Inflasi ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO

DIREKTORAT P-APBN 69 ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO Faktor penyebab terjadi demand pull inflation adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total aggregate demand lebih besar dari pada kapasitas perekonomian. Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi dalam menggunakan ekspektasi angka inflasi dalam keputusan kegiatan ekonominya. Ekspektasi inflasi tersebut apakah lebih cenderung bersifat adaptif atau forward looking. Hal ini tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari besar keagamaan lebaran, natal, dan tahun baru dan penentuan upah minimum regional UMR. Meskipun ketersediaan barang secara umum diperkirakan mencukupi dalam mendukung kenaikan permintaan, namun harga barang dan jasa pada saat-saat hari raya keagamaan meningkat lebih tinggi dari komdisi supply-demand tersebut. Demikian halnya pada saat penentuan UMR, pedagang ikut pula meningkatkan harga barang meski kenaikan upah tersebut tidak terlalu signifikan dalam mendorong peningkatan permintaan. Gambar 3.2 Determinan Inflasi DIREKTORAT P-APBN 70 ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO

3.4 Suku Bunga SPN 3 Bulan

Asumsi suku bunga yang digunakan dalam APBN adalah acuan tingkat imbal jasa atau kompensasi atas utang Pemerintah. Acuan tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat bunga mengambang seri variable rate yang dihasilkan dari proses lelang, sebagai representasi beban bunga utang tahun berjalan. Awal penggunaan asumsi tingkat suku bunga yaitu pada saat adanya utang dalam negeri pemerintah khususnya kepada Bank Indonesia obligasi rekap BI. Sebagai acuan tingkat suku bunga variable rate adalah tingkat suku bunga hasil lelang SBI 3 dan berlaku sampai dengan tahun 2010. Sejak bulan November 2010 sampai dengan Maret 2011, Bank Indonesia tidak lagi menyelenggarakan lelang SBI 3 bulan sehingga tingkat suku bunga acuan reference rate untuk seri variable rate sebagai respon kebijakan preventif dalam menghadapi arus dana spekulasi jangka pendek. Dengan demikian, sejak tahun 2011 asumsi tingkat suku bunga APBN menggunakan yield Surat Perbendahaaan 3 bulan SPN 3 bulan yang memiliki sistem pelelangan dalam menentukan suku bunga sama dengan sistem pelelangan SBI 3 bulan. Namun, perbedaannya SPN 3 bulan tersebut bukan instrumen kebijakan moneter sebagaimana SBI 3 bulan.

3.5 Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD

Angka asumsi dasar nilai tukar rupiah yang digunakan dalam APBN adalah angka rata-rata kurs tengah kurs rata-rata dari kurs beli dan kurs jual harian nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika Serikat AS selama tahun berjalan Januari sampai dengan Desember. Berikut ini beberapa jenis kurs yang digunakan sebagai indikator :  Kurs jual, adalah kurs yang dipakai apabila bank menjual valuta asing kepada nasabahnya  Kurs beli, adalah kurs yang dipakai pada saat bank membeli Valuta asing dari nasabahnya. 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0 F e b -0 8 A p r- 8 Ju n -0 8 A g u s t- 8 O k t- 8 D e s -0 8 F e b -0 9 A p r- 9 Ju n -0 9 A g u s t- 9 O k t- 9 D e s -0 9 F e b -1 A p r- 1 Ju n -1 A g u s t- 1 O k t- 1 D e s -1 F e b -1 1 A p r- 1 1 Ju n -1 1 A g u s t- 1 1 O k t- 1 1 D e s -1 1 F e b -1 2 persen Perkembangan Suku Bunga SBI 3 bulan dan SPN 3 bulan Februari 2008- Februari 2012 SBI 3 bul an SPN 3 bulan Grafik 3.3 Perkembangan Suku Bunga SBI 3 Bulan dan SPN 3 Bulan Februari 2008-Februari 2012 DIREKTORAT P-APBN 71 ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO  Kurs Tengah, adalah kurs yang ditetapkan berdasarkan kurs beli dan kurs jual dibagi dua. Gunanya untuk mendapatkan kurs untuk perhitungan-perhitungan yang bersifat umum.  Rata-rata nilai kurs bulanan adalah jumlah nilai kurs tengah dalam periode 1 bulan dibagi dengan jumlah periode waktu selama 1 bulan.  Rata-rata nilai kurs tahunan adalah jumlah rata-rata nilai kurs tengah bulanan selama 1 tahun dibagi dengan jumlah periode waktu 12 bulan. Perkembangan nilai tukar dipengaruhi antara lain oleh;

