sehingga target tahun
ini ditambahkan, tapi total pagu anggaran unit kerja tidak berubah meliputi luncuran carried over target yang tidak tercapai pada tahun sebelumnya; atau
5. Jenis-jenis perubahan kebijakananggaran lainnya. Dari sisi pendanaan, sumber pendanaan Inisiatif Baru dapat berasal dari:
1. Tambahan Anggaran On Top merupakan tambahan alokasi yang dapat berupa Rupiah murni, Pinjaman atau Hibah. Penambahan anggaran ini akan menyebabkan bertambahnya anggaran baseline.
2. Realokasi Anggaran a. Realokasi Tahun Direncanakan
Realokasi dengan mengambil anggaran dari programkegiatan lain pada tahun yang direncanakan, tanpa merubah total anggaran tahun direncanakan. Syaratnya target programkegiatan yang
direalokasi tidak boleh berubah. b. Realokasi Antar Tahun
Realokasi dengan mengambil anggaran program yang sama di tahun selanjutnya. Syaratnya target jangka menengah tidak berubah. Pendanaan ini digunakan untuk mendanai usulan Inisiatif Baru jenis
Percepatan Pencapaian Target. 3. Kombinasi On Top dan Realokasi Anggaran.
3. Pelaksanaan APBN Jika tahapan kegiatan ke-1 dan ke-2 dilaksanakan pada APBN t-1, kegiatan pelaksanaan
APBN dilaksanakan mulai 1 Januari - 31 Desember pada tahun berjalan APBN t. Dengan kata lain, pelaksanaan tahun anggaran 2013 akan dilaksanakan mulai 1 Januari 2013 -
31 Desember 2013. Kegiatan pelaksanaan APBN dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini kementerianlembaga
KL. KL mengusulkan konsep Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran DIPA berdasarkan