KAPASITAS FISKAL SIKLUS APBN

DIREKTORAT P-APBN 42 SIKLUS APBN APBN selama ini, jadi tidak dijelaskan tidak dipengaruhi langsung oleh asumsi dasar ekonomi makro tetapi oleh kondisi tarik-menarik antara belanja-pendapatan. Sedangkan komponen pembiayaan dipengaruhi langsung oleh kurs. Kebijakan investasi pemerintah juga berpengaruh terhadap komponen pembiayaan tetapi secara tidak langsung. Dampak perubahan asumsi dasar ekonomi makro terhadap postur APBN dijelaskan lebih lanjut pada Bab 3. Berdasarkan pengaruh asumsi dasar ekonomi makro ini masing-masing komponen postur APBN diperkirakan besaran angkanya. Penghitungan masing-masing komponen postur APBN dilakukan secara paralel atau bersamaan. Baru kemudian masing-masing komponen ini diharmonisasikan menjadi postur APBN utuh dan ideal. Acuan harmonisasi postur APBN antara lain besaran defisit, kualitas belanja, antisipasi gejolak ekonomi dunia, atau risiko dan antisipasi bencana alam. Penghitungan komponen postur APBN juga memperhatikan karakteristik yang dimiliki tiap komponen. Pendapatan dapat dipastikan merupakan perkiraan maksimal yang dapat ditarik pemerintah dari pajak, PNBP, dan hibah. Untuk belanja, harus mempertimbangkan pengeluaran pemerintah untuk membiayai kebutuhan penyelenggaraan operasional dan pengeluran wajib yang diperkirakan sekitar 80 dari total belanja negara, termasuk cadangan untuk daruratmendesak dan risiko fiskal. Sedangkan untuk defisit harus mempertimbangkan batasan yang diperbolehkan amanat Undang-Undang nomor 17 tahun 2003 maksimal 3,0 dari PDB secara kumulatif APBN + APBN-P untuk APBN. Dalam hal pembiayaan, ini merupakan perkiraan maksimal yang dapat diperoleh pemerintah melalui utang dan sumber pembiayaan lainnya. Gambar 2.5 merupakan penjelasan singkat mekanisme penyusunan kapasitas fiskal danatau postur APBN, ini merupakan hasil akhir dari postur APBN pada saat penyusunan kapasitas fiskal sekitar bulan Pebruari-Maret. Kapasitas fiskal yang disampaikan kepada Bappenas tersebut berupa informasi mengenai alokasi belanja yang nantinya dapat digunakan untuk mendanai kegiatan-kegiatan pembangunan yang merupakan prioritas nasional. Dalam informasi tersebut terinci berapa kapasitas fiskal yang tersedia untuk belanja KL, berapa yang merupakan angka dasar, dan berapa yang merupakan potensi untuk dialokasikan sebagai inisiatif baru. DIREKTORAT P-APBN 43 SIKLUS APBN Gambar 2.5 Mekanisme Penyusunan Postur APBN Dalam proses penghitungan tiap komponen, komponen belanja telah memperhitungkan biaya operasional, pengeluaran wajib non discretionary spending, belanja antisipasi untuk berbagai keperluan dan cadangan sebagai angka dasar. Jika masih ada alokasi anggaran belanja yang belum digunakan, alokasi ini digunakan untuk menambah pendanaan inisiatif baru. Dari contoh pembentukan postur APBN yang telah diharmonisasikan tersebut dapat diketahui kapasitas fiskal belanja KL untuk tahun yang direncanakan sebesarRp595 triliun dengan rincian: