DIREKTORAT P-APBN
6
PENDAHULUAN
c. Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman danatau hibah kepada Pemerintah Daerah, Lembaga Asing atau sebaliknya dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat;
d. Pemerintah Daerah dapat memberikan pinjaman kepadamenerima pinjaman dari daerah lain dengan persetujuan DPRD;
e. Pemerintah dapat memberikan pinjamanhibah penyertaan modal kepada dan menerima pinjamanhibah dari perusahaan negaradaerah yang terlebih dahulu harus ditetapkan dalam
APBNAPBD; f. Menteri Keuangan melakukan pembinaan dan pengawasan kepada perusahaan negara;
g. Gubernurbupatiwalikota melakukan pembinaan dan pengawasan kepada perusahaan daerah; h. Pemerintah Pusat dapat melakukan penjualan danatau privatisasi perusahaan negara setelah
mendapat persetujuan DPR; i. Pemerintah Daerah dapat melakukan penjualan danatau privatisasi perusahaan daerah
setelah mendapat persetujuan DPRD; j. Dalam keadaan tertentu, untuk penyelamatan perekonomian nasional, Pemerintah Pusat dapat
memberikan pinjaman danatau melakukan penyertaan modal kepada perusahaan swasta setelah mendapat persetujuan DPR;
k. Menteri Keuangan melakukan pembinaan dan pengawasan kepada badan pengelola dana masyarakat yang mendapat fasilitas dari Pemerintah Pusat;
l. Gubernurbupatiwalikota melakukan pembinaan dan pengawasan kepada badan pengelola dana masyarakat yang mendapat fasilitas dari Pemerintah Daerah.
1.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN
APBN adalah undang-undang, sehingga merupakan kesepakatan antara Pemerintah dan DPR, sebagaimana disebutkan dalam pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yang dimaksud dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara, selanjutnya disebut APBN, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
Pemerintah menyusun APBN setiap tahun dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan untuk mencapai tujuan bernegara. APBN tersebut harus dikelola secara tertib dan bertanggung
jawab sesuai kaidah umum praktik penyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik. Sesuai pasal 26 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, setelah APBN ditetapkan
dengan undang-undang, pelaksanaannya dituangkan lebih lanjut dengan Keputusan Presiden.
DIREKTORAT P-APBN
7
PENDAHULUAN
1.2.1 Peran APBN bagi Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi
Kebijakan fiskal adalah salah satu perangkat kebijakan ekonomi makro dan merupakan kebijakan utama pemerintah yang diimplementasikan melalui APBN. Kebijakan ini memiliki peran yang
penting dan sangat strategis dalam mempengaruhi perekonomian, terutama dalam upaya mencapai target-target pembangunan nasional. Peran tersebut terkait dengan tiga fungsi utama
pemerintah, yaitu fungsi alokasi, fungsi distribusi, dan fungsi stabilisasi. APBN harus didesain sesuai dengan fungsi tersebut, dalam upaya mendukung penciptaan akselerasi pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan berkualitas. Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dijelaskan:
fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas
perekonomian; fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan; fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran
pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental ekonomi.
