Perkembangan Struktur Belanja Pemerintah Pusat Era Indische Comptabiliteits Wet ICW

117 DIREKTORAT P-APBN BELANJA PEMERINTAH PUSAT a. Penganggaran Terpadu Unified Budgeting, yaitu penyusunan anggaran yang dilakukan secara terintegrasi antar programkegiatan dan jenis belanja pada kementerianlembaga beserta seluruh satuan kerja yang bertanggungjawab terhadap aset dan kewajiban yang dimilikinya. Hal mendasar yang dilakukan adalah penyatuan anggaran rutin dan pembangunan yang bertujuan, antara lain: 1 agar tidak terjadi duplikasi anggaran yang disebabkan kurang tegasnya pemisahan antara kegiatan operasional dengan proyek, khususnya proyek-proyek nonfisik; 2 memudahkan penyusunan anggaran berbasis kinerja yang akan diterapkan dalam beberapa tahun ke depan, guna memperjelas keterkaitan antara outputoutcome yang dicapai dengan penganggaran organisasi; 3 memberikan gambaran yang objektif dan proporsional mengenai kegiatan keuangan pemerintah; serta 4 meningkatkan kredibilitas statistik keuangan pemerintah, dengan mengacu pada format keuangan pemerintah sesuai standar internasional. b. Penganggaran Berbasis Kinerja Performance Based Budgeting, yaitu penyusunan anggaran yang dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran output dan hasil outcome yang diharapkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut; c. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah Medium Term Expenditure Framework, yaitu perencanaan penganggaran yang memperhitungkan kebutuhan anggaran dengan perspektif lebih dari satu tahun Dengan demikian, sistem penganggaran yang dilaksanakan diharapkan dapat menjamin: 1 Tersedianya pendanaan bagi program-program pemerintah secara berkesinambungan sustainable yang dialokasikan berdasarkan jenis belanja secara efektif dan efisien, baik yang bersifat komitmen maupun bersifat kebijakan yang sesuai dengan skala prioritas Rencana strategiRKP dengan targetsasaran yang jelas dan terukur;dan 2 Akuntabilitas dalam mencapai target dan sasaran program serta dalam menggunakan sumber daya, yang tercermin dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat LKPP dan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP yang akuntabel. Sementara itu, dalam bidang pelaksanaan anggaran, perubahan dilakukan melalui pembagian kewenangan yang lebih jelas dalam pengelolaan keuangan antara menteri teknis dan Menteri Keuangan. Pembagian kewenangan yang baru ini memberikan jaminan 1 terlaksananya mekanisme saling uji check and balance dalam pelaksanaan pengeluaran negara; dan 2 kejelasan akuntabilitas Menteri Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara dan menteri teknis sebagai Pengguna Anggaran. Pembagian kewenangan ini memberikan pula fleksibilitas kepada menteri teknis, sebagai Pengguna Anggaran, untuk mengatur penggunaan dana anggaran 118 DIREKTORAT P-APBN BELANJA PEMERINTAH PUSAT kementeriannya secara efisien dan efektif dalam rangka optimalisasi kinerja kementeriannya untuk menghasilkan output yang telah ditetapkan. Selanjutnya, di bidang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN, Pemerintah akan menyajikan laporan yang lebih lengkap dan akurat dalam waktu yang relatif singkat. Laporan keuangan tersebut meliputi laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Laporan Arus Kas, yang disusun dan disajikan berdasarkan akuntansi pemerintah. Sehubungan dengan itu, Pemerintah telah menyiapkan standar akuntansi pemerintahan dengan mengacu kepada international public sector accounting standard IPSAS. Selain itu, untuk menjamin pengelolaan keuangan negara secara transparan dan bertanggung jawab, berdasarkan UU Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Badan Pemeriksa Keuangan berwenang untuk melakukan pemeriksaan atas pelaksanaan pengelolaan keuangan negara dan pertanggungjawaban keuangan negara. Prinsip pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri tersebut sejalan dengan “Codes of Good Practices on Fiscal Transparency”, yang diterbitkan oleh Fiscal Affairs Department, International Monetary Fund, yang meliputi i Clarity of Roles and Responsibilities, ii Public Availability of Information, iii Open Budget Preparation, Execution, and Reporting, dan iv Assurances of Integrity.