sebesar Rp566 triliun merupakan angka dasar dan sebesar Rp29 triliun merupakan alokasi inisiatif baru. Pada angka dasar masih dapat dirinci menjadi belanja operasional sebesar Rp198 triliun dan non-operasional sebesar Rp368 triliun. Adapun rincian kegiatan penyusunan kapasitas fiskal, termasuk koordinasi dan harmonisasi dengan pemangku kepentingan terkait dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini. Tabel tersebut menggambarkan kronologi yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan untuk penyusunan kapasitas fiskal 2014. Ko m p o n e n Pe n g a ru h AD EM K a r a kt e r ist i k Pe n d a p a t a n p e r t u m b u h a n e k o n o m i, i n fl a si, k u r s, I CP, d a n l if t in g m i n ya k p e r ki r aa n m a k si ma l Be la n j a i n f la si , k u r s, SPN 3 b u la n , I CP, d a n l if t in g m i n ya k B ia ya o p e r as io n a l d i p e r k ir a ka n m e n c a p a i 8 0 d a r i t o ta l b e la n j a p e m e r i n t a h p u sa t De f is it d i p e n g ar u h i o l e h p e n d ap at a n - b e l a n ja m a k si ma l 2 , 5 d a r i PD B Pe mb ia ya a n Ku r s p e r ki r aa n m a k si ma l Ko m po n e n Jum la h t ri li u n Rup ia h Pe n d a p a t a n 1 .3 0 0 B e la n j a  K L …… ……… ………  An g ka Da sa r ……… o Op e r a sio n al … o No n – o p s………  In isi a ti f Ba r u ……….  N o n - K L …… ……… 1 . 4 9 1 6 3 6 5 6 6 1 9 8 3 6 8 7 0 8 5 5 D e f i sit 1 9 1 Pe m b ia y a a n 1 5 0 Pe nga r uh As um si D as ar Ek on o m i M ak r o A DEM da n Kar a k t er ist i k Ko m p on en Pen gh it u nga n t ia p Ko m p o ne n d i h a rm o n i sa si ka n d a l am Po stu r A PBN u t u h d an i d ea l A n g k a d e f isi t d e n g a n p e mb i a ya a n h a r u s s a m a . Ko m p o n e n Ju m la h t ril iu n Rup i a h Pe n d a pa t a n 1 .3 0 0 B e la n j a  K L ……… ……… ……  A ng k a Da sa r ……… o Op e r asi o n al … o No n – o ps ………  I n isia t if Ba r u……….  N o n -K L …… ……… 1 . 45 0 59 5 56 6 19 8 36 8 2 9 85 5 D e f is it 1 5 0 Pe m b i a y a a n 1 5 0 U n t u k m e n ca p a i a n g ka d e fi sit 1 5 0 s am a d g ke m a m p u a n p e m b i ay a a n , b e la n j a d ip a n g k a s se b e s a r 4 1 p a d a b a g ia n i n isi a t if b a r u . An g k a k a p a sit a s f isk a l ya n g d i sa m p a ik a n k e Ba p p e n a s a d a la h 3 6 8 + 2 9 = 3 9 7 DIREKTORAT P-APBN 44 SIKLUS APBN Tabel 2.1 Proses Penyusunan Kapasitas Fiskal dan Postur APBN N o. U r a i a n Pem angku Kepentingan Output Keter angan 1. Penyusunan Konsep Arah Kebijakan Presiden untuk RAPBN 2014 a. I nventarisasi bahan arahan presiden dan risalah sidang kabinet rapat terbatas retreat acara rapim lainnya b. Klasifikasi arahan presiden menurut tema bidang c. Formulasi konsep usulan arah kebijakan Ditjen Anggaran Konsep arah kebijakan Presiden RAPBN 2014 sebagai bahan acuan untuk Kebijakan umum RAPBN 2014 Disampaikan oleh Menteri Keuangan kepada Presiden melalui Menko Perekonomian dan Wakil Presiden Dipersiapkan sejak akhir November 