1. Faktor permintaan dan penawaran di pasar:

- Apresiasi adalah peningkatan nilai mata uang yang diukur berdasarkan peningkatan jumlah mata uang asing yang dapat dibeli - Depresiasi adalah penurunan nilai mata uang yang diukur berdasarkan penurunan jumlah mata uang asing yang dapat dibeli. 2. Faktor kebijakan: - Revaluasi adalah kebijakan untuk menaikkan nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang negara lain. - Devaluasi adalah kebijakan untuk menurunkan nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang negara lain. Sejak periode 1970 hingga sekarang, sistem nilai tukar yang berlaku di Indonesia telah mengalami perubahan sebanyak tiga kali yaitu: 1. Sistem Nilai Tukar Tetap tahun 1964 s.d tahun 1978. Jan Feb M ar Apr M ei Jun Jul US DOLLAR 9.400,0 8.991,0 9.068,0 9.000,0 9.085,0 9.180,0 9.190,0 9.565,0 9.480,0 9.485,0 JAPANESE YEN 100 10.170,4 11.028,5 11.680,3 11.792,5 11.274,5 11.176,1 11.467,5 12.141,4 11.962,9 12.135,4 BRITISH POUND 15.114,3 13.893,8 13.969,3 14.151,6 14.466,1 14.670,1 14.961,3 14.803,3 14.731,9 14.911,4 EURO 13.509,7 11.955,8 11.739,0 11.852,6 12.245,2 12.259,0 12.169,0 11.832,9 11.801,2 11.638,6 SINGAPORE DOLLAR 6.698,5 6.980,6 6.974,3 7.176,2 7.287,3 7.308,6 7.425,1 7.424,5 7.415,2 7.616,3 MALAYSIAN RINGGIT 2.747,1 2.915,9 2.852,9 2.953,7 3.031,3 2.995,6 3.029,0 3.007,4 2.967,1 3.013,0 HONGKONG DOLLAR 1.212,2 1.155,4 1.167,2 1.160,3 1.171,5 1.182,3 1.184,5 1.231,8 1.221,9 1.223,1 KOREAN WON 8,1 8,0 7,8 8,0 8,1 8,1 8,1 8,1 8,2 8,4 AUSTRALIAN DOLLAR 8.431,8 9.142,5 9.202,7 9.572,9 9.826,8 9.555,5 9.604,0 9.283,8 9.523,6 9.974,0 CANADIAN DOLLAR 8.935,8 8.987,0 8.881,5 8.996,9 9.144,4 9.218,3 9.369,9 9.292,3 9.181,2 9.477,4 SWISS FRANC 9.087,4 9.600,1 9.636,1 9.835,6 10.156,0 10.167,8 10.128,4 9.851,2 9.826,4 9.688,5 Sumber: Bank Indonesia 2011 M ATA UANG NILAI TUKAR M ATA UANG RUPIAH SPOT TERHADAP BEBERAPA M ATA UANG DI DUNIA 2009-2012 2009 2010 2012 Tabel 3.1 DIREKTORAT P-APBN 72 ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO Dengan sistem nilai tukar tetap ini, Bank Indonesia memiliki kewenangan penuh dalam mengawasi transaksi devisa berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 1964. Pemerintah sebagai otoritas kebijakan moneter dapat menentukan tingkat nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang negara lain pada tingkat tertentu tanpa memperhatikan penawaran ataupun permintaan terhadap valuta asing yang terjadi. 2. Sistem Nilai tukar Mengambang Terkendali tahun 1978 s.d. tahun 1997 Berdasarkan sistem tersebut Bank Indonesia menetapkan kurs indikasi dan membiarkan kurs bergerak di pasar dengan spread tertentu dan melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi batas atas atau batas bawah spread yang telah ditetapkan. 3. Sistem Nilai tukar Mengambang Bebas tahun 1997 s.d. sekarang Bank indonesia menghapus rentang intervensi dan tidak mencampuri tingkat nilai tukar sama sekali sehingga nilai tukar sepenuhnya diserahkan pada permintaan dan penawaran valuta asing.

3.6 Harga Minyak Mentah Indonesia

Harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price ICP merupakan dasar monetisasi harga minyak mentah Indonesia di pasar internasional satuan yang digunakan adalah USD per barel yang penetapannnya dilakukan setiap bulan oleh Kementerian ESDM. Angka asumsi dasar harga minyak mentah yang digunakan dalam APBN adalah harga rata-rata ICP selama satu periode tahun berjalan. Penetapan ICP oleh Kementerian ESDM dilakukan berdasarkan 4 prinsip utama yaitu: a. Fairness transparency jelas, obyektif dan tranparan; b. International Competitiveness dapat bersaing dengan harga minyak mentah dari kawasan atau negara lain; c. Stability formula relatif stabil dan ICP yang dihasilkan dari formula tidak berfluktuatif; d. Continuity diberlakukan dalam periode yang cukup panjang selalu mengikuti perkembangan harga pasar minyak mentah internasional, dan formula ICP akan dievaluasi secara berkala. DIREKTORAT P-APBN 74 ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO minyak perhari selama periode satu tahun berjalan Januari sampai Desember. Asumsi lifting minyak dalam APBN digunakan sebagai dasar perhitungan penerimaan PNBP migas. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral serta BP Migas merupakan institusi yang terlibat dalam penetapan asumsi dasar lifting minyak. Selain diproduksi untuk dijual lifting, produksi minyak mentah Indonesia digunakan untuk kegiatan operasional sebagai pembangkit energi, persediaan di kilang operasi atau kilang penampungan. Satuan yang digunakan untuk mengukur lifting minyak yaitu:  Ribu barel per hari atau MBOPD Thousand Barrels Oil Per Day atau MBCD Thousand Barrels Crude per Day  Juta barel per hari atau MMBOPD Million Barrels Oil Per Day atau MMBCD Million Barrels Crude per Day Catatan: “M” adalah angka romawi M = 1000 thousand dan MM = 1.000.000 million

3.8 Dampak Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Terhadap Postur APBN

Perubahan atas sejumlah asumsi dasar ekonomi makro akan mempengaruhi pos-pos di dalam postur APBN. Pengaruh tersebut dapat dapat bersifat positif searah atau bersifat negatif berlawanan arah sebagaimana tabel berikut: 1.002,9 957,1 898,9 930,9 943,9 953,9 898,5 877,0 800,0 840,0 880,0 920,0 960,0 1.000,0 1.040,0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 ribu bph Perkembangan Realisasi Lifting Minyak Mentah Indonesia, 2005-2012 Grafik 3.5 Perkembangan Realisasi Lift ing M inyak M ent ah Indonesia, 2005-2012