TAHAPAN SIKLUS SIKLUS APBN

DIREKTORAT P-APBN 32 SIKLUS APBN mengakomodasi arahan Presiden dan hal-hal yang belum tertampung dalam dua kali pengusulan sebelumnya. Setiap KL dapat mengusulkan proposal inisiatif baru lebih dari satu proposal dimana setiap proposal hanya boleh diajukan satu kali dalam 3 kesempatan tersebut. Secara substansi, setiap KL bisa mengusulkan Inisiatif Baru yang terkait dengan Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional. Penetapan usulan yang akan disetujui sebagai Inisiatif Baru dilakukan melalui sistem kompetisi dengan mempertimbangkan ketersediaan anggaran. Berkaitan dengan perencanaan jangka menengah, adanya mekanisme Inisiatif Baru mengakibatkan penyesuaian perencanaan untuk tahun direncanakan penyesuaian target kinerja dan anggarannya. Sedangkan dalam dalam hal APBN-P, mekanisme inisiatif baru mengakibatkan penyesuaian target perencanaan dan anggaran untuk tahun berjalan. Namun demikian, ada beberapa perubahan programkegiatanoutput yang bukan kategori inisiatif baru, yaitu: 1. Penyesuaian anggaran terhadap parameter ekonomi meliputi Inflasi atau kurs; 2. Penyesuaian anggaran terhadap parameter non-ekonomi meliputi perubahan SBU SBK selama tidak merubah total pagu KL dan tetap menjaga output dan outcome yang sudah ditetapkan; 3. Perubahan target tanpa mengubah anggaran yang telah ditetapkan diluar prioritas nasional, prioritas bidang dan prioritas KL meliputi perubahan target program dan kegiatan non-prioritas; 4. Penambahan target yang disebabkan tidak tercapainya target tahun sebelumnya, sehingga target tahun ini ditambahkan, tapi total pagu anggaran unit kerja tidak berubah meliputi luncuran carried over target yang tidak tercapai pada tahun sebelumnya; atau 5. Jenis-jenis perubahan kebijakananggaran lainnya. Dari sisi pendanaan, sumber pendanaan Inisiatif Baru dapat berasal dari: 1. Tambahan Anggaran On Top merupakan tambahan alokasi yang dapat berupa Rupiah murni, Pinjaman atau Hibah. Penambahan anggaran ini akan menyebabkan bertambahnya anggaran baseline. 2. Realokasi Anggaran a. Realokasi Tahun Direncanakan Realokasi dengan mengambil anggaran dari programkegiatan lain pada tahun yang direncanakan, tanpa merubah total anggaran tahun direncanakan. Syaratnya target programkegiatan yang direalokasi tidak boleh berubah. b. Realokasi Antar Tahun Realokasi dengan mengambil anggaran program yang sama di tahun selanjutnya. Syaratnya target jangka menengah tidak berubah. Pendanaan ini digunakan untuk mendanai usulan Inisiatif Baru jenis Percepatan Pencapaian Target. 3. Kombinasi On Top dan Realokasi Anggaran. 3. Pelaksanaan APBN Jika tahapan kegiatan ke-1 dan ke-2 dilaksanakan pada APBN t-1, kegiatan pelaksanaan APBN dilaksanakan mulai 1 Januari - 31 Desember pada tahun berjalan APBN t. Dengan kata lain, pelaksanaan tahun anggaran 2013 akan dilaksanakan mulai 1 Januari 2013 - 31 Desember 2013. Kegiatan pelaksanaan APBN dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini kementerianlembaga KL. KL mengusulkan konsep Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran DIPA berdasarkan DIREKTORAT P-APBN 33 SIKLUS APBN Keppres mengenai rincian APBN dan menyampaikannya ke Kementerian Keuangan untuk disahkan. DIPA adalah alat untuk melaksanakan APBN. Berdasarkan DIPA inilah para pengelola anggaran KL Pengguna Anggaran, Kuasa Pengguna Anggaran, dan Pembantu Pengguna Anggaran melaksanakan berbagai macam kegiatan sesuai tugas dan fungsi instansinya. 4. Pelaporan dan Pencatatan APBN Tahap pelaporan dan pencatatan APBN dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan APBN, 1 Januari-31 Desember. Laporan keuangan pemerintah dihasilkan melalui proses akuntansi, dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan pemerintah yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran LRA, Neraca, dan Laporan Arus Kas, serta catatan atas laporan keuangan. 5. Pemeriksaan dan Pertanggungjawaban APBN Tahap terakhir siklus APBN adalah tahap pemeriksanaan dan pertanggungjawaban yang dilaksanakan setelah tahap pelaksanaan berakhir APBN t+1, sekitar bulan Januari - Juli. Contoh, jika APBN dilaksanakan tahun 2013, tahap pemeriksaan dan pertanggungjawabannya dilakukan pada tahun 2014. Pemeriksaan ini dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan BPK. Untuk pertanggungjawaban pengelolaan dan pelaksanaan APBN secara keseluruhan selama satu tahun anggaran, Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa BPK, selambat-lambatnya 6 enam bulan setelah tahun anggaran berakhir. Penjelasan selanjutnya pada bab ini difokuskan pada tahapan 1 dan 2 siklus APBN, karena keduanya merupakan bagian hulu dalam permasalahan pengelolaan anggaran negara. Rincian kegiatan pada kedua tahapan dijelaskan dalam Undang-Undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang nomor 27 tahun 2009 tentang MD3 MPR, DPR, DPD, dan DPRD, Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah, dan Peraturan Pemerintah nomor 90 tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian NegaraLembaga.