2012 2. Pertemuan awal Pr e Kick off Meeting asumsi dasar ekonomi makro RAPBN 2014 a. Evaluasi realisasi asumsi dasar ekonomi makro APBN-P 2012 b. Review asumsi dasar ekonomi makro APBN 2013 c. Proyeksi asumsi dasar ekonomi makro tahun 2014 Ditjen Anggaran, Biro Pusat Statistik, Bank I ndonesia, Bappenas, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian ESDM Konsep awal asumsi dasar ekonomi makro RAPBN 2014 3. Permintaan asumsi dasar ekonomi makro 2014-2017 dari Direktorat Penyusunan APBN ke pemangku kepentingan Ditjen Anggaran, Biro Pusat Statistik, Bank I ndonesia, Bappenas, Badan Kebijakan Fiskal Asumsi Dasar Ekonomi makro 2014-2017 Minggu ke-1 Desember 2012 DIREKTORAT P-APBN 45 SIKLUS APBN 4. Permintaan Proyeksi RAPBN 2014 dan Kerangka Anggaran Jangka Menengah MTBF 2015-2017 a. Pendapatan negara, subsidi energi, dan bagi hasil b. Pengelolaan utang dan belanja bunga utang c. Transfer ke daerah d. Belanja Hibah e. Pembiayaan non-utang f. Under lying dan proyeksi pinjaman luar negeri g. Belanja Pemerintah Pusat Non K L Ditjen Anggaran, Badan Kebijakan Fiskal, Ditjen Pengelolaan Utang, Ditjen Perimbangan dan Keuangan, Ditjen Perbendaharaan, Ditjen Kekayaan Negara, Kementerian terkait a. Proyeksi besaran pendapatan negara, subsidi energi, dan bagi hasil b. Proyeksi pengelolan utang dan belanja bunga utang c. Proyeksi transfer ke daerah d. Proyeksi belanja hibah e. Proyeksi Pembiayaan non- utang f. Proyeksi Under lying dan pinjaman luar negeri Minggu ke-4 Desember 2012 s.d Minggu ke-2 Januari 2013 5. Penyusunan Usulan Kebijakan dan proyeksi penghitungan exer cise Belanja Pemerintah Pusat a. Monitoring dan Evaluasi capaian kinerja 2012 dan prognosis 2013 b. Koordinasi rapat surat dengan pemangku kepentingan terkait untuk merumuskan usulan Kebijakan Belanja dan Parameternya c. Menyusun proyeksi penghitungan besaran Belanja Pemerintah Pusat Ditjen Anggaran Menko Perekonomian, Kementerian PU, Mensos, TNP2K, Kementan, Kemenhub, Kominfo, Kemenpan, Badan Kepegawaian Negara, Ditjen Perbendaharaan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Badan Kebijakan Fiskal Konsep usulan Kebijakan dan proyeksi penghitungan besaran Belanja Negara Minggu ke 1-3 Januari 6. Penyusunan Usulan Kebijakan dan proyeksi penghitungan Pembiayaan Anggaran RAPBN 2014 a. Monitoring dan Evaluasi capaian kinerja 2012 dan prognosis 2013 b. Koordinasi rapat surat dengan pemangku kepentingan terkait untuk merumuskan usulan Kebijakan Pembiayaan Anggaran dan Parameternya c. Menyusun proyeksi penghitungan besaran Pembiayaan Anggaran Ditjen Anggaran, Badan Kebijakan Fiskal, Ditjen Pengelolaan Utang, Ditjen Perimbangan Keuangan, Ditjen Perbendaharaan, Ditjen Kekayaan Negara, dan unit terkait lainnya Konsep usulan Kebijakan dan proyeksi penghitungan Pembiayaan Anggaran RAPBN 2014 Minggu ke-4 Januari s.d. Minggu ke-2 Februari DIREKTORAT P-APBN 46 SIKLUS APBN 7. DJA mengkoordinasikan penyusunan postur RAPBN 2014 dalam rangka penyusunan