5.4 Klasifikasi Belanja Pemerintah Pusat

Salah satu implementasi pelaksanaan unified budget adalah pengklasifikasian belanja pemerintah pusat menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja klasifikasi ekonomi. Hal tersebut diatur dalam pasal 11 ayat 5 Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, belanja negara dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja. Rincian belanja negara menurut organisasi disesuaikan dengan susunan kementerian negaralembaga pemerintah pusat. Sedangkan rincian belanja negara menurut fungsi terdiri dari: 1 pelayanan umum, 2 pertahanan, 3 ketertiban dan keamanan, 4 ekonomi, 5 lingkungan hidup, 6 perumahan dan fasilitas umum, 7 kesehatan, 8 pariwisata dan budaya, 9 agama, 10 pendidikan, dan 11 perlindungan sosial. Sementara itu, rincian belanja negara menurut jenis belanja sifat ekonomi, terdiri dari: 1 belanja pegawai, 2 belanja barang, 3 belanja modal, 4 pembayaran bunga utang, 5 subsidi, 6 belanja hibah, 7 bantuan sosial, dan 8 belanja lain-lain. Rincian belanja pemerintah pusat menurut organisasi dipengaruhi oleh perkembangan susunan kementerian negaralembaga, perkembangan jumlah bagian anggaran, serta perubahan nomenklatur atau pemisahan suatu unit organisasi dari organisasi induknya, atau penggabungan organisasi. Setelah beberapa kali dilakukan perubahan dan penyempurnaan, hingga saat ini terdapat 86 organisasi KL, terdiri dari: i 37 kementerian, ii 37 lembaga pemerintah, iii 6 lembaga negara, dan iv 6 lembaga nonstruktural. Organisasi KL dimaksud pembentukannya 119 DIREKTORAT P-APBN BELANJA PEMERINTAH PUSAT ditetapkan melalui Keputusan Presiden dan telah mempunyai kode bagian anggaran sendiri. Selain dialokasikan melalui KL, belanja pemerintah pusat juga dialokasikan melalui organisasi Bendahara Umum Negara BUN, yang antara lain didalamnya termasuk alokasi pembayaran bunga utang, subsidi, belanja hibah, dan belanja lain-lain. Rincian belanja pemerintah pusat menurut fungsi merupakan reklasifikasi atas program- program yang dalam format sebelumnya merupakan rincian dari sektorsubsektor. Klasifikasi menurut fungsi dan subfungsi merupakan pengelompokkan dari program-program kementerian negaralembaga dan hanya merupakan alat analisis tools of analysis yang digunakan untuk menganalisa fungsi-fungsi yang telah, sedang dan akan dilaksanakan oleh Pemerintah sesuai dengan international best practices. Klasifikasi menurut fungsi yang diterapkan dalam sistem penganggaran di Indonesia, telah mengacu pada classification of the functions of government COFOG yang disusun oleh United Nations Development Programme UNDP dan diadopsi Government Finance Statistics Government Finance Statistics GFS manual 2001 – International Monetary Fund IMF, dengan sedikit modifikasi berupa pemisahan fungsi agama dari fungsi rekreasi, budaya dan agama recreation, culture, and religion. Saat ini, terdapat 11 fungsi dan 69 subfungsi, sebagaimana disajikan dalam tabel berikut. 