Pajak di Daerah Asas Pemungutan Asas pemungutan pajak menurut pendapat para ahli

PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH DIREKTORAT P-APBN 99 Tabel 4.8. Realisasi Penerimaan Perpajakan Tahun Anggaran 2000-2013 triliun rupiah 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2013 Real Real Real Real Real Real Real Real Real Real Real Real APBN-P Real APBN

A. Pajak Dalam Negeri 108,9

176,0 199,5 230,9 267,8 331,8 396,0 470,1 622,4 601,3 694,4 819,8 968,3 930,5 1.134,3 1 Pajak Penghasilan 57,1 94,6 101,9 115,0 119,5 175,5 208,8 238,4 327,5 317,6 357,0 431,1 513,7 464,7 584,9 i. PPh Migas 18,7 23,1 17,5 19,0 22,9 35,1 43,2 44,0 77,0 50,0 58,9 73,1 67,9 83,5 71,4 ii. PPh Non-Migas 38,4 71,5 84,4 96,1 96,6 140,4 165,6 194,4 250,5 267,6 298,2 358,0 445,7 381,3 513,5 2 PPNPPnBM 35,2 56,0 65,2 77,1 102,6 101,3 123,0 154,5 209,6 193,1 230,6 277,8 336,1 337,6 423,7 3 PBB 4,5 5,2 6,2 8,8 11,8 16,2 20,9 23,7 25,4 24,3 28,6 29,9 29,7 29,0 27,3 4 BPHTB - 1,4 1,6 2,1 2,9 3,4 3,2 6,0 5,6 6,5 8,0 0,0 - - - 5 Pendapatan Cukai 11,3 17,4 23,2 26,3 29,2 33,3 37,8 44,7 51,3 56,7 66,2 77,0 83,3 95,0 92,0 6 Pajak Lainnya 0,8 1,4 1,5 1,7 1,9 2,1 2,3 2,7 3,0 3,1 4,0 3,9 5,6 4,2 6,3 1 Bea Masuk 6,7 9,0 10,3 10,9 12,4 14,9 12,1 16,7 22,8 18,1 20,0 25,3 24,7 28,3 27,0 2 Bea Keluar 0,3 0,5 0,2 0,2 0,3 0,3 1,1 4,2 13,6 0,6 8,9 28,9 23,2 21,2 31,7 115,9 185,5 210,1 242,0 280,6 347,0 409,2 491,0 658,7 619,9 723,3 873,9 1.016,2 980,1 1.193,0 - Penerimaan DJP 97,6 158,6 176,3 204,7 238,6 298,5 358,2 425,4 571,1 544,5 628,2 873,9 817,1 752,1 970,9 - Penerimaan DJBC 18,3 26,9 33,8 37,4 41,9 48,5 51,0 65,6 87,6 75,4 95,1 742,7 131,2 144,5 150,7 URAIAN Penerimaan Perpajakan 2012 APBN-P 2011 PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH DIREKTORAT P-APBN 100 Boks I I I .1 Pener im aan Pajak yang D ibagi hasilkan 1. Menurut UU Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah pasal 13 ayat 1, penerimaan PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 25 29 Pribadi harus dibagihasilkan sebesar 20 untuk pemerintah daerah. 2. Menurut UU Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Cukai pasal 66A ayat 1, Penerimaan negara dari cukai hasil tembakau yang dibuat di I ndonesia dibagikan kepada provinsi penghasil cukai hasil tembakau sebesar 2 yang digunakan untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di bidang cukai, dan atau pemberantasan barang kena cukai illegal 3. Berdasarkan UU No.33 2004, PBB merupakan jenis pajak pusat yang dibagihasilkan ke daerah dengan rincian: a. 16,2 untuk daerah provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah provinsi; b. 64,8 untuk daerah kabupaten kota yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah kabupaten kota; c. 9 untuk biaya pemungutan; d. 6,5 dibagikan secara merata kepada seluruh daerah kabupaten dan kota; dan e. 3,5 dibagikan sebagai insentif kepada daerah kabupaten dan kota yang realisasi tahun sebelumnya mencapai melampaui rencana penerimaan sektor tertentu. 4. Berdasarkan UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagai pengganti dari UU Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 34 Tahun 2000, PBB Sektor Perdesaan dan PBB Sektor Perkotaan dialihkan pajak pusat menjadi pajak daerah selambat-lambatnya tanggal 1 Januari 2014. Akan tetapi pemerintah daerah yang telah siap dengan infrastrukturnya dapat melaksanakan kebijakan ini per 1 Januari 2011. 5. BPHTB per 1 januari 2011 telah dialihkan administrasinya dari pajak Pemerintah pusat menjadi pajak daerah sesuai amanat UU Nomor 28 tahun 2009 tentang PDRD. Oleh karena itu, sejak tahun 2011 penerimaan BPH TB sudah tidak dicatat lagi dalam APBN. DBH Paj ak = Penerimaan PPh Pasal 21 + Pener imaan PPh Pasal 25 29 O P x 20 DBH Cukai = Penerimaan Cukai Tembakau x 2 Boks 4.1 Pener i m aan Pajak Yang Di bagi H asi lkan PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH DIREKTORAT P-APBN 101

4.4.7 Penerimaan Negara Bukan Pajak

Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP merupakan salah satu sumber pendapatan negara, di luar penerimaan perpajakan. PNBP telah mengalami beberapa kali perubahan klasifikasi sejalan dengan jumlah dan kontribusinya dalam pendapatan negara. Sebelum tahun anggaran 2000, PNBP dicatat terpisah dari penerimaan migas dan menjadi bagian dari penerimaan nonmigas. Sejak tahun anggaran 2000, PNBP menampung juga penerimaan migas karena dominasi penerimaan migas yang semakin menurun dalam penerimaan negara, dan peranannya diambil alih oleh penerimaan perpajakan. Sejak tahun 2007, sejalan dengan perubahan status beberapa rumah sakit Perjan dan satuan kerja Satker, terdapat pos baru dalam PNBP yaitu pendapatan Badan Layanan Umum. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP adalah seluruh penerimaan Pemerintah pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan. Dasar hukum PNBP adalah: 1. Undang-Undang No. 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak; 2. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran PNBP; 3. Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2004 tentang Tata Cara Penyampaian Rencana dan Laporan Realisasi PNBP; 4. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran, dan Penyetoran PNBP yang Terutang; 5. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2010 tentang Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan atas Penetapan PNBP yang Terutang; 6. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. 7. Peraturan Pemerintah tentang jenis dan tarif atas jenis PNBP yang berlaku pada masing- masing kementerianlembaga. Berdasarkan jenisnya PNBP terdiri atas penerimaan dari sumber daya alam, bagian Pemerintah atas laba Badan Usaha Milik Negara BUMN, PNBP Lainnya, dan pendapatan Badan Layanan Umum BLU. Sedangkan dalam UU No. 20 Tahun 1997 PNBP dikelompokkan menjadi 7 kelompok yaitu: 1. Penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana pemerintah; 2. Penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam; 3. Penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan; 4. Penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan Pemerintah; PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH DIREKTORAT P-APBN 102 5. Penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan denda administrasi; 6. Penerimaan berupa hibah yang merupakan hak Pemerintah; 7. Penerimaan lainnya yang diatur dalam undang-undang tersendiri. PNBP SDA Migas Penerimaan SDA migas merupakan bagian Pemerintah atas kegiatan usaha hulu yang dilaksanakan berdasarkan Kontrak Production Sharing KPS, setelah dikurangi faktor pengurang berupa pajak-pajak dan pungutan lainnya. Penerimaan SDA migas sangat dipengaruhi oleh perkembangan indikator ekonomi makro terutama harga minyak mentah ICP, lifting, dan nilai tukar. Sebelum tahun anggaran 2000, penerimaan SDA migas dicatat tersendiri dalam penerimaan migas, terpisah dari PNBP. Pos penerimaan migas tersebut termasuk PPh migas. Sejak tahun anggaran 2000, penerimaan SDA migas dicatat dalam PNBP, sedangkan PPh migas dicatat tersendiri dalam penerimaan perpajakan. Sejak tahun anggaran 2007 penerimaan DMO dikeluarkan dari penerimaan SDA migas, dan dicatat dalam kelompok PNBP lainnya. Sesuai Undang-undang No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah, penerimaan SDA migas dibagihasilkan ke daerah penghasil dengan proporsi tertentu. PNBP SDA Non-Migas Penerimaan SDA nonmigas merupakan penerimaan yang berasal dari hasil pemanfaatan sumber daya alam di luar minyak dan gas bumi. Sumber Penerimaan SDA nonmigas meliputi: 1. Pendapatan pertambangan umum, 2. Pendapatan kehutanan, 3. Pendapatan perikanan, dan 4. Pendapatan pertambangan panas bumi. Pertambangan Umum Pendapatan pertambangan umum adalah penerimaan yang berasal dari pemanfaatan sumber daya alam berupa bahan galian, seperti batubara, emas, perak, intan, timah, tembaga, nikel, aluminium, bijih besi, pasir besi, bauksit, dan lain-lain. Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004, pendapatan pertambangan umum dibagi ke daerah sesuai dengan proporsi tertentu. Pendapatan pertambangan umum terbagi dalam beberapa jenis yaitu pendapatan iuran tetap yang merupakan iuran yang dibayarkan oleh pemegang Kuasa Pertambangan KP, Kontrak Karya KK, dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara PKP2B kepada negara sebagai imbalan atas kesempatan penyelidikan umum, eksplorasi atau eksploitasi pada suatu PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH DIREKTORAT P-APBN 103 wilayah kuasa pertambangan. Selain itu, terdapat pendapatan royalti iuran yang dibayarkan oleh pemegang KP, KK, dan PKP2B atas hasil yang diperoleh dari usaha pertambangan. Pendapatan Kehutanan Pendapatan kehutanan berasal dari pemanfatan hasil hutan berupa kayu maupun non kayu dan penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan. Pendapatan kehutanan meliputi: 1. Pendapatan dana reboisasi DR, 2. Pendapatan provisi sumber daya hutan PSDH, 3. Pendapatan iuran hak pengusahaan hutan IHPH, serta 4. Pendapatan penggunaan kawasan hutan. Menurut UU No. 33 Tahun 2004, pendapatan kehutanan dibagi ke daerah sesuai dengan proporsi tertentu. Pendapatan Perikanan Pendapatan Perikanan adalah penerimaan yang berasal dari pungutan perikanan atas hak pengusahaan danatau pemanfaatan sumber daya ikan yang harus dibayarkan kepada pemerintah oleh perusahaan perikanan Indonesia yang melakukan usaha perikanan atau oleh perusahaan perikanan asing yang melakukan usaha penangkapan ikan. Jenis Pendapatan perikanan terdiri dari: Pungutan Pengusahaan Perikanan PPP, Pungutan Hasil Perikanan PHP, dan Pungutan Perikanan Asing PPA. Pendapatan Panas Bumi Menurut Undang-Undang No. 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi, Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan. Pendapatan pertambangan panas bumi merupakan penerimaan negara dari kegiatan usaha di bidang pertambangan panas bumi yang berasal dari setoran bagian Pemerintah setelah dikurangi dengan kewajiban pembayaran pajak-pajak PPh Badan, PPN, PBB. Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba BUMN Pendapatan Bagian Pemerintah Atas Laba BUMN bersumber dari bagian pemerintah atas laba bersih setelah pajak yang dihasilkan oleh BUMN dan perseroan terbatas lainnya. Laba yang disetor ke APBN tahun berjalan sering disebut sebagai deviden BUMN adalah laba BUMN tahun lalu setelah hasil RUPS. Badan Usaha Milik Negara BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara lebih dari 51. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH DIREKTORAT P-APBN 104 PNBP Lainnya PNBP Lainnya merupakan penerimaan kementerian negaralembaga atas kegiatan layanan yang diberikan kepada masyarakat sesuai dengan tugas dan fungsinya serta penerimaan lainnya di luar penerimaan sumber daya alam, bagian laba BUMN, maupun pendapatan BLU. Klasifikasi PNBP Lainnya 1. Pendapatan penjualan dan sewa  Pendapatan penjualan adalah pendapatan yang berasal dari aktifitas penjualan aset milik negara bangunan dan kendaraan, hasil alam pertanian, pertambangan, dan perikanan, penjualan lainnya yang merupakan hak dan milik negara dokumen lelang, hasil sitaan, informasi, penerbitan, film, survei, dan lain-lain , serta penjualan dari kegiatan hulu migas Domestic Market Obligation.  Pendapatan sewa adalah semua pendapatan yang berasal dari aktifitas penyewaan yang dilakukan oleh KL dan Non KL seperti sewa rumah dinas, gedung, gudang, tanah, serta benda-benda bergerak dan tak bergerak lainnya. 