kapasitas fiskal dan kerangka anggaran jangka menengah MTBF 2015- 2017 dengan instansi terkait Ditjen Anggaran, Badan Kebijakan Fiskal, Ditjen Pengelolaan Utang, Ditjen Perimbangan Keuangan, Ditjen Pajak, Ditjen Bea Cukai, Ditjen Kekayaan Negara, Biro Pusat Statistik postur RAPBN 2014 a. Penyusunan proyeksi penghitungan Postur RAPBN dalam rangka penyusunan Kapasitas fiskal dengan Eselon I I  Konfirmasi mengenai besar defisit dan kebijakan- kebijakannya  Konfirmasi mengenai asumsi dasar ekonomi makro dan kebijakan-kebijakannya  Konfirmasi mengenai pendapatan dan kebijakan- kebijakannya  Konfirmasi mengenai belanja negara dan kebijakan- kebijakannya  Konfirmasi mengenai pembiayaan dan kebijakan- kebijakannya Ditjen Anggaran, Badan Kebijakan Fiskal, Ditjen Pengelolaan Utang, Ditjen Perimbangan Keuangan, Ditjen Pajak, Ditjen Bea Cukai, Ditjen Kekayaan Negara, Biro Pusat Statistik Minggu ke-4 Januari s.d. Minggu ke-1 Februari b. Penyampaian Postur ke Dirjen Anggaran Ditjen Anggaran Minggu ke-4 Januari c. Pembahasan proyeksi penghitungan Postur RAPBN dalam rangka penyusunan Kapasitas fiskal dengan Eselon I  Konfirmasi mengenai defisit  Konfirmasi mengenai asumsi dasar ekonomi makro  Konfirmasi mengenai pendapatan  Konfirmasi mengenai belanja negara  Konfirmasi mengenai pembiayaan Ditjen Anggaran, Badan Kebijakan Fiskal, Ditjen Pengelolaan Utang, Ditjen Perimbangan Keuangan, Ditjen Pajak, Ditjen Bea Cukai, Ditjen Kekayaan Negara, Biro Pusat Statistik Minggu ke-4 Januari DIREKTORAT P-APBN 47 SIKLUS APBN 8. DJA menyampaikan kepada Menteri Keuangan: a. kapasitas fiskal untuk pagu indikatif RAPBN 2014 dan MTBF 2015-2017 b. konsep surat Menteri Keuangan kepada Menteri PPN Kepala Bappenas I nternal Ditjen Anggaran Konsep kapasitas fiskal untuk pagu indikatif RAPBN 2014 dan MTBF 2015-2017 Minggu ke- 1 Februari Angka-angka yang ada dalam Gambar 2.4 berasal dari proses penyusunan kapasitas fiskal pada langkah 5c belanja dan 6c pembiayaan Tabel 2.1. Besaran angka pada belanja maupun pembiayaan tersebut mempunyai mekanisme dan model tersendiri dalam penyusunan angka- angkanya. Besaran angka pada belanja dirinci terlebih dahulu dalam unsur-unsur yang membentuknya berupa jenis belanja: pegawai, barang, modal, bantuan sosial, subsidi, belanja lain-lain, bunga utang, dan hibah. Masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri dalam penghitungan proyeksi besaran angka yang nantinya dimasukkan dalam postur APBN. Demikian juga halnya dengan pembiayaan. Sebagai contoh, Tabel 2.2 berisikan penjelasan model dan cara penghitungan salah satu jenis belanja, yaitu belanja pegawai yang merupakan unsur belanja negara dalam postur APBN. Tabel 2.2. Model dan Penghitungan Belanja Pegawai

1. Belanja Pegawai

