Analisis Data Pendugaan Model Pertumbuhan Tanaman Meranti

77

5.1.2. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menghitung dinamika perubahan proyeksi cadangan karbon pada sistem TPTI dan TPTII. 2. Membuat skenario penebangan produksi berdasarkan kesetimbangan pertumbuhan 5.2. METODE PENELITIAN 5.2.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di areal IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma, Unit Seruyan Kalimantan Tengah, areal alang-alang, dan IUPHHK perusahaan lain di Kalimantan Tengah. Waktu penelitian dilakukan dalam dua tahap kegiatan. Tahap pertama adalah untuk pengambilan data di lapangan selama lima bulan dimulai dari Juli 2007 sampai November 2007. Tahap kedua dilakukan di laboratorium Kimia Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor untuk menganalisis biomassa tumbuhan, serasah, kayu mati dan tanah. Penelitian tersebut di laboratorium dilakukan pada bulan Desember 2007 sampai Maret 2008.

5.2.2. Analisis Data Pendugaan Model Pertumbuhan Tanaman Meranti

Pendugaan dinamika kandungan karbon dari tanaman hutan pada sistem TPTII ini dilakukan dengan menggunakan rumus logistik dengan mengkombinasikan nilai berat jenis kayu ρ, persen karbon, dan riap tanaman. Model logistik dikembangkan dengan mengikuti persamaan kurva “J” terbalik dari pertumbuhan riap tanaman. Pendugaan potensi karbon dibangun dengan menggunakan rumus yang dikembangkan dalam penelitian ini yaitu : K = ρ a D 2.50 k dimana a= 0,18; ρ total = 0,64 dan k = karbon total = 54,76 . Rumus ini digunakan untuk menghitung potensi biomassa atau karbon pohon pada areal jalur antara dan hutan primer yang datanya hanya diktehaui dari 78 diameter. Berat jenis kayu bisa dilihat pada beberapa literatur seperti Atlas Kayu Indonesia, Tanaman Berguna Indonesia, www.cgiar.org dan sumber informasi lainnya. Skenario Model Dinamika Pertumbuhan dan Produksi Skenario model dinamika pertumbuhan dibangun dengan menggunakan beberapa skenario, yaitu a. Skenario pertumbuhan meranti dengan menggunakan potensi riap tanaman tanpa dilakukan kegiatan penebangan, dengan tetap memperhatikan sistem silvikultur tanaman untuk melakukan kegiatan penjarangan. b. Skenario pertumbuhan meranti dengan menggunakan potensi riap tanaman dengan adanya kegiatan penebangan jika tanaman telah memiliki diameter 40 cm keatas, atau usia tanaman 25 tahun. c. Prosedur membangun skenario pertumbuhan meranti yaitu pada hutan alam bekas tebangan, riap diameter maksimum untuk jenis hsorea dicapai pada kelas diameter 30 – 40 cm Pambudi, 2007 atau + berumur 15 – 20 tahun atau lebih awal pada tanaman TPTII berdasarkan studi ini diperoleh riap sekitar 2,44 cmtahun akan tetap bertahan sampai berumur 25 tahun. d. Pertumbuhan diameter menunjukkan kurva kumulatif yang berbentuk sigmoid, yaitu eksponensial pada fase awal pertumbuhan kemudian dilanjutkan dengan linier pada fase tengah dan pertumbuhan melambat sampai akhirnya berhenti. Dalam hal ini data observasi data series umur pohon 1 – 10 tahun dan ditambah umur 12, 15 dan 20 tahun. Dengan menggunakan software curva expert 1.4. dapat ditunjukkan bentuk sigmoid dalam pertumbuhan pohon. e. Untuk kelompok meranti pada sistem TPTI pertumbuhan riapnya 0,5 cmtahun. Pada sistem TPTII untuk jenis Shorea leprosula pertumbuhan riap diameter 2 cmtahun. 79 f. Pada sistem TPTI penebangan pohon per hektar rata-rata sekitar 10 pohon. Kerusakan atau kehilangan karbon diakibatkan oleh kegiatan RIL pembukaan wilayah hutan, penebangan, pembuatan TPn, pembuatan jalan sarad dan penyaradan. Kehilangan potensi karbon diperkirakan sekitar 15 dari potensi hutan sebelumnya. g. Pada rotasi kedua penebangan tahun ke-51, penebangan dilakukan sebanyak sekitar 10 pohon dan kerusakan akibat kegiatan RIL pembukaan wilayah hutan, penebangan, pembuatan TPn, pembuatan jalan sarad dan penyaradan sekitar 20 . h. Pada rotasi ketiga tahun ke-76 dilakukan penebangan sekitar 10 pohon dan kehilangan potensi karbon akibat kegiatan RIL pembukaan wilayah hutan, penebangan, pembuatan TPn, pembuatan jalan sarad dan penyaraan sekitar 30 . i. Untuk kegiatan TPTII, pada kegiatan produksi rotasi pertama tahun ke- 26 jumlah pohon yang ditebang untuk jalur tanam sebanyak 64 pohonha, jalur antara sebanyak 8 pohonha dan kehilangan karbon akibat produksi sekitar 10 . j. Pada rotasi kedua tahun ke-51, jumlah pohon yang ditebang dijalur tanam sebanyak 64 pohonha dan jalur antara 8 pohon dan kehilangan karbon akibat produksi sekitar 15 . k. Pada rotasi ketiga tahun ke-76, penebangan di jalur tanam sebanyak 64 pohon dan jalur antara 8 pohon dan kehilangan karbon pada sistem TPTII akibat penebangan dan jalan sarad sekitar 20 . 80 5.3. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.3.1. Potensi Biomasa dan Karbon

Dokumen yang terkait

Language Disorder In Schizophrenia Patient: A Case Study Of Five Schizophrenia Paranoid Patients In Simeulue District Hospital

1 32 102

Integration of GIS Model and Forest Management Simulation to Minimize Loss Risk By Illegal Cutting (A Case Study of The Teak Forest in District Forest of Cepu, Central Java)

0 16 120

Growth of plantation and residual trees on the intensified indonesian selective cutting and planting. Case study in PT Gunung Meranti Forest Concession Area, Central Kalimantan Province

0 60 209

The potency of Intensive Sylviculture System (TPTII) to support reduced emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) (a case study in concession of PT.Sari Bumi Kusuma in Central Kalimantan)

0 22 597

Growth of plantation and residual trees on the intensified indonesian selective cutting and planting. Case study in PT Gunung Meranti Forest Concession Area, Central Kalimantan Province

0 21 394

Deforestation And Forest Degradation In Lombok Island, Indonesia: Causes And Consequences

0 2 95

IMPLEMENTASI PERATURAN HUKUM TENTANG REDUCNG EMISSIONS FROM DEFORESTATION AND FOREST DEGRADATION (REDD) DI INDONESIA

0 3 87

REDD+ and the Agricultural Drives of Deforestation Keyfindings from Three Studies in Brazil, Ghana and Indonesia

0 0 27

Methodology Design Document for Reducing Emissions from Deforestation and Degradation of Undrained Peat Swamp Forests in Central Kalimantan, Indonesia

0 0 286

Reducing Emission from Deforestation and Degradation Plus (REDD+)

0 0 42