2.2 PERENCANAAN

Undang-Undang nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional membagi dokumen perencanaan pembangunan nasional berikut. DIREKTORAT P-APBN 34 SIKLUS APBN Pertama, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional RPJP, yaitu dokumen perencanaan yang menjabarkan lebih lanjut dari tujuan pemerintahan negara Indonesia pembukaan UUD 1945. RPJP berisi visi, misi, dan arah pembangunan nasional. Dokumen perencanaan ini mempunyai rentang waktu 20 dua puluh tahun. Saat ini, RPJP yang berlaku adalah RPJP 2005- 2025. Kedua, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJM, yaitu dokumen perencanaan yang menjabarkan visi, misi, dan program presiden untuk periode 5 lima tahun yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional. Wujud RPJM berupa peraturan presiden sebagai bentuk legalnya. RPJM berisi strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, kerangka ekonomi makro, dan program kementerian, lintas kementerian, kewilayahan, dan lintas kewilayahan yang memuat kegiatan dalam kerangka regulasi dan kerangka anggaran. Dokumen ini juga memuat prioritas pembangunan dan gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Ketiga, Rencana Kerja Pemerintah RKP, yaitu dokumen perencanaan yang menjabarkan RPJM. RKP berisi prioritas pembangunan nasional, rencana kerangka ekonomi makro, arah kebijakan fiskal, program kementerian, lintas kementerian, kewilayahan, dan lintas kewilayahan yang memuat kegiatan dalam kerangka regulasi dan kerangka anggaran. Dokumen perencanaan ini ditetapkan setiap tahun dalam bentuk peraturan presiden, paling lambat pada pertengahan Mei APBN t-1. Di samping ketiga dokumen perencanaan nasional tersebut, ada juga dokumen perencanaan KL yang mempunyai keterkaitan dengan ketiga dokumen perencanaan pembangunan nasional di atas. Dokumen dimaksud adalah Rencana Strategis Kementerianlembaga Renstra KL dan Rencana Kerja KementerianLembaga Renja KL. Penyusunan dokumen Renstra KL berpedoman pada RPJM dan ditetapkan untuk jangka waktu 5 lima tahun. Dokumen ini berisi tiga hal, yaitu: visi-misi KL; tujuan, strategi, dan kebijakan; serta program dan kegiatan yang bersifat indikatif. Renstra KL ini nantinya menjadi pedoman dalam penyusunan Renja KL. Sedangkan penyusunan Renja KL berpedoman pada Renstra dan mengacu pada RKP. Renja KL berisi kebijakan KL dan program-kegiatan pembangunan yang dilaksanakan pemerintah danatau yang mendorong partisipasi masyarakat. Dokumen perencanaan, terutama RKP dan Renja KL, menjadi pedoman dalam penyusunan anggaran. Secara nasional RKP menjadi pedoman APBN pada tahun yang direncanakan. Sedangkan Renja KL menjadi pedoman penyusunan RKA-KL. Keterkaitan perencanaan dan penganggaran dapat dilihat pada Gambar 2.3. DIREKTORAT P-APBN 35 SIKLUS APBN Gambar 2.3 Keterkaitan Perencanaan dan Penganggaran Sebagaimana dijelaskan di atas, proses perencanaan tahunan menghasilkan dokumen RKP. Untuk menghasilkan dokumen RKP, ada 2 dua kegiatan dilihat dari sisi keterlibatan berbagai pihak. Pertama, kegiatan yang dilaksanakan internal pemerintah untuk menghasilkan RKP usulan pemerintah. Kedua, kegiatan yang melibatkan pihak legislatif untuk menghasilkan RKP hasil kesepakatan pemerintah dan DPR. Proses perencanaan untuk menghasilkan RKP usulan dimulai sekitar Januari, pada saat presiden memberi arahan dalam berbagai kesempatan rapat kerja pemerintah, sidang kabinet paripurna, atau sidang rapat koordinasi terbatas. Berdasarkan arahan presiden tersebut, mesin perencanaan di lingkungan pemerintah mulai bergerak, yaitu: 1. Bappenas akan mengevaluasi target-target kerja RPJM berdasarkan: a. RKP perbaikan sebagai hasil pembahasan dengan DPR APBN t-1 sebagai benchmark. b. hasil evaluasi kebijakan programkegiatan tahun berjalan dari KL APBN t-1 sesuai arahan presiden dan prioritas pembangunan nasional. c. kapasitas fiskal dari Kementerian Keuangan untuk APBN t+1. 