Pinjaman Program PEMBIAYAAN ANGGARAN
251
DIREKTORAT P-APBN PEMBIAYAAN ANGGARAN
tersebut disampaikan kepada Kementerian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Anggaran sebagai bahan untuk menyusun resource envelope pagu indikatif untuk tahun yang direncanakan.
Berdasarkan resource envelope tersebut, Kementerian Keuangan dan Bappenas menetapkan pagu indikatif, yang didalamnya termasuk besaran pinjaman luar negeri sebagai salah satu
sumber dana untuk belanja kementerian negaralembaga. Selanjutnya belanja kementerian negaralembaga tersebut dibahas dalam forum trilateral meeting antara Bappenas, Kementerian
Keuangan, dan Kementerian teknis terkait. Secara paralel, pada bulan Mei Pemerintah menyusun dan menyampaikan kerangka ekonomi
makro KEM, pokok-pokok kebijakan fiskal PPKF dan rencana kerja Pemerintah RKP kepada DPR dan dibahas dalam pembicaraan pendahuluan. RKP dibahas di DPR oleh Komisi terkait dan
Badan Anggaran. Berdasarkan KEM, PPKF, dan RKP hasil pembicaraan pendahuluan serta Pagu Indikatif tersebut, Pemerintah menyusun RKA-KL. Selanjutnya RKA-KL disampaikan kepada
Kementerian Keuangan dan diproses menjadi pagu anggaran sebagai bahan untuk menyusun nota keuangan RAPBN dan himpunan RKA-KL.
Pada bulan Agustus Pemerintah menyampaikan RUU APBN beserta nota keuangan dan himpunan RKA-KL kepada DPR dan dibahas bersama untuk mendapatkan persetujuan DPR.
Secara paralel RKA-KL dibahas bersama Komisi terkait dan hasilnya diharmonisasi dalam pembahasan di Badan Anggaran. Berdasarkan postur APBN yang telah disetujui DPR tersebut,
Pemerintah menetapkan alokasi anggaran. Sedangkan untuk Penerusan Pinjaman Subsidiary Loan AgreementSLA, berdasarkan pasal 7
ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah, pinjaman luar negeri berupa pinjaman proyek dapat
diteruspinjamkan kepada pemda danatau BUMN. Proses perencanaan Penerusan Pinjaman dapat dibedakan dalam dua tahap, yaitu tahap penetapan penerusan pinjaman dan tahap
penetapan alokasi penerusan pinjaman. Penetapan penerusan pinjaman dimulai dari PemdaBUMN mengajukan pembiayaan penerusan pinjaman untuk rencana kegiatan yang telah
tercantum dalam DRPPLN kepada Menteri Keuangan. Pengajuan penerusan pinjaman oleh pemda dilakukan setelah mendapat pertimbangan Menteri Dalam Negeri. Sedangkan pengajuan
penerusan pinjaman oleh BUMN dilakukan setelah mendapat pertimbangan Menteri Negara BUMN. Kemudian Menteri Keuangan melakukan penilaian kelayakan pembiayaan sebelum
akhirnya menetapkan penerusan pinjaman. Kemudian penetapan penerusan pinjaman dituangkan dalam Perjanjian Penerusan Pinjaman Luar Negeri. Untuk penetapan alokasinya, PemdaBUMN
mengajukan rencana penarikan kepada Menteri Keuangan dan dibahas bersama, kemudian menteri keuangan menetapkan alokasi penerusan pinjaman tahun yang direncanakan. Rencana
252
DIREKTORAT P-APBN PEMBIAYAAN ANGGARAN
alokasi tersebut kemudian diajukan kepada DPR-RI sebagai bagian dari pengajuan RAPBN. RAPBN tersebut selanjutnya dibahas bersama untuk mendapatkan persetujuan DPR-RI.
Tabel. 7.5. Posisi Pinjaman Berdasarkan NegaraLembaga Kreditor, 2007-2012
triliun rupiah