Pinjaman Dalam Negeri Kebijakan Pembiayaan Utang

249 DIREKTORAT P-APBN PEMBIAYAAN ANGGARAN

I. Pinjaman Proyek Reguler 2. Fasilitas Kredit Ekspor

a. M ult ilat eral FKE ADB Aust ria World Bank IDB IFAD SFD KFW b. Bilat eral

3. PNPM JICA

JICA Korea World Bank Spanyol ADB Perancis IFAD Aust ralia China Hungaria Belanda Denmark Norw egia Jerman Finlandia Aust ria Grafik 7.1 Rasio Utang Terhadap GDP Tahun 2010 - 2013 Tabel 7.4 Daftar Lender Berdasarkan Jenis Pinjaman 8 3 6 ,3 9 2 ,6 9 9 2 ,8 1 .0 9 7 ,9 1 .2 7 8 ,9 7 5 4 ,1 7 7 4 ,3 8 1 ,7 8 7 7 ,1 8 6 4 ,6 5 .6 6 ,2 6 .3 6 4 ,4 7 .4 2 7 ,1 8 .2 5 3 ,4 9 .2 6 9 ,6 28,4 26,3 24,3 23,9 23,1 - 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 - 1.000,0 2.000,0 3.000,0 4.000,0 5.000,0 6.000,0 7.000,0 8.000,0 9.000,0 10.000,0 2009 2010 2011 2012 2013 Dalam Negeri Luar Negeri PDB Rasio Utang 250 DIREKTORAT P-APBN PEMBIAYAAN ANGGARAN