Fungsi alokasi berkaitan dengan intervensi Pemerintah terhadap perekonomian dalam mengalokasikan sumber daya ekonominya, sedangkan fungsi distribusi berkaitan dengan
pendistribusian barang-barang yang diproduksi oleh masyarakat. Peran penting kebijakan fiskal dalam redistribusi dan alokasi anggaran pemerintah antara lain adalah penanggulangan
kemiskinan, dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Dalam konteks ini, kebijakan fiskal dapat dipergunakan untuk mempengaruhi sektor-sektor ekonomi atau kegiatan tertentu, untuk
menyeimbangkan pertumbuhan
pendapatan antarsektor
ekonomi, antardaerah,
atau antargolongan pendapatan. Peran kebijakan fiskal juga penting dalam menanggulangi dampak
yang ditimbulkan oleh bencana alam, wabah penyakit, dan konflik sosial. Fungsi stabilisasi berkaitan dengan upaya menjaga stabilitas dan akselerasi kinerja ekonomi,
sehingga perekonomian tetap pada kesempatan kerja penuh full employment dengan harga yang stabil. Fungsi stabilisasi yang ditujukan untuk meminimalisir volatilitas atau fluktuasi dalam
perekonomian, merupakan esensi utama kebijakan APBN. Dengan peran stabilisasinya, kebijakan fiskal dipandang sebagai salah satu alat yang efektif untuk memperkecil siklus bisnis. Sejarah
kebijakan fiskal Indonesia menunjukkan bukti tersebut selama periode krisis ekonomi 19971998, dan krisis 2009. Kebijakan ekspansif fiskal melalui pengalokasian stimulus fiskal pada tahun 2009
mampu menahan ekonomi Indonesia dari dampak krisis, bahkan mampu membuat ekonomi tumbuh positif di tengah kondisi melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia. Stabilitas ekonomi
terjaga, dan kesehatan fiskal dapat diwujudkan. Tentu saja, hal tersebut dapat diwujudkan tidak
DIREKTORAT P-APBN
8
PENDAHULUAN
semata melalui kebijakan fiskal yang tepat, tetapi didukung oleh kebijakan moneter dan kebijakan lain yang saling bersinergi.
1.3 Struktur Utama APBN dan Asumsi
Secara garis besar struktur APBN adalah, a Pendapatan Negara dan Hibah, b Belanja Negara, c Keseimbangan Primer, d SurplusDefisit Anggaran, e Pembiayaan. Asumsi dasar makro
ekonomi sangat berpengaruh pada besaran komponen dalam struktur APBN. Asumsi dasar tersebut adalah a pertumbuhan ekonomi, b inflasi, c tingkat bunga SPN 3 bulan, d nilai tukar
rupiah terhadap dollar AS, e harga minyak dan f produksilifting minyak atau g lifting gas. Struktur APBN dituangkan dalam suatu format yang disebut I-account. Dalam beberapa hal, isi
dari I-account sering disebut postur APBN. Penjelasan lebih lanjut mengenai komponen dalam struktur APBN terdapat pada poin yang membahas mengenai postur APBN.
Tabel 1.1 menunjukkan I-Account ringkas APBN dan APBN-P disertai besaran asumsi dasar ekonomi makro yang dipakai sebagai dasar. Dari tabel dapat dilihat pengaruh perubahan asumsi
dasar ekonomi makro terhadap perubahan angka dari APBN menjadi APBN-P.
1.3.1. Faktor-faktor Penentu APBN
Beberapa faktor penentu postur APBN antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pendapatan Negara
Besaran pendapatan negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: 1 indikator ekonomi makro yang tercermin pada asumsi dasar makro ekonomi; 2 kebijakan
pendapatan negara; 3 kebijakan pembangunan ekonomi; 4 perkembangan pemungutan pendapatan negara secara umum; dan 5 kondisi dan kebijakan lainnya. Contohnya, target
penerimaan negara dari SDA migas turut dipengaruhi oleh besaran asumsi lifting minyak bumi, lifting gas, ICP, dan asumsi nilai tukar. Target penerimaan perpajakan ditentukan
oleh target inflasi serta kebijakan pemerintah terkait perpajakan seperti perubahan besaran pendapatan tidak kena pajak PTKP, upaya ekstensifikasi peningkatan jumlah wajib pajak
dan lainnya. 2. Belanja Negara
Besaran belanja negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: 1 asumsi dasar makro ekonomi; 2 kebutuhan penyelenggaraan negara; 3 kebijakan pembangunan; 4
resiko bencana alam, dampak kirisi global dan 4 kondisi dan kebijakan lainnya. Contohnya, besaran belanja subsidi energi dipengaruhi oleh asumsi ICP, nilai tukar, serta
target volume BBM bersubsidi.