120 DIREKTORAT P-APBN BELANJA PEMERINTAH PUSAT 0 1 PELAYANAN UMUM 01.01 LEMBAGA EKSEKUT I F DAN LEGI SLATI F, MASALAH KEUANGAN DAN FI SKAL, SERT A URUSAN LUAR NEGERI 01.03 PELAYANAN UMUM 01.04 PENELI T I AN DASAR DAN PENGEMBANGAN I PT EK 01.05 PI NJAMAN PEMERI NT AH 01.06 PEMBANGUNAN DAERAH 01.07 LI TBANG PELAYANANAN UMUM 01.90 PELAYANAN UMUM LAI NNYA 0 2 PERT AHANAN 02.01 PERT AHANAN NEGARA 02.02 DUKUNGAN PERTAHANAN 02.04 LI TBANG PERT AHANAN 0 3 KETERT I BAN DAN KEAMANAN 03.01 KEPOLI SI AN 03.02 PENANGGULANGAN BENCANA 03.03 PEMBI NAAN HUKUM 03.04 PERADI LAN 03.06 LI TBANG KET ERTI BAN DAN KEAMANAN 03.90 KET ERTI BAN DAN KEAMANAN LAI NNYA 0 4 EKONOMI 04.01 PERDAGANGAN, PENGEMBANGAN USAHA, KOPERASI DAN UKM 04.02 T ENAGA KERJA 04.03 PERT ANI AN, KEHUT ANAN, PERI KANAN DAN KELAUTAN 04.04 PENGAI RAN 04.05 BAHAN BAKAR DAN ENERGI 04.06 PERT AMBANGAN 04.07 I NDUSTRI DAN KONST RUKSI 04.08 T RANSPORTASI 04.09 T ELEKOMUNI KASI 04.10 LI TBANG EKONOMI 04.90 EKONOMI LAI NNYA 0 5 LI NGKUNGAN HI DUP 05.01 MANAJEMEN LI MBAH 05.03 PENANGGULANGAN POLUSI 05.04 KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM 05.05 T AT A RUANG DAN PERT ANAHAN 05.90 LI NGKUNGAN HI DUP LAI NNYA 0 6 PERUMAHAN DAN FASI LI T AS UMUM 06.01 PEMBANGUNAN PERUMAHAN 06.02 PEMBERDAYAAN KOMUNI TAS PERMUKI MAN 06.03 PENYEDI AAN AI R MI NUM 06.90 PERUMAHAN DAN FASI LI T AS UMUM LAI NNYA 0 7 KESEHATAN 07.01 OBAT DAN PERBEKALAN KESEHAT AN 07.02 PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN 07.03 PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT 07.04 KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA 07.05 LI TBANG KESEHAT AN 07.90 KESEHAT AN LAI NNYA 0 8 PARI W I SAT A DAN BUDAYA 08.01 PENGEMBANGAN PARI WI SAT A DAN BUDAYA 08.03 PEMBI NAAN PENERBI TAN DAN PENYI ARAN 08.04 LI TBANG PARI WI SAT A DAN BUDAYA 08.05 PEMBI NAAN OLAHRAGA PREST ASI 08.90 PARI WI SAT A DAN BUDAYA LAI NNYA 0 9 AGAMA 09.01 PENI NGKAT AN KEHI DUPAN BERAGAMA 09.02 KERUKUNAN HI DUP BERAGAMA 09.03 LI TBANG AGAMA 09.90 PELAYANAN KEAGAMAAN LAI NNYA 1 0 PENDI DI KAN 10.01 PENDI DI KAN ANAK USI A DI NI 10.02 PENDI DI KAN DASAR 10.03 PENDI DI KAN MENENGAH 10.04 PENDI DI KAN NON-FORMAL DAN I NFORMAL 10.05 PENDI DI KAN KEDI NASAN 10.06 PENDI DI KAN T I NGGI 10.07 PELAYANAN BANTUAN T ERHADAP PENDI DI KAN 10.08 PENDI DI KAN KEAGAMAAN 10.09 LI TBANG PENDI DI KAN 10.10 PEMBI NAAN KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA 10.90 PENDI DI KAN LAI NNYA 1 1 PERLI NDUNGAN SOSI AL 11.01 PERLI NDUNGAN DAN PELAYANAN SOSI AL ORANG SAKI T DAN CACAT 11.02 PERLI NDUNGAN DAN PELAYANAN SOSI AL LANSI A 11.04 PERLI NDUNGAN DAN PELAYANAN SOSI AL ANAK-ANAK DAN KELUARGA 11.05 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN 11.08 BANT UAN DAN JAMI NAN SOSI AL 11.09 LI TBANG PERLI NDUNGAN SOSI AL 11.90 PERLI NDUNGAN SOSI AL LAI NNYA Klasifik asi M enur ut Fungsi Tabel 5 .3