7.2.4 Mekanisme Penganggaran Pembiayaan Utang

Mekanisme penganggaran pembiayaan utang diawali dengan penyampaian arah kebijakan dan prioritas pembangunan oleh Presiden, kemudian Kemenkeu cq DJA melakukan penyusunan resource envelope dan usulan kebijakan APBN, yang di dalamnya telah tercantum besaran pembiayaan dan komponen penyusunnya. Setelah pelaksanaan trilateral meeting antara Kemenkeu, Bappenas dan KL maka dilakukan penyusunan Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokok Pokok Kebijakan Fiskal serta Rencana Kerja Pemerintah yang kemudian diajukan kepada DPR dan dibahas dalam Pembicaraan Pendahuluan Penyusunan RAPBN. Kesimpulan dari pembicaraan pendahuluan tersebut digunakan oleh Pemerintah sebagai bahan masukan untuk menyusun RUU APBN, Nota Keuangan RAPBN, serta Himpunan RKA-KL, yang selanjutnya diajukan kepada DPR dan dibahas bersama untuk mendapatkan persetujuan DPR. Apabila telah disetujui oleh DPR dilakukan pengesahan RUU APBN oleh Presiden. Secara rinci, proses penganggaran pembiayaan utang adalah sebagai berikut: Surat Berharga Negara dan Pinjaman Program memiliki tujuan untuk menutupi defisit anggaran, dan keduanya memiliki mekanisme yang sama. Besaran atau pagu SBN dan Pinjaman program diajukan ke DPR untuk kemudian dibahas, setelah mendapatkan persetujuan dan ketetapan DPR dalam bentuk Undang-undang APBN, Pemerintah mencari lender dan bila telah mencapai kesepakatan maka akan dilanjutkan dengan penandatanganan loan agreement untuk pinjaman program. Sedangkan untuk SBN, yang disetujui adalah konsep neto, sehingga Pemerintah dapat mulai menerbitkan SBN dengan pagu sebesar yang terdapat dalam Undang-undang. Pinjaman Dalam Negeri neto diawali dengan pemberian besaran pagu PDN kepada Bappenas, Bappenas kemudian menentukan kementerian negaralembaga yang akan diberikan PDN. Pagu besaran PDN tersebut diajukan ke DPR untuk dibahas dan ditetapkan dalam Undang-Undang APBN. Penganggaran pinjaman proyek pada sisi pembiayaan anggaran APBN sangat berkaitan dengan penganggaran belanja kementerian negaralembaga khususnya yang dananya bersumber dari pinjaman luar negeri. Prosesnya diawali dari Bappenas mengkoordinasikan penyusunan rencana penarikan pinjaman luar negeri kementerian negaralembaga untuk tahun yang direncanakan. Rencana penarikan pada masing-masing KL tersebut digunakan untuk membiayai kegiatan yang sudah masuk dalam Daftar Rencana Prioritas Pinjaman Luar Negeri DRPPLNgreen book. DRPPLN adalah daftar rencana kegiatan yang telah memiliki indikasi pendanaan dan siap dibiayai dari pinjaman luar negeri untuk jangka tahunan. Kemudian rencana penarikan pinjaman luar negeri 251 DIREKTORAT P-APBN PEMBIAYAAN ANGGARAN tersebut disampaikan kepada Kementerian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Anggaran sebagai bahan untuk menyusun resource envelope pagu indikatif untuk tahun yang direncanakan. Berdasarkan resource envelope tersebut, Kementerian Keuangan dan Bappenas menetapkan pagu indikatif, yang didalamnya termasuk besaran pinjaman luar negeri sebagai salah satu sumber dana untuk belanja kementerian negaralembaga. Selanjutnya belanja kementerian negaralembaga tersebut dibahas dalam forum trilateral meeting antara Bappenas, Kementerian Keuangan, dan Kementerian teknis terkait. Secara paralel, pada bulan Mei Pemerintah menyusun dan menyampaikan kerangka ekonomi makro KEM, pokok-pokok kebijakan fiskal PPKF dan rencana kerja Pemerintah RKP kepada DPR dan dibahas dalam pembicaraan pendahuluan. RKP dibahas di DPR oleh Komisi terkait dan Badan Anggaran. Berdasarkan KEM, PPKF, dan RKP hasil pembicaraan pendahuluan serta Pagu Indikatif tersebut, Pemerintah menyusun RKA-KL. Selanjutnya RKA-KL disampaikan kepada Kementerian Keuangan dan diproses menjadi pagu anggaran sebagai bahan untuk menyusun nota keuangan RAPBN dan himpunan RKA-KL. Pada bulan Agustus Pemerintah menyampaikan RUU APBN beserta nota keuangan dan himpunan RKA-KL kepada DPR dan dibahas bersama untuk mendapatkan persetujuan DPR. Secara paralel RKA-KL dibahas bersama Komisi terkait dan hasilnya diharmonisasi dalam pembahasan di Badan Anggaran. Berdasarkan postur APBN yang telah disetujui DPR tersebut, Pemerintah menetapkan alokasi anggaran. Sedangkan untuk Penerusan Pinjaman Subsidiary Loan AgreementSLA, berdasarkan pasal 7 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah, pinjaman luar negeri berupa pinjaman proyek dapat diteruspinjamkan kepada pemda danatau BUMN. Proses perencanaan Penerusan Pinjaman dapat dibedakan dalam dua tahap, yaitu tahap penetapan penerusan pinjaman dan tahap penetapan alokasi penerusan pinjaman. Penetapan penerusan pinjaman dimulai dari PemdaBUMN mengajukan pembiayaan penerusan pinjaman untuk rencana kegiatan yang telah tercantum dalam DRPPLN kepada Menteri Keuangan. Pengajuan penerusan pinjaman oleh pemda dilakukan setelah mendapat pertimbangan Menteri Dalam Negeri. Sedangkan pengajuan penerusan pinjaman oleh BUMN dilakukan setelah mendapat pertimbangan Menteri Negara BUMN. Kemudian Menteri Keuangan melakukan penilaian kelayakan pembiayaan sebelum akhirnya menetapkan penerusan pinjaman. Kemudian penetapan penerusan pinjaman dituangkan dalam Perjanjian Penerusan Pinjaman Luar Negeri. Untuk penetapan alokasinya, PemdaBUMN mengajukan rencana penarikan kepada Menteri Keuangan dan dibahas bersama, kemudian menteri keuangan menetapkan alokasi penerusan pinjaman tahun yang direncanakan. Rencana