BPg t = GT t + HV t + KS t BPg t : belanja pegawai GT t : gaji dan tunjangan HV t : honorarium, vakasi, lembur, dll KS t : kontribusi sosial 1.1 Gaji dan Tunjangan GT t = g t + TB t + TL t + UM t + BPLN t + GPB t  g t = [g t-1 + GPB t-1 P t-1 x 1+K t x 1+A] x P t  TB t = TB t-1 x 1+I t x 1+A  TL t = [TL t-1 P t-1 x 1+K t x 1+A] x P t  UM t = UM t-1 x [1+ T t -T t-1 T t-1 ] x 1+A  BPLN t = [BPLN t-1 P t-1 x 1+K t x 1+A] x NT t NT t-1 x P t  GPB t = TPB t x [SG t-1 x 1+K t x IG t ] x P t g t : Gajitunjangan TB t : Tunjangan Beras TL t : Tunjangan Lainnya UM t : Uang Makan dan Uang Lauk Pauk BPLN t : Belanja Pegawai Luar Negeri GPB t : Gaji Pegawai Baru P t : Periode pembayaran K t : Kebijakan A : Indeks Accres I t : inflasi T t : tarif uang makan dan uang lauk pauk NT t : asumsi nilai tukar TPB t : Tambahan pegawai DIREKTORAT P-APBN 48 SIKLUS APBN SG t-1 : struktur gaji tahun sebelumnya IG t : Indeks gaji CPNS 1.2 Honorarium, Vakasi, Lembur, dll  HVL t = HVL t-1 x 1 + I t  TK t = TK t-1 P t-1 x 1 + A x P t I t : inflasi TK t : Tunjangan KhususKegiatan 1.3 Kontribusi Sosial  Manfaat Pensiun PT Taspen dan PT Asabri MP t = MPK t-1 x 1+KG x P  Asuransi Kesehatan = IWP + subsidi katastrofi  IWP = Askes PNS + Jamkesmen + Jamkestama + Veteran Non-Tuvet  Askes PNS = IA t = IA t-1 x 1+KG x 1+y  Program Jamkesmen = PJN = P x UC x Period  Program Jamkestama = PJA = P x UC x Period  Program Pemeliharaan Kesehatan Veteran non tuvet = Iuran Vet = Ij x Vet x Period  Subsidi katastrofi = SKt = Uct-1 x 1+H.Inf x CP x 50 MP : Manfaat Pensiun MPK : Manfaat Perkapita KG : Kebijakan kenaikan Pensiun Pokok P : Jumlah Peserta IA : iuran askes KG : kebijakan kenaikan gaji y : indeks perkembangan alamiah kenaikan gaji berkala jumlah anggota keluarga UC : unit cost Ij : iuran per jiwa Vet : jumlah veteran H. Inf : health inflation CP : proyeksi jumlah kasus

2.4 PENGANGGARAN

Kegiatan perencanaan dan penganggaran pada dasarnya merupakan kegiatan yang saling mempengaruhi dan berinteraksi secara terus-menerus untuk menghasilkan APBN yang memenuhi harapan semua pihak. Meskipun secara kelembagaan dua fungsi perencanaan dan penganggaran dilaksanakan oleh kementerian yang berbeda fungsi perencanaan dilaksanakan oleh Kementerian PerencanaanBappenas dan fungsi penganggaran dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan tetapi keduanya terikat erat dalam satu tujuan, menghasilkan APBN yang dapat dipercaya dan memenuhi harapan semua pihak. Proses penganggaran tahunan akan menghasilkan APBN, termasuk Undang-Undang APBN-nya. Dalam proses ini ada 2 dua kegiatan untuk menghasilkan APBN jika dilihat dari sisi keterlibatan berbagai pihak. Pertama, kegiatan yang dilaksanakan internal pemerintah untuk menghasilkan APBN usulan pemerintah Rancangan APBN. Kedua, kegiatan yang melibatkan pihak legislatif untuk menghasilkan APBN hasil kesepakatan pemerintah dan DPR. Dalam rangka penyusunan Rancangan APBN tersebut, Menteri Keuangan bersama Menteri PerencanaanBappenas menyusun Pagu Indikatif untuk belanja KL dengan memperhatikan kapasitas fiskal dan pemenuhan prioritas pembangunan nasional. Pagu indikatif tersebut dirinci DIREKTORAT P-APBN 49 SIKLUS APBN