DIREKTORAT P-APBN
9
PENDAHULUAN
3. Pembiayaan Besaran pembiayaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: 1 asumsi dasar
makro ekonomi; 2 kebijakan pembiayaan; dan 3 kondisi dan kebijakan lainnya.
Tabel 1.1 I-Account Ringkas dan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2009 - 2012
A . PEN DA PA T A N N EGA RA DA N H I BA H 985 .72 5,3
870 .999 ,0 9 49.656,1
992.398 ,8 1.10 4 .90 2,0
1.169.914 ,6 1.311.386,7
1.358.20 5,0 I .
PEN ERI M A A N DA LA M N EGERI 984 .78 6,5
869.992,5 9 48.149,3
990 .50 2,3 1.10 1.162 ,5
1.165.252 ,5 1.310 .5 61,6
1.357.380 ,0 1.
PEN ERI M A A N PERPA JA KA N 725 .84 3,0
6 51.954,8 7 42.738,0
743.325 ,9 850 .25 5,5
878.685 ,2 1.0 32.570 ,2
1.0 16.237,3 2.
PEN ERI M A A N N EGA RA BUKA N PA JA K 258 .94 3,6
218.0 37,6 2 0 5.4 11,3
247.17 6,4 25 0 .90 7,0
286.567 ,3 27 7.9 91,4
34 1.142,6 I I . PEN ERI M A A N H I BA H
93 8,8 1.0 0 6,5
1.50 6,8 1.89 6,5
3 .73 9,5 4.662 ,1
8 25,1 825,1
B. BELA N JA N EGA RA 1.0 37 .0 6 7,3
1.0 0 0 .843,9 1.0 4 7.666,1
1.126.14 6,5 1.229.55 8,5
1.320 .751,3 1.4 35.40 6,7
1.5 48.310 ,4 I .
BEL A N J A PEM ERI N T A H PUSA T 716 .37 6,3
6 91.535,7 7 25.243,1
781.53 3,5 836.578 ,2
90 8.243 ,4 9 64.997,3
1.0 69.534,4 -
Be l a n ja K L 78.973 ,1
77.932,5 3 40 .149,1
366.13 4,5 432.779 ,3
461.50 8 ,0 5 0 8.359,6
5 47.925,5 -
Be l a n ja N on K L 333 .48 2,9
321.0 48,5 3 85.0 93,9
415.399 ,1 40 3.79 8,9
446.735 ,4 4 56.637,7
5 21.60 8,9 I I . T RA N SFER KE DA ERA H
320 .69 1,0 30 9.30 8,2
3 22.423,0 344.612,9
392 .98 0 ,3 412.50 7 ,9
470 .40 9,5 4 78.775,9
1. Da n a Per i m b a n ga n
296 .95 2,4 285.0 53,1
30 6.0 23,4 314 .36 3,3
334 .32 4,0 347.538 ,6
3 99.985,6 4 0 8.352,1
2. Da n a Ot on om i Kh u su s da n Pen y .
23 .73 8,6 24.255,1
16.399,6 30 .24 9,6
58.65 6,3 64.969 ,3
70 .423,9 70 .423,9
3. H i ba h k e da e r a h
0 ,0 0 ,0
0 ,0 0 ,0
0 ,0 6.313,0
0 ,0 0 ,0
I I I . SUSPEN D 0 ,0
0 ,0 0 ,0
0 ,0 0 ,0
0 ,0 0 ,0
0 ,0 C. KESEI M BA N GA N PRI M ER
50 .315,8 20 .254,9
17.584,7 28 .0 9 7,4
9.447 ,3 44.252 ,9
1.80 2,4 72.319,9
D. SURPLUS DEFI SI T A N GGA RA N A - B 51.34 2,0
129.844,9 98.0 10 ,0
133.747 ,7 124.656 ,5
150 .836 ,7 124.0 20 ,0
190 .10 5,3 Defisit T er ha da p PDB
0 ,96 2,40
1,62 2,14
1,78 2,0 9
1,53 2,23
E. PEM BI A Y A A N I + I I 51.34 2,0
129.844,9 98.0 0 9,9
133 .74 7,7 124.656 ,5
150 .836 ,7 124.0 20 ,0
190 .10 5,3 I .
