KAPASITAS FISKAL SIKLUS APBN
DIREKTORAT P-APBN
42
SIKLUS APBN
APBN selama ini, jadi tidak dijelaskan tidak dipengaruhi langsung oleh asumsi dasar ekonomi makro tetapi oleh kondisi tarik-menarik antara belanja-pendapatan. Sedangkan komponen
pembiayaan dipengaruhi langsung oleh kurs. Kebijakan investasi pemerintah juga berpengaruh terhadap komponen pembiayaan tetapi secara tidak langsung. Dampak perubahan asumsi dasar
ekonomi makro terhadap postur APBN dijelaskan lebih lanjut pada Bab 3. Berdasarkan pengaruh asumsi dasar ekonomi makro ini masing-masing komponen postur APBN
diperkirakan besaran angkanya. Penghitungan masing-masing komponen postur APBN dilakukan secara paralel atau bersamaan. Baru kemudian masing-masing komponen ini diharmonisasikan
menjadi postur APBN utuh dan ideal. Acuan harmonisasi postur APBN antara lain besaran defisit, kualitas belanja, antisipasi gejolak ekonomi dunia, atau risiko dan antisipasi bencana alam.
Penghitungan komponen postur APBN juga memperhatikan karakteristik yang dimiliki tiap komponen. Pendapatan dapat dipastikan merupakan perkiraan maksimal yang dapat ditarik
pemerintah dari pajak, PNBP, dan hibah. Untuk belanja, harus mempertimbangkan pengeluaran pemerintah untuk membiayai kebutuhan penyelenggaraan operasional dan pengeluran wajib yang
diperkirakan sekitar 80 dari total belanja negara, termasuk cadangan untuk daruratmendesak dan risiko fiskal. Sedangkan untuk defisit harus mempertimbangkan batasan yang diperbolehkan
amanat Undang-Undang nomor 17 tahun 2003 maksimal 3,0 dari PDB secara kumulatif APBN + APBN-P untuk APBN. Dalam hal pembiayaan, ini merupakan perkiraan maksimal yang dapat
diperoleh pemerintah melalui utang dan sumber pembiayaan lainnya. Gambar 2.5 merupakan penjelasan singkat mekanisme penyusunan kapasitas fiskal danatau
postur APBN, ini merupakan hasil akhir dari postur APBN pada saat penyusunan kapasitas fiskal sekitar bulan Pebruari-Maret. Kapasitas fiskal yang disampaikan kepada Bappenas tersebut
berupa informasi mengenai alokasi belanja yang nantinya dapat digunakan untuk mendanai kegiatan-kegiatan pembangunan yang merupakan prioritas nasional. Dalam informasi tersebut
terinci berapa kapasitas fiskal yang tersedia untuk belanja KL, berapa yang merupakan angka dasar, dan berapa yang merupakan potensi untuk dialokasikan sebagai inisiatif baru.
DIREKTORAT P-APBN
43
SIKLUS APBN
Gambar 2.5 Mekanisme Penyusunan Postur APBN
Dalam proses penghitungan tiap komponen, komponen belanja telah memperhitungkan biaya operasional, pengeluaran wajib non discretionary spending, belanja antisipasi untuk berbagai
keperluan dan cadangan sebagai angka dasar. Jika masih ada alokasi anggaran belanja yang belum digunakan, alokasi ini digunakan untuk menambah pendanaan inisiatif baru.
Dari contoh pembentukan postur APBN yang telah diharmonisasikan tersebut dapat diketahui kapasitas fiskal belanja KL untuk tahun yang direncanakan sebesarRp595 triliun dengan rincian:
sebesar Rp566 triliun merupakan angka dasar dan sebesar Rp29 triliun merupakan alokasi inisiatif baru. Pada angka dasar masih dapat dirinci menjadi belanja operasional sebesar Rp198 triliun dan
non-operasional sebesar Rp368 triliun. Adapun rincian kegiatan penyusunan kapasitas fiskal, termasuk koordinasi dan harmonisasi
dengan pemangku kepentingan terkait dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini. Tabel tersebut menggambarkan kronologi yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan untuk penyusunan
kapasitas fiskal 2014.