menurut unit organisasi, program, kegiatan, dan indikasi pendanaan untuk mendukung arah kebijakan yang telah ditetapkan oleh Presiden. Gambar 2.6 Proses dan Konsep Penyusunan Pagu Indikatif Dilihat dari postur APBN yang telah disusun sebelumnya dalam rangka penyusunan Kapasitas Fiskal, substansi dan besaran angka dalam postur APBN secara garis besar tidak mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini karena pagu indikatif merupakan turunan atau terjemahan dari kapasitas fiskal alokasi anggaran belanja KL yang berbentuk programkegiatan per KL. Namun demikian dimungkinkan ada perubahan pada rincian belanja untuk masing-masing KL karena telah mengakomodir adanya inisiatif baru lihat konsep pagu indikatif pada Gambar 2.6. Penjelasan mengenai hal tersebut di atas mengacu Gambar 2.4 sebagai contoh kasus. Kapasitas fiskal untuk belanja KL pada RAPBN 2014 direncanakan sebesar Rp595 triliun yang terbagi sebagai angka dasar Rp566 triliun dan inisiatif baru Rp29 triliun. Angka sebesar Rp595 triliun merupakan jumlah total untuk keseluruhan belanja KL. Angka sebesar Rp595 triliun dalam postur APBN tersebut sebagai kapasitas fiskal belanja KL yang tidak akan berubah, sepanjang tidak ada perubahan kebijakan antara lain berupa perubahan: asumsi dasar ekonomi makro, defisit, tax ratio, atau subsidi. Yang mungkin mengalami perubahan ialah alokasi belanja satu atau beberapa KL, bukan kapasitas fiskal untuk belanja KL secara total. Misal, Kementerian X mempunyai alokasi anggaran Rp100 miliar tahun 2013. Berdasarkan hasil review KPJM yang ada di dokumen RKA-KL, Ditjen Anggaran menetapkan angka dasar Kementerian X sebesar Rp80 miliar untuk RAPBN 2014. Artinya, alokasi belanja Kementerian X akan tetap sebesar Rp80 miliar sampai APBN ditetapkan apabila Presiden Arah Kebijakan Bappenas Priorit as Pem bangunan Nasional Kemkeu 1. M engevaluasi pelaksanaan Program dan Kegiat an yang sedang berjalan; 2. M engkaj i usulan Inisiat if Baru; 3. Penyesuaian baseline; 4. M emperhat ikan kapasit as fiskal. Dir inci m enurut 1. Unit Organisasi; 2. Pr ogr am; 3. Kegiatan. Cat at an: 1. Angka prakiraan maju t ahun sebelumnya; 2. Angka Dasar; yang disesuaikan 3. Inisiat if Baru Kesempat an ke-1; 4. Pagu Indikat if Pagu Indikatif 1 2 3 4 DIREKTORAT P-APBN 50 SIKLUS APBN Kementerian PerencanaanBappenas dan Kementerian Keuangan belum menerima dan menyetujui usulan inisiatif baru untuk Kementerian X untuk RAPBN 2014. Jika ada persetujuan atas usulan inisiatif baru untuk Kementerian X sebesar Rp10 miliar, maka anggaran belanja Kementerian X menjadi sebesar Rp90 miliar angka dasar Rp80 miliar ditambah angka inisiatif baru Rp10 miliar. Angka sebesar Rp10 miliar tersebut mengambil porsi alokasi belanja keperluan Inisiatif baru dalam postur APBN. Usulan inisiatif baru yang berasal dari semua KL tidak boleh melebihi alokasi belanja untuk keperluan inisiatif baru sebesar Rp29 triliun. Oleh karena itu wajar jika ada proses seleksi dan penilalian