141
DIREKTORAT P-APBN BELANJA PEMERINTAH PUSAT
dalam APBN yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Anggaran DJA c.q. Direktorat Penyusunan APBN.
Stakeholders Pembayaran Bunga Utang:
-
Pembayaran Bunga Utang Dalam Negeri: Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang dan Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan.
-
Pembayaran Bunga Utang Luar Negeri: Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang dan Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, serta Bank Indonesia.
5.6.5 Subsidi Pengertian subsidi
Subsidi adalah alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaanlembaga yang memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor barang dan jasa, yang memenuhi hajat hidup orang
banyak sedemikian rupa sehingga harga jualnya dapat terjangkau oleh masyarakat UU APBN
Jenis subsidi
Jenis –jenis subsidi yang diberikan oleh Pemerintah kepada masyarakat saat ini terdiri dari dua jenis yaitu subsidi energi dan subsidi nonenergi.
Subsidi energi meliputi : a. Subsidi BBM
b. Subsidi Listrik Subsidi nonenergi meliputi :
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
2010 2011
2012 APBN
54,6 76,5
88,5 81,9
65,7 64,1
76,6 85,1
91,4 101,7
115,6 115,2
122,2 APBN-P
53,3 95,5
91,6 72,2
63,2 61,0
82,5 83,6
94,8 109,6
105,7 106,6
117,8 Realisasi
50,1 87,1
87,7 65,4
62,5 65,2
79,1 79,8
88,4 93,8
88,4 93,3
22,9 thd Outstanding
4,1 6,9
7,1 5,3
4,8 5,0
6,1 5,7
5,4 5,9
5,3 5,2
6,0 1
2 3
4 5
6 7
8
20 40
60 80
100 120
140
tr il
iu n
R u
p ia
h
Perkembangan Belanja Bunga Utang 2000-2012
Grafik.1 Grafik.1
Gr afik 5.6 .
Perkembangan Belanja Bunga Utang 2000-2012
142
DIREKTORAT P-APBN BELANJA PEMERINTAH PUSAT
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 2010
2011 2012
Real sd 31 Des
2013 APBN
Bel. Subsidi 77,4
43,6 43,9
91,5 120,8
107,4 150,2
275,3 138,1
192,7 295,4
346,4 317,7
Bel. Negara 341,6
322,2 376,5
427,2 509,6
667,1 757,6
985,7 937,4
1.042 1.295
1.501 1.683
20 40
60 80
100 120
0,0 200,0
400,0 600,0
800,0 1000,0
1200,0 1400,0
1600,0 1800,0
T ri
li u
n R
u p
ia h
Grafik 5.7
Perkembangan Belanja Subsidi Terhadap Belanja Negara, 2001-2013
c. Subsidi Pangan d. Subsidi Pupuk
e. Subsidi Benih f. Subsidi Bunga kredit program
g. Subsidibantuan PSO h. Subsidi Pajak
5.6.5.1 Subsidi BBM
Subsidi BBM, diberikan dengan maksud untuk mengendalikan harga jual BBM di dalam negeri, sebagai salah satu kebutuhan dasar masyarakat, sedemikian rupa, sehingga dapat terjangkau
oleh daya beli masyarakat, terutama masyarakat berpenghasilan rendah. Hal ini dikarenakan harga jual BBM dalam negeri sangat dipengaruhi oleh perkembangan berbagai faktor eksternal,
terutama harga minyak mentah di pasar dunia, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Pada saat ini, BBM bersubsidi hanya diberikan pada beberapa jenis BBM tertentu, yaitu
meliputi minyak tanah kerosene untuk rumah tangga, minyak solar gas oil, dan premium di SPBU kecuali untuk industri, dan Bahan Bakar Nabati BBN serta LPG tabung 3 kg.
Beberapa parameter yang mempengaruhi perubahan subsidi BBM di Indonesia : a. ICP Indonesian Crude Oil Price adalah harga jual minyak mentah di Indonesia.
b. Kurs nilai mata uang asing adalah nilai tukar mata uang asing terhadap nilai mata uang dalam negeri.
c. Alpha adalah biaya yang terdiri dari biaya distribusi dan margin.
143
DIREKTORAT P-APBN BELANJA PEMERINTAH PUSAT
d. Volume BBM bersubsidi yaitu jumlah bahan bakar yang dipasarkan dan menyangkut hajat hidup orang banyak sehingga perlu untuk disubsidi. Volume BBM bersubsidi termasuk volume
Bahan Bakar Nabati BBN dan LPG tabung 3 kg. e. Harga jual BBM bersubsidi.
f. Jenis BBM yang disubsidi.
Perhitungan Subsidi BBM dirumuskan sebagai berikut: [Harga Patokan BBM – Harga jual eceran BBM - Pajak] x volume BBM
Harga patokan BBM adalah harga yang dihitung berdasarkan MOPS Mid Oil Platt’s Singapore ditambah α alpha BBM biaya distribusi dan margin.