Ko m p o n e n Pe n g a ru h AD EM
K a r a kt e r ist i k
Pe n d a p a t a n p e r t u m b u h a n
e k o n o m i, i n fl a si, k u r s, I CP, d a n
l if t in g m i n ya k p e r ki r aa n
m a k si ma l Be la n j a
i n f la si , k u r s, SPN 3 b u la n , I CP, d a n
l if t in g m i n ya k B ia ya
o p e r as io n a l d i p e r k ir a ka n
m e n c a p a i 8 0 d a r i
t o ta l b e la n j a p e m e r i n t a h
p u sa t De f is it
d i p e n g ar u h i o l e h p e n d ap at a n
- b e l a n ja m a k si ma l
2 , 5 d a r i PD B
Pe mb ia ya a n Ku r s
p e r ki r aa n m a k si ma l
Ko m po n e n Jum la h
t ri li u n
Rup ia h Pe n d a p a t a n
1 .3 0 0 B e la n j a
K L …… ……… ………
An g ka Da sa r ………
o
Op e r a sio n al …
o
No n – o p s………
In isi a ti f Ba r u ……….
N o n - K L …… ……… 1 . 4 9 1
6 3 6 5 6 6
1 9 8 3 6 8
7 0 8 5 5
D e f i sit 1 9 1
Pe m b ia y a a n 1 5 0
Pe nga r uh As um si D as ar Ek on o m i M ak r o A DEM
da n Kar a k t er ist i k Ko m p on en
Pen gh it u nga n t ia p
Ko m p o ne n
d i h a rm o n i sa si ka n d a l am Po stu r A PBN
u t
u h d an i d ea l
A n g k a d e f isi t d e n g a n p e mb i a ya a n h a r u s
s a m a .
Ko m p o n e n Ju m la h
t ril iu n Rup i a h
Pe n d a pa t a n 1 .3 0 0
B e la n j a
K L ……… ……… ……
A ng k a Da sa r ………
o
Op e r asi o n al …
o
No n – o ps ………
I n isia t if Ba r u……….
N o n -K L …… ……… 1 . 45 0
59 5 56 6
19 8 36 8
2 9 85 5
D e f is it 1 5 0
Pe m b i a y a a n 1 5 0
U n t u k m e n ca p a i a n g ka d e fi sit 1 5 0 s am a d g ke m a m p u a n p e m b i ay a a n , b e la n j a d ip a n g k a s
se b e s a r 4 1 p a d a b a g ia n i n isi a t if b a r u . An g k a k a p a sit a s f isk a l ya n g d i sa m p a ik a n k e
Ba p p e n a s a d a la h 3 6 8 + 2 9 = 3 9 7
DIREKTORAT P-APBN
44
SIKLUS APBN
Tabel 2.1 Proses Penyusunan Kapasitas Fiskal dan Postur APBN
N o. U r a i a n
Pem angku Kepentingan
Output Keter angan
1. Penyusunan
Konsep Arah
Kebijakan Presiden untuk RAPBN 2014
a. I nventarisasi bahan arahan presiden dan
risalah sidang
kabinet rapat terbatas retreat acara rapim lainnya
b. Klasifikasi arahan presiden menurut tema bidang
c. Formulasi konsep
usulan arah
kebijakan Ditjen Anggaran
Konsep arah
kebijakan Presiden RAPBN
2014 sebagai bahan acuan
untuk Kebijakan
umum RAPBN 2014 Disampaikan oleh
Menteri Keuangan kepada
Presiden melalui Menko
Perekonomian dan
Wakil Presiden
Dipersiapkan sejak
akhir November 2012
2. Pertemuan awal Pr e Kick off Meeting
asumsi dasar ekonomi makro RAPBN 2014 a. Evaluasi
realisasi asumsi
dasar ekonomi makro APBN-P 2012
b. Review asumsi dasar ekonomi makro APBN 2013