atas setiap usulan inisiatif baru. Jadi sisa alokasi belanja inisiatif baru dalam postur APBN menjadi Rp29 triliun minus Rp10 miliar. Namun demikian alokasi belanja KL tetap tidak mengalami perubahan sebesar Rp595 triliun. Pagu indikatif yang sudah ditetapkan beserta prioritas pembangunan nasional yang dituangkan dalam rencana awal RKP disampaikan kepada KL pada bulan Maret melalui surat bersama Menteri Keuangan dan Menteri PerencanaanKepala Bappenas. Pola penyusunan Pagu Indikatif menggunakan metode yang sama dengan penyusunan Kapasitas Fiskal, yaitu kegiatan koordinasi dan harmonisasi para pihak yang terkait. Contoh sebagaimana Tabel 2.3 merupakan kegiatan koordinasi dan harmonisasi yang telah, sedang, dan akan dilakukan dalam rangka penyusunan Pagu Indikatif 2014. Tabel 2.3 Kegiatan dalam Rangka Penyusunan Pagu Indikatif N o. U r a i a n U nit Ter kait Output Keter angan Jadwal 1. DJA menyampaikan kepada Menteri Keuangan: a. r esour ce envelope untuk pagu indikatif RAPBN 2014 dan MTBF 2015-2017 b. konsep surat Menteri Keuangan kepada Menteri PPN Kepala Bappenas I nter nal D itjen Anggar an Dit. P- APBN, Dit. PNBP, Dit A1, Dit. A2, Dit. A3, Dit. HPP, Dit. DSP Konsep r esour ce envelope untuk pagu indikatif RAPBN 2014 dan MTBF 2015-2017 Minggu ke-1 Februari 2. Road show Kemenkeu dan K L untuk meminta masukan dan pendapat mengenai perencanaan penganggaran D itjen Anggar an Dit A1, Dit. A2, Dit. A3, Dit. P- APBN, Dit. DSP dan beber apa Usulan program dan belanja prioritas K L untuk new initiative Minggu ke 2-3 Januari Diselesaikan pada Minggu ke-1 Februari DIREKTORAT P-APBN 51 SIKLUS APBN K L 3. Monitoring dan evaluasi kinerja pelaksanaan anggaran K L sebagai bahan r eview baseline K L I nter nal D itjen Anggar an Dit. DSP, Dit A1, Dit. A2, Dit A3, Dit. APK, Dit. PA, Dit. PAPBN Baseline belanja K L operasional dan non- operasional Januari -Februari Diselesaikan pada Minggu ke-1 Februari 4. Penyusunan usulan rancangan pagu I ndikatif Belanja K L D itjen Anggar an Dit A1, Dit. A2, Dit. A3, Dit. P- APBN dan beber apa K L Konsep rancangan pagu I ndikatif Belanja K L Februari- Maret 5. DJA berkoordinasi dengan Bappenas dalam penyusunan pagu indikatif RAPBN 2014 D itjen Anggar an Dit. P-APBN, Dit. DSP dan Bappenas Hasil koordinasi tentang pagu indikatif RAPBN 2014 Minggu ke 2-3 Februari 6. Rapat Pimpinan Kemenkeu membahas r esour ce envelope untuk pagu indikatif dan rancangan kebijakan RAPBN 2014 I nter nal D itjen Anggar an Dit. P- APBN, Dit. PNBP, Dit A1, Dit. A2, Dit. A3, Dit. HPP, Dit. DSP. Keputusan rapim tentang r esour ce envelope untuk pagu indikatif dan rancangan kebijakan RAPBN 2014 Minggu ke-2 Februari a. Penyusunan paparan Menteri Keuangan D itjen Anggar an Dit. P-APBN Minggu ke-2 Februari b. Penyusunan draft Surat Bersama dengan Bappenas tentang Pagu I ndikatif RAPBN 2014 I nter nal D itjen Anggar an Dit. P- APBN, Dit. PNBP, Dit A1, Dit. A2, Dit. A3, Dit. HPP, Dit. DSP. Minggu ke-2 Februari