PEM BI A Y A A N DA LA M N EGERI 6 0 .79 0 ,3
142.569,2 10 7.891,5
133 .90 3 ,2 125 .26 6,0
153.613 ,3 12 5.9 12,3
194.531,0 1.
Per b a n k a n da l a m n eger i 16 .62 9,2
56.566,2 7.129,2
45.477 ,1 12.657 ,2
48.75 0 ,7 8.947,0
60 .561,6 2.
N on -per ba n k a n da l a m n e ger i 44.161,1
86.0 0 3 ,0 10 0 .762,3
88.426 ,1 112 .60 8 ,7
10 4.862 ,6 116.965,3
133.969,4 I I . PEM BI A Y A A N LUA R N EGERI n et o
9 .44 8,2 12.724,2
9.881,5 155 ,5
60 9,5 2.776 ,6
1.892,3 4.425,7
1. Pen a r i k a n Pi n ja m a n LN br u t o
52.16 1,0 69.299,2
57.60 5,8 70 .777 ,1
58 .93 3,0 56.182 ,9
54.282,4 5 3.7 31,1
2. Pen er u sa n Pi n ja m a n SLA
0 ,0 12.991,7
8.643,8 16.79 6,6
11.724 ,8 11.724 ,8
8.9 14,6 8.431,8
3. Pem by r . Ci ci l a n Pok ok Ut a n g LN
61.60 9,2 69.0 31,7
58.843,5 54 .13 6,0
47.817,7 47.234 ,7
47.260 ,1 49.724,9
I I I . T A LBA H A N PEM BI A Y A A N UT A N G 0 ,0
0 ,0 0 ,0
0 ,0 0 ,0
0 ,0 0 ,0
0 ,0 KELEBI H A N KEKURA N GA N PEM BI A Y A A N
0 ,0 0 ,0
0 ,0 0 ,0
0 ,0 0 ,0
0 ,0 0 ,0
- Pr odu k Dom est i k Br u t o - IH K m i l l i ar Rp
5 .3 2 7 .5 3 7 ,9 5 .4 0 1 .6 4 0 ,3
6 .0 5 0 .0 5 4 ,5 6 .2 5 3 .7 8 9 ,5
7 .0 19 .9 4 0 ,9 7 .2 2 6 .8 9 0 ,9
8 .119 .7 8 0 ,5 8 .5 4 2 .6 3 4 ,4
- Per t u m b u h an ek on om i y -o-y
6 ,0 4 ,3
5 ,0 5 ,8
6 ,4 6 ,5
6 ,7 6 ,5
- In fl asi y -o-y
6 ,2 0 4 ,5 0
5 ,0 0 5 ,3 0
5 ,3 0 5 ,6 5
5 ,3 6 ,8
- Tk t bu n ga SPN 3 bu l an
7 ,5 7 ,5
6 ,5 6 ,5
6 ,5 5 ,6
6 ,0 5 ,0
- Ni l a i t u k ar Rp US 1
9 .4 0 0 10 .5 0 0
10 .0 0 0 9 .2 0 0
9 .2 5 0 8 .7 0 0
8 .8 0 0 ,0 9 .0 0 0 ,0
- H ar ga m i n y a k US bar el
8 0 ,0 6 1 ,0
6 0 ,0 8 0 ,0
8 0 ,0 9 5 ,0
9 0 ,0 10 5 ,0
- Pr odu k si m i n y ak Li ft i n g r i bu bar el per h ar i
9 6 0 ,0 9 6 0 ,0
9 6 5 ,0 9 6 5 ,0
9 7 0 ,0 9 4 5 ,0
9 5 0 ,0 9 3 0 ,0
A PBN dal am m i li ar r u piah
2 0 0 9 20 10
20 11 2 0 12
A PBN A PBN -P
A PBN A PBN -P
A PBN A PBN -P
A PBN A PBN -P