c. Proyeksi asumsi dasar ekonomi makro tahun 2014
Ditjen Anggaran, Biro Pusat Statistik, Bank
I ndonesia, Bappenas, Badan
Kebijakan Fiskal, Kementerian
ESDM Konsep awal asumsi
dasar ekonomi
makro RAPBN 2014
3. Permintaan asumsi dasar ekonomi makro
2014-2017 dari Direktorat Penyusunan APBN ke pemangku kepentingan
Ditjen Anggaran, Biro Pusat Statistik, Bank
I ndonesia, Bappenas, Badan
Kebijakan Fiskal
Asumsi Dasar
Ekonomi makro
2014-2017 Minggu
ke-1 Desember
2012
DIREKTORAT P-APBN
45
SIKLUS APBN
4. Permintaan Proyeksi RAPBN 2014 dan
Kerangka Anggaran Jangka Menengah MTBF 2015-2017
a. Pendapatan negara, subsidi energi, dan bagi hasil
b. Pengelolaan utang dan belanja bunga utang
c. Transfer ke daerah d. Belanja Hibah
e. Pembiayaan non-utang f. Under lying dan proyeksi pinjaman luar
negeri g. Belanja Pemerintah Pusat Non K L
Ditjen Anggaran,
Badan Kebijakan
Fiskal, Ditjen
Pengelolaan Utang,
Ditjen Perimbangan
dan Keuangan, Ditjen Perbendaharaan,
Ditjen Kekayaan
Negara, Kementerian terkait
a. Proyeksi besaran pendapatan
negara, subsidi
energi, dan bagi hasil
b. Proyeksi pengelolan utang
dan belanja bunga utang
c. Proyeksi transfer ke daerah
d. Proyeksi belanja
hibah e. Proyeksi
Pembiayaan non- utang
f. Proyeksi Under lying
dan pinjaman
luar negeri
Minggu ke-4
Desember 2012
s.d Minggu ke-2 Januari 2013
5. Penyusunan Usulan Kebijakan dan proyeksi
penghitungan exer cise
Belanja Pemerintah Pusat
a. Monitoring dan
Evaluasi capaian
kinerja 2012 dan prognosis 2013 b. Koordinasi rapat surat
dengan pemangku kepentingan terkait untuk
merumuskan usulan Kebijakan Belanja dan Parameternya
c. Menyusun proyeksi
penghitungan besaran Belanja Pemerintah Pusat
Ditjen Anggaran
Menko Perekonomian, Kementerian
PU, Mensos,
TNP2K, Kementan,
Kemenhub, Kominfo, Kemenpan,
Badan Kepegawaian Negara,
Ditjen Perbendaharaan,
Badan Nasional
Penanggulangan Bencana,
Badan Kebijakan Fiskal
Konsep usulan
Kebijakan dan
proyeksi penghitungan
besaran Belanja
Negara Minggu
ke 1-3
Januari
6. Penyusunan
Usulan Kebijakan
dan proyeksi
penghitungan Pembiayaan
Anggaran RAPBN 2014 a.
Monitoring dan Evaluasi capaian kinerja 2012 dan prognosis 2013
b. Koordinasi rapat surat
dengan pemangku kepentingan terkait untuk
merumuskan usulan
Kebijakan Pembiayaan
Anggaran dan
Parameternya c.
Menyusun proyeksi
penghitungan besaran Pembiayaan Anggaran
Ditjen Anggaran,
Badan Kebijakan
Fiskal, Ditjen
Pengelolaan Utang,
Ditjen Perimbangan Keuangan,
Ditjen Perbendaharaan,
Ditjen Kekayaan
Negara, dan
unit terkait lainnya
Konsep usulan
Kebijakan dan
proyeksi penghitungan
Pembiayaan Anggaran
RAPBN 2014
Minggu ke-4
Januari s.d.
Minggu ke-2
Februari
DIREKTORAT P-APBN
46
SIKLUS APBN
7. DJA
mengkoordinasikan penyusunan
postur RAPBN 2014 dalam rangka penyusunan kapasitas fiskal dan kerangka
anggaran jangka menengah MTBF 2015- 2017 dengan instansi terkait
Ditjen Anggaran,
Badan Kebijakan
Fiskal, Ditjen
Pengelolaan Utang,
Ditjen Perimbangan Keuangan,
Ditjen Pajak,
Ditjen Bea
Cukai, Ditjen
Kekayaan Negara,
Biro Pusat Statistik postur RAPBN 2014
a. Penyusunan proyeksi penghitungan
Postur RAPBN
dalam rangka
penyusunan Kapasitas
fiskal dengan Eselon I I
Konfirmasi mengenai besar defisit
dan kebijakan-
kebijakannya Konfirmasi mengenai asumsi
dasar ekonomi makro dan kebijakan-kebijakannya
Konfirmasi mengenai
pendapatan dan
kebijakan- kebijakannya
Konfirmasi mengenai belanja negara
dan kebijakan-
kebijakannya Konfirmasi
mengenai pembiayaan dan kebijakan-
kebijakannya Ditjen
Anggaran, Badan
Kebijakan Fiskal,
Ditjen Pengelolaan
Utang, Ditjen Perimbangan
Keuangan, Ditjen
Pajak, Ditjen
Bea Cukai,
Ditjen Kekayaan
Negara, Biro Pusat Statistik
Minggu ke-4
Januari s.d.
Minggu ke-1
Februari
b. Penyampaian Postur ke Dirjen
Anggaran Ditjen Anggaran
Minggu ke-4
Januari
c. Pembahasan proyeksi penghitungan
Postur RAPBN
dalam rangka
penyusunan Kapasitas
fiskal dengan Eselon I
Konfirmasi mengenai defisit Konfirmasi mengenai asumsi
dasar ekonomi makro Konfirmasi
mengenai pendapatan
Konfirmasi mengenai belanja negara
Konfirmasi mengenai
pembiayaan Ditjen
Anggaran, Badan
Kebijakan Fiskal,
Ditjen Pengelolaan
Utang, Ditjen Perimbangan
Keuangan, Ditjen
Pajak, Ditjen
Bea Cukai,
Ditjen Kekayaan
Negara, Biro Pusat Statistik
Minggu ke-4
Januari
DIREKTORAT P-APBN
47
SIKLUS APBN
8. DJA menyampaikan kepada Menteri
Keuangan: a. kapasitas fiskal untuk pagu indikatif
RAPBN 2014 dan MTBF 2015-2017 b. konsep
surat Menteri
Keuangan kepada Menteri PPN Kepala Bappenas
I nternal Ditjen
Anggaran Konsep
kapasitas fiskal untuk pagu
indikatif RAPBN
2014 dan
MTBF 2015-2017
Minggu ke-
1 Februari
Angka-angka yang ada dalam Gambar 2.4 berasal dari proses penyusunan kapasitas fiskal pada langkah 5c belanja dan 6c pembiayaan Tabel 2.1. Besaran angka pada belanja maupun
pembiayaan tersebut mempunyai mekanisme dan model tersendiri dalam penyusunan angka- angkanya. Besaran angka pada belanja dirinci terlebih dahulu dalam unsur-unsur yang
membentuknya berupa jenis belanja: pegawai, barang, modal, bantuan sosial, subsidi, belanja lain-lain, bunga utang, dan hibah. Masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri dalam
penghitungan proyeksi besaran angka yang nantinya dimasukkan dalam postur APBN. Demikian juga halnya dengan pembiayaan.
Sebagai contoh, Tabel 2.2 berisikan penjelasan model dan cara penghitungan salah satu jenis belanja, yaitu belanja pegawai yang merupakan unsur belanja negara dalam postur APBN.
Tabel 2.2. Model dan Penghitungan Belanja Pegawai