2. Pendapatan jasa adalah semua pendapatan yang berasal dari aktifitas pelayanan publik yang dilakukan oleh KL dan non KL seperti jasa kesehatan, jasa kantor urusan agama, pelayanan pertanahan , jasa giro, jasa perbankan, jasa pengurusan dokumen, dan jasa kepolisian. 3. Pendapatan Bunga adalah semua pendapatan negara yang berasal dari bunga atas piutang Pemerintah dan penerusan pinjaman. 4. Pendapatan Kejaksaan dan Peradilan adalah semua pendapatan Pemerintah yang berasal dari kasus-kasus pengadilan yang ditangani Pemerintah, seperti legalisasi penandatanganan, dendatilang, pengesahan surat di bawah tangan, ongkos perkara, penjualan hasil lelang tindak pidana korupsi, dan lain-lain. 5. Pendapatan Pendidikan adalah semua pendapatan negara yang berasal dari jasa penyelengaraan pendidikan, yaitu pendapatan uang pendidikan, uang ujian masuk, kenaikan tingkat, dan akhir pendidikan, serta pendapatan uang ujian untuk menjalankan praktik. 6. Pendapatan gratifikasi dan uang sitaan hasil korupsi adalah semua pendapatan negara yang berasal dari hasil korupsi yang telah ditetapkan untuk menjadi milik negara, baik ditetapkan oleh pengadilan maupun Komisi Pemberantasan Korupsi KPK. 7. Pendapatan iuran dan denda adalah pendapatan negara yang berasal dari iuran badan usaha yang bergerak di bidang penyediaan dan pendistribusian BBM, serta pengangkutan gas bumi melalui pipa. 8. Pendapatan lain-lain adalah komponen-komponen PNBP yang tidak terklasifikasikan dalam komponen-komponen sebelumnya. Hal ini disebabkan karena komponen PNBP ini tidak selalu PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH DIREKTORAT P-APBN 105 ada penerimaannya atau pola penerimaannya yang bersifat volatile kadang tidak ada, kadang ada dalam jumlah besar. Termasuk dalam PNBP lain-lain adalah penerimaan kembali belanja tahun anggaran yang lalu, pendapatan pelunasan piutang nonbendahara, dan lain-lain Penerimaan BLU Penerimaan BLU adalah penerimaan yang berasal dari kegiatan pelayanan masyarakat yang dilakukan oleh badan layanan umum BLU. Badan Layanan Umum BLU adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang danatau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya, didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Salah satu tujuan didirikannya BLU adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini di dasarkan atas UU nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yang disusun dengan tujuan utama dalam rangka pembenahan dan penyempurnaan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara yang dicerminkan dalam bentuk anggaran pendapatan dan belanja negara APBN dan anggaran pendapatan dan belanja daerah APBD agar sesuai dengan kaidah-kaidah hukum administrasi keuangan negara serta best practice di dunia internasional. PNBP yang Dibagihasilkan kepada Daerah Dana bagi hasil yang bersumber dari sumber daya alam SDA terdiri atas penerimaan SDA minyak bumi dan gas bumi, penerimaan SDA kehutanan, penerimaan SDA pertambangan umum, penerimaan SDA perikanan, dan penerimaan SDA panas bumi. Masing-masing penerimaan SDA tersebut dibagihasilkan kepada daerah berdasarkan proporsi tertentu. Gambar 4.2 Dana Hasil Bagi PNBP PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DANA BAGI HASIL PNBP 1. Penerimaan SDA Penerimaan SDA a. SDA Migas a. SDA Migas b. SDA Non-migas b. SDA Non-migas i Pertambangan Umum i Pertambangan Umum ii Kehutanan ii Kehutanan - Dana reboisasi - Dana reboisasi - PSDH - PSDH - IHPH - IHPH - Penggunaan Kawasan Hutan - Penggunaan Kawasan Hutan iii Perikanan iii Perikanan iv Panas Bumi iv Panas Bumi 2. Bagian Pemerintah atas Laba BUMN 3. PNBP Lainnya 4. Pendapatan BLU Bagi hasil m igas berdasarkan proporsi t ert ent u 80 80 80 40