2. Bappenas menyampaikan surat edaran Menteri Perencanaan Pembangunan NasionalKepala Bappenas tentang Penyusunan Inisiatif Baru. Lebih lanjut mengenai bahasan inisiatif baru dapat dilihat pada Box 2.2. 3. KL menyampaikan inisiatif baru kepada Bappenas dan Kemenkeu c.q DJA dengan memperhatikan: Perencanaan dan Penganggaran 20 Tahunan 5 Tahunan Tahunan Renstra KL Renja-KL Pedoma n RKA-KL RINCIAN APBN RPJP Nasional RPJM Nasional Pedoman RKP Pedoma n Pedoma n Dijaba rkan Pedoman RAPABN APBN RPJP Nasional RPJM Daerah RKP Daerah RAPBD APBD Renstra SKPD Renja SKPD SKA- SKPD Rincian APBD UU SPPN UU SPPN P E M E R IN T A H P U S A T P E M E R IN T A H D A E R A H Pedoman Dijaba rkan Pedoman Pedoman Diacu Pedoman Pedoman Dia cu Diperhatika n Diserasikan melalui M usrenbang DIREKTORAT P-APBN 36 SIKLUS APBN a. Arahan Presiden; b. Hasil evaluasi kebijakan berjalan yang diselaraskan dengan arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional; dan c. Peningkatan efektifitas dan efisiensi pendanaan program dan kegiatan, termasuk mempertimbangkan efisiensi APBN t yang dapat diterapkan untuk APBN t+1. 4. Bappenas melakukan penyelarasan fine tuning kapasitas fiskal, baseline, dan inisiatif baru tahap 1. 5. Sidang Kabinet tentang Rancangan Awal RKP dan Pagu Indikatif APBN t+1. 6. Menteri Perencanaan Pembangunan NasionalKepala Bappenas dan Menteri Keuangan menyampaikan Rancangan Awal RKP dan Pagu Indikatif APBN t+1 kepada KL pada minggu ketiga Maret. 7. Pelaksanaan pertemuan tiga pihak Trilateral Meeting, Musyawarah Perencanaan Pembangunan Propinsi, dan penyampaian Renja KL. 8. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional Musrenbangnas. 9. Sidang Kabinet dalam rangka penetapan Rancangan Akhir RKP untuk APBN t+1. 10. Penetapan Peraturan Presiden tentang RKP sekitar bulan Mei. Tahapan kegiatan dalam proses perencanaan di atas juga melibatkan atau bersinggungan dengan tugas-fungsi Kementerian Keuangan c.q. Ditjen Anggaran, yaitu pada langkah 3 tiga, 4 empat, dan 7 tujuh. Pada langkah 3 penyampaian inisiatif baru dari KL, Ditjen Anggaran melakukan penilaian usulan inisiatif baru bersama dengan Bappenas. Selanjutnya pada langkah 4 penyelarasan kapasitas fiskal, angka dasar, dan inisitaif baru tahap 1, Ditjen Anggaran menyampaikan kapasitas fiskal kepada Bappenas sebagai dasar penghitungan kebutuhan anggaran pembangunan. Sedangkan pada langkah 7 pelaksanaan pertemuan tiga pihak, Ditjen Anggaran bersama dengan Bappenas dan KL mengadakan pertemuan untuk menyepakati beberapa hal dalam kaitannya dengan pendanaan program dan kegiatan KL: angka dasar, program prioritas nasional, dan program prioritas KL. Proses selanjutnya adalah perencanaan untuk menghasilkan RKP hasil kesepakatan dengan DPR. Proses pembahasan RKP ini termasuk Pembicaraan Pendahuluan tentang Rancangan APBN. Penjelasan proses perencanaan pada tahap ini berdasarkan Undang-Undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang nomor 27 tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, serta Peraturan DPR RI nomor 1DPR RI2009-2010 tentang Tata Tertib DPR RI. Rincian proses perencanaan ini adalah sebagai berikut: