Nilai Manfaat Fungsi Penurunan Emisi Karbon

106 dan penanaman bibit, pemeliharaan tanaman, penelitian dan pengembangan serta perlindungan lingkungan; dan Biaya Pendukung Operasional logistik, administrasi dan umum, reparasi dan pemeliharaan alat, serta BBM dan pelumas.

d. Biaya Transaksi Perdagangan Karbon

Perhitungan biaya dari penilaian manfaat karbon diasumsikan sama dengan biaya transaksi transaction cost dalam penyelenggaraan skema perdagangan karbon dalam rangka REDD. Menurut Milne 1999 dan Cacho, et al. 2003, biaya transaksi tersebut antara lain: a biaya pendaftaran dan validasi, b biaya monitoring, c biaya verifikasi dan sertifikasi untuk pengakuan perolehan CER. Besarnya biaya transaksi yaitu Rp. 558.000 hatahun Rusolono, 2006, yang besarnya ditentukan atas dasar pengalaman penerapan proyek karbon hutan berskala kecil di negara lain Milne, 1999. Persamaan biaya transaksi perdagangan karbon diuraikan sebagai berikut: BTC = BPV + BM + BVS x LAM ……. 5 dimana, BTC = Total biaya transaksi menurut skema perdagangan karbon pada pembangunan tanaman meranti Rp BPV = Biaya pendaftaran dan validasi per satuan luas Rpha BM = Biaya monitoring per satuan luas Rpha BVS = Biaya verifikasi dan sertifikasi per satuan luas Rpha

e. Nilai Manfaat Fungsi Penurunan Emisi Karbon

Perhitungan nilai manfaat fungsi penurunan emisi karbon dari pembangunan tanaman meranti pada sistem TPTI Intensif TPTII menggunakan baseline potensi karbon yang dikelola dengan sistem TPTII yaitu dengan menghitung perbedaan potensi atau selisih antara kedua sistem 107 dikalikan dengan dengan harga penjualan karbon persamaan 1 dikurangi dengan biaya produksi pembangunan tanaman TPTII persamaan 3 dan biaya transaksi persamaan 5. Secara matematis nilai bersih manfaat penurunan emisi karbon dapat dilihat pada persamaan berikut: NMBC = NPC – BKL - BTC ……………………. 6 dimana, NMBC = Nilai manfaat bersih penurunan emisi karbon pada pembangunan tanaman meranti dengan sistem TPTII Rpha NPC = Nilai manfaat penurunan emisi karbon dari pembangunan tanaman meranti dengan pola TPTII Rpha BKL = Biaya produksi pembangunan tanaman meranti pada areal TPTII Rpha BTC = Biaya transaksi perdagangan karbon pada pembangunan tanaman meranti areal TPTII Rpha 6.2.4.2. Nilai Manfaat Ekonomi Manfaat Areal TPTII dengan Adanya Penebangan Jalur Tanam dan Tebang Pilih Jalur Antara Perhitungan nilai ekonomi manfaat areal TPTII dengan alternatif dilakukan penebangan diasumsikan bahwa sistem TPTII selain memberikan manfaat penurunan emisi karbon juga menghasilkan produk kayu dari jalur tanam dan jalur antara. Sehingga dalam perhitungan nilai ekonomi manfaat areal TPTII perlu mempertimbangkan nilai ekonomi dari penurunan emisi karbon dan potensi kayu tegakan meranti baik pada jalur tanam maupun jalur antara, sesuai siklus pertumbuhan tanaman dan kebijakan dalam pengelolaan hutan alam produksi. Dalam menghitung nilai manfaat ekonomi karbon dan kayu jika dilakukan penebangan di areal TPTII meliputi 2 dua alternatif , yaitu: a nilai manfaat ekonomi di areal TPTII nilai karbon dan kayu, jika ada penebangan 108 di jalur tanam, dan b nilai manfaat ekonomi di areal TPTII nilai karbon dan kayu, jika ada penebangan di jalur antara dan tebang pilih di jalur antara. Asumsi yang digunakan dalam penilaian ekonomi manfaat sistem TPTII dari kedua alternatif, yaitu: 1 Perhitungan manfaat penurunan emisi karbon di areal TPTII menggunakan baseline TPTI setelah dikurangi dengan potensi karbon areal yang ditebang pada masing-masing alternatif jalur tanam serta kombinasi antara jalur tanam dan jalur antara, kemudian dikali 50 dari selisih tersebut. 2 Harga karbon per ton sama dengan alternatif harga tanpa adanya penebangan alternatif-1 3 Perhitungan potensi kayu pada jalur antara dan jalur tanam disesuaikan dengan potensi tegakan eksiting di areal TPTII PT. SBK. 4 Pendugaan volume produksi kayu penebangan di jalur tanam TPTII alternatif-2 dilakukan pada akhir daur 50 tahun setelah memperhitungkan adanya penjarangan sehingga pohon yang dipanen pada pakhir daur sebanyak 64 pohon per hektar dengan potensi volume kayu per pohon adalah 6 m 3 . 5 Pendugaan volume kayu di jalur antara TPTII dengan tebang pilih per daur alternatif-3 yaitu atas dasar jumlah pohon yang ditebang sebanyak 8 pohonhektar dengan diameter diatas 50 cm up rata-rata 35 m 3 ha, dengan daur 35 tahun.

a. Penerimaan Manfaat Ekonomi Karbon dan Tegakan Kayu

Dokumen yang terkait

Language Disorder In Schizophrenia Patient: A Case Study Of Five Schizophrenia Paranoid Patients In Simeulue District Hospital

1 32 102

Integration of GIS Model and Forest Management Simulation to Minimize Loss Risk By Illegal Cutting (A Case Study of The Teak Forest in District Forest of Cepu, Central Java)

0 16 120

Growth of plantation and residual trees on the intensified indonesian selective cutting and planting. Case study in PT Gunung Meranti Forest Concession Area, Central Kalimantan Province

0 60 209

The potency of Intensive Sylviculture System (TPTII) to support reduced emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) (a case study in concession of PT.Sari Bumi Kusuma in Central Kalimantan)

0 22 597

Growth of plantation and residual trees on the intensified indonesian selective cutting and planting. Case study in PT Gunung Meranti Forest Concession Area, Central Kalimantan Province

0 21 394

Deforestation And Forest Degradation In Lombok Island, Indonesia: Causes And Consequences

0 2 95

IMPLEMENTASI PERATURAN HUKUM TENTANG REDUCNG EMISSIONS FROM DEFORESTATION AND FOREST DEGRADATION (REDD) DI INDONESIA

0 3 87

REDD+ and the Agricultural Drives of Deforestation Keyfindings from Three Studies in Brazil, Ghana and Indonesia

0 0 27

Methodology Design Document for Reducing Emissions from Deforestation and Degradation of Undrained Peat Swamp Forests in Central Kalimantan, Indonesia

0 0 286

Reducing Emission from Deforestation and Degradation Plus (REDD+)

0 0 42