263
DIREKTORAT P-APBN PEMBIAYAAN ANGGARAN
7.4.1 Pembiayaan Utang
Pembiayaan anggaran yang bersumber dari nonutang pada tahun 2012 terdiri atas: 1 perbankan dalam negeri, yang berasal dari penerimaan cicilan pengembalian penerusan pinjaman dan Saldo
Anggaran Lebih SAL; dan 2 nonperbankan dalam negeri, yang berasal dari penerimaan privatisasi, penerimaan hasil pengelolaan aset, dana investasi Pemerintah dan Penyertaan Modal
Negara PMN, Dana Pengembangan Pendidikan Nasional, serta Kewajiban Penjaminan. Sumber pembiayaan nonutang pada tahun 2012 tersebut sedikit berbeda dibandingkan dengan
sumber pembiayaan nonutang tahun-tahun sebelumnya. Perbedaan tersebut dipengaruhi ketersediaan dana masing-masing sumber pembiayaan serta kebijakan Pemerintah untuk
memanfaatkan sumber pendanaan tersebut. Pada tahun 2012, kebijakan pembiayaan nonutang meliputi:
1. Memanfaatkan SAL untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya krisis pasar SBN domestik, mengantisipasi terjadinya risiko fiskal akibat realisasi subsidi listrik melebihi pagu anggaran,
dan mengantisipasi keadaan darurat untuk menutup kekurangan pembiayaan APBN setelah memperhitungkan kebutuhan anggaran sampai dengan akhir tahun anggaran berjalan dan
awal tahun anggaran tahun berikutnya, selain pemanfaatan untuk menutup defisit anggaran; 2. Mengoptimalkan penerimaan kembali pinjaman dari debitur, meliputi penerimaan kembali
sesuai jadwal jatuh tempo masing-masing pinjaman dan penerimaan kembali dari pinjaman yang telah direstrukturisasi;
3. Mengoptimalkan pengelolaan asset yang dikelola oleh PT PPA serta yang telah diserahkan kepada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara;
4. Menyediakan alokasi PMN yang diarahkan untuk meningkatkan penjaminan infrastruktur, meningkatkan kapasitas penjaminan program Kredit Usaha Rakyat KUR, mendukung
penerbitan SBSN, memenuhi kewajiban Indonesia sebagai anggota organisasilembaga keuangan internasional, dan mendukung upaya restrukturisasi dan revitalisasi BUMN strategis;
5. Menyediakan alokasi dana investasi Pemerintah untuk mempercepat pembangunan infrastruktur dan bidang-bidang lainnya;
6. Menyediakan alokasi dana bergulir untuk fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan, penguatan KUMKM, Geothermal, dan percepatan pengadaan tanah untuk jalan tol;
7. Memanfaatkan Dana Pengembangan Pendidikan Nasional melalui pembentukan dana abadi pendidikan endowment fund dan dana cadangan untuk pendidikan; dan
264
DIREKTORAT P-APBN PEMBIAYAAN ANGGARAN
8. Mendukung penjaminan terhadap kredit PT PLN dan PDAM, dan sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2007, Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2010, dan Peraturan
Presiden Nomor 29 Tahun 2009.
7.4.2 Pembiayaan Nonutang
Sebagai upaya untuk menerapkan pengelolaan utang yang mengutamakan prinsip kehati-hatian, akuntabel, dan transparan, Pemerintah melalui Kementerian Keuangan telah menetapkan
dokumen strategi pengelolaan utang sebagai panduan dalam mengelola utang negara. Berdasarkan jangka waktu dan detail arahan dalam strategi pengelolaan utang Pemerintah,
strategi pengelolaan utang dibagi menjadi strategi pengelolaan utang periode jangka menengah lima tahunan dan strategi pembiayaan utang periode tahunan. Strategi pengelolaan utang jangka
menengah merupakan pedoman dan batasan bagi penyusunan strategi pembiayaan utang tahunan berdasarkan target yang ditetapkan dalam APBN. Selain itu, strategi pengelolaan utang
jangka menengah juga digunakan untuk memberikan pedoman umum dalam rangka harmonisasi kebijakan ekonomi makro, memberikan keyakinan pada publik bahwa pengelolaan utang negara
telah dilakukan secara professional dan akuntabel, serta menerapkan praktek pengelolaan utang
yang lazim di seluruh dunia untuk mencapai pengelolaan utang yang baik.
Strategi jangka menengah periode kedua difokuskan pada upaya meningkatkan efisiensi pengelolaan utang melalui strategi umum dan strategi khusus yang diuraikan secara kualitatif dan
kuantitatif. Adapun strategi umum pengelolaan utang negara tahun 2010–2014 adalah sebagai berikut:
1. Mengoptimalkan potensi pendanaan utang dari sumber domestik melalui penerbitan SBN rupiah maupun penarikan pinjaman dalam negeri;
2. Melakukan pengembangan instrumen utang agar diperoleh fleksibilitas dalam memilih berbagai instrumen yang lebih sesuai, cost efficient dan risiko yang minimal; Melakukan pengadaan
pinjaman luar negeri sepanjang digunakan untuk memenuhi kebutuhan prioritas, dengan terms and conditions yang wajar favourable bagi Pemerintah, dan tanpa agenda politik dari kreditur;
3. Mempertahankan kebijakan pengurangan pinjaman luar negeri dalam periode jangka menengah;
4. Meningkatkan koordinasi dengan otoritas moneter dan otoritas pasar modal, terutama dalam rangka mendorong upaya financial deepening;
5. Meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan efisiensi pengelolaan pinjaman dan sovereign credit rating.
265
DIREKTORAT P-APBN PEMBIAYAAN ANGGARAN
Sedangkan strategi khusus pengelolaan utang negara adalah: 1. Meningkatkan likuiditas dan daya serap pasar SBN domestik;
2. Menurunkan biaya pinjaman dengan memilih lender secara selektif, meningkatkan kualitas penyerapan pinjaman, dan mengelola struktur portofolio pinjaman;
3. Meningkatkan kualitas proses bisnis dan komunikasi serta koordinasi dengan stakeholder
pengelolaan utang.