Harga jual eceran BBM merupakan harga jual eceran per liter BBM dalam negeri. Pajak yang dimaksud terdiri dari Pajak Pertambahan Nilai PPN dan Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor PBBKB, kecuali minyak tanah tidak dikenakan PBBKB. Perkiraan MOPS sendiri dihitung dengan formula: perkiraan ICP ditambah
delta MOPS dimana MOPS adalah rata-rata selisih realisasi ICP dikurangi dengan realisasi MOPS.
Sejak APBN-P 2011, Pajak DTP untuk subsidi BBM dimasukkan dalam pos Subsidi BBM, dengan
formula :Subsidi BBM x 10 Stakeholder yang terkait dengan subsidi BBM:
a. Direktorat jenderal Migas, Kementerian ESDM b. BPH Migas
c. PT Pertamina d. Kementerian Keuangan: Badan Kebijakan Fiskal dan Direktorat Jenderal Anggaran
Tabel 5.10
Perkembangan Harga Eceran BBM Bersubsidi Tahun 2006-2011 RupiahLiter
Uraian 1 Jan 2006 - 23
Mei 2008 24 Mei - 30 Nov
2008 1 Des - 14 Des
2008 15 Des 2008 -
14 Jan 2009 15 Jan 2009 -
Sekarang
1. Premium 4.500
6.000 5.500
5.000 4.500
2. Solar 4.300
5.500 5.500
4.800 4.500
3. Minyak Tanah 2.000
2.500 2.500
2.500 2.500
Sumber : Kementerian ESDM
144
DIREKTORAT P-APBN BELANJA PEMERINTAH PUSAT
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 2010
2011 LKPP
Unaudited 2012
APBN-P Subsidi BBM
68.4 31.2
30.0 69.0
95.6 64.2
83.8 139.1
45.0 82.4
165.2 137.4
thd Belanja Subsidi 88.3
71.4 68.4
75.4 79.2
59.8 55.8
50.5 32.6
42.7 55.9
56.1 0.0
10.0 20.0
30.0 40.0
50.0 60.0
70.0 80.0
90.0 100.0
0.0 20.0
40.0 60.0
80.0 100.0
120.0 140.0
160.0 180.0
R p
T r
il iu
n
Perkembangan Subsidi BBM 2001-2012
Gr afik 5.8 .
Perkem bangan Subsidi BBM Tahun 2001-2012
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 2010
2011 2012
Real sd 31 Des
2013 APBN
Subsidi BBM 68,4
31,2 30,0
69,0 95,6
64,2 83,8
139,1 45,0
82,4 165,2
211,9 193,8
ICP 23,9
24,6 28,8
37,6 53,4
64,3 72,3
97,0 61,6
79,4 111,5
117,3 100,0
0,00 20,00
40,00 60,00
80,00 100,00
120,00
0,0 50,0
100,0 150,0
200,0 250,0
U S
b a
re l
T ri
li u
n R
u p
ia h
Grafik 5.9
Perkembangan Belanja Subsidi BBM Terhadap ICP, 2001-2013
145
DIREKTORAT P-APBN BELANJA PEMERINTAH PUSAT
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 2010
2011 LKPP
Unaudited 2012
APBN-P Subsidi Listrik
4.6 4.1
3.8 2.3
8.9 30.4
33.1 83.9
49.5 57.6
90.4 65.0
thd Belanja Subsidi 6.0
9.4 8.6
2.5 7.3
28.3 22.0
30.5 35.9
29.9 30.6
26.5 0.0
5.0 10.0
15.0 20.0
25.0 30.0
35.0 40.0
0.0 20.0
40.0 60.0
80.0 100.0
R p
T r
i l
i u
n
Perkembangan Subsidi Listrik 2001-2012
Gr afik 5.10 .
Per kem bangan Subsidi Listrik Tahun 2001-2012
5.6.5.2 Subsidi Listrik
Dalam rangka menyediakan kebutuhan energi listrik yang dapat terjangkau oleh masyarakat luas, Pemerintah memberikan subsidi listrik diperuntukkan bagi pelanggan listrik tertentu yang menjadi
sasaran subsidi, yaitu kelompok pelanggan sosial S1 dan S2, rumah tangga R1, bisnis B1, dan industri I1 dengan daya terpasang sampai dengan 900 VA. Subsidi diberikan dalam bentuk
penetapan tarif dasar listrik TDL yang harga jual tenaga listrik rata-ratanya lebih rendah dari harga pokok produksinya pada golongan tarif tersebut, sehingga akan lebih mencerminkan
keadilan dan pemerataan. Subsidi listrik ini disalurkan melalui PT PLN. Perhitungan subsidi listrik dihitung dari selisih negatif antara harga jual tenaga listrik rata-rata
Rpkwh dari masing-masing golongan tarif dikalikan volume penjualan kwh untuk masing- masing golongan tarif. Biaya pokok produksi BPP listrik adalah biaya penyediaan tenaga listrik
oleh PT PLN untuk melaksanakan kegiaan operasi mulai dari pembangkitan, penyaluran tansmisi sampai dengan pendistribusian kepada pelanggan.
Besarnya peningkatan atau penurunan beban subsidi listrik dipengaruhi oleh: 1. perkembangan nilai tukar kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat,
2. harga minyak mentah Indonesia ICP, 3. kebijakan tarif tenaga listrik TTL,