Analisa Biaya dan Manfaat Pembangunan TPTII Dalam Skema Perdagangan Karbon

124 Tingginya biaya yang dikeluarkan dalam membangun TPTII dengan menggunakan alternatif tanpa dan atau dengan adanya penebangan akan berimplikasi kepada kejelasan dan ketersediaan dana dalam jangka panjang. Dalam tataran ini, bagi perusahaan yang mengelola kawasan hutan dengan sistem TPTII seharusnya mendapat dukungan pendanaan dari pemerintah maupun dari sumber lain yang concern dalam menjaga kelestarian kawasan hutan, mengingat kawasan hutan memiliki fungsi ekologis yang sangat penting secara global yaitu sebagai paru-paru dunia. Hal ini menunjukkan bahwa manfaat finansial harus disediakan terhadap usaha-usaha yang sukses mengurangi emisi dari deforestasi, yang dielaskan oleh Tacconi 2009 sebagai kompensasi usaha-usaha sukses Compensated Successful Efforts dalam mencegah deforestasi. Dukungan pendanaan menjadi penting di dalam membangun sistem TPTII sebagaimana yang sudah berjalan selama ini, agar tidak hanya dilakukan sebatas ”kewajiban semu” tetapi harus diletakkan sebagai salah satu strategi nasional dan global untuk meningkatkan peranan sektor kehutanan dalam perlindungan iklim global dan penurunan emisi gas rumah kaca. Sebab, bukan tidak mungkin bahwa semakin besar biaya yang harus dikeluarkan tentu akan memberatkan para pengelola hutan pengusaha HPH, jika harus menanggung sendiri dan tanpa ada keringanan atau model kompensasi bantuan pembiayaan dari pemerintah maupun lembaga pendanaan internasional yang bergerak dalam perlindungan sumberdaya hutan dan iklim global.

6.3.3. Analisa Biaya dan Manfaat Pembangunan TPTII Dalam Skema Perdagangan Karbon

6.3.3.1. Biaya dan Pendapatan

Keragaan biaya dan pendapatan dari penjualan karbon dengan alternatif tanpa penebangan dan alternatif penebangan hanya di jalur tanam maupun di jalar tanam dan jalur antara TPTII, akan menghasilkan perbedaan tingkat keuntungan secara nyata dan perbedaannya semakin meningkat dengan adanya 125 kenaikan harga carbon maupun harga produksi kayu. Hasil analisis menunjukkan bahwa adanya penebangan selektif di jalur tanam alternatif-2 maupun penebangan di jalur tanam dan jalur antara alternatif-3 akan menghasilkan keuntungan yang positif, sementara pada alternatif tanpa penebangan keuntungan dihasilkan sangat rendah negatif, baik pada tingkat harga US 5, 15 dan 25 per ton C belum memperhitungkan suku bunga. Dari hasil analisis diketahui pula bahwa rendahnya keuntungan pada alternatif-1 tanpa penebangan Gambar 36a disebabkan oleh pembiayaan yang relatif lebih besar 6,45 kali dibanding jumlah penerimaan pada harga US 5 ton C. Sementara pada alternatif ada penebangan Gambar 36b dan 36c berlaku sebaliknya yaitu persentase pendapatan jauh lebih besar dibandingkan pembiayaannya. Sehingga perbedaan keuntungan antara adanya penebangan kayu dengan tanpa penebangan yaitu rata-rata 7 - 17 kali lebih besar dengan perbedaan keuntungan rata-rata Rp. 11 juta sampai Rp 27 jutahathn. Dari hasil analisis diketahui pula pengaruh kenaikan harga karbon terhadap keuntungan lebih tinggi pada alternatif-1 tanpa penebangan yaitu rata- rata Rp. 273.262 hathn, dibanding pada alternatif-2 penebangan jalur tanam Rp. 221.142 hathn maupun pada alternatif 3 penebangan di jalur tanam dan jalur antara Rp. 244.857hathn. Keragaan penerimaan, biaya, dan pendapatan pada ketiga alternatif dapat dilihat pada Gambar 36 Lampiran 23, 24, dan 25. 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000 - 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000 US 5 TonC US 15 TonC US 25 TonC R p H a T h n Harga Karbon Alternatif-1. Tanpa Penebangan Pendapatan Biaya Keuntungan a Tanpa Penebangan di Areal TPTII Alternatif-1 126 Gambar 36. Biaya, Pendapatan dan Keuntungan dengan Alternatif Tanpa Penebangan dan Alternatif Penebangan di Areal TPTII Perbedaan keuntungan dari ketiga alternatif diatas sangat dipengaruhi oleh adanya perbedaan potensi produksi kayu pada jalar antara dan jalur tanam dan perbedaan elastisitas harga, dimana harga kayu memiliki elastisitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan elastisitas harga karbon persatuan. Artinya nilai ekonomi dari kenaikan produksi kayu persatuannya lebih tinggi dibandingkan kenaikan nilai ekonomi karbon akibat penambahan karbon. Adanya perbedaan keuntungan yang lebih tinggi pada alternatif penebangan dibandingkan alternatif tanpa penebangan, dapat menjadi salah satu alternatif untuk menerapkan dan mengembangkan berbagai alternatif pendanaan konservasi karbon secara mandiri ditingkat pengusaha dan masyarakat. Sehingga melalui alternatif alternatif penebangan pada sistem TPTII secara selektif dan pengawasan yang kontinyu, akan memberikan peluang yang baik dalam usaha pengurangan laju degradasi maupun deforestasi, Selain faktor kontiyuitas dalam pengawasan maka yang perlu diperhatikan pula ada 4 empat aspek lainnya yaitu terfokus, skala usaha, bentuk kegiatan dan konsistensi Herold and Tracy, 2007. Selain perolehan manfaat ekonomi dari penyerapan karbon maka yang tidak kalah pentingnya - 2,000,000 4,000,000 6,000,000 8,000,000 10,000,000 12,000,000 14,000,000 16,000,000 18,000,000 US 5 TonC US 15 TonC US 25 TonC R p H a T h n Harga Karbon Alternatif-2. Penebangan di Jalur Tanam Pendapatan Biaya Keuntungan - 10,000,000 20,000,000 30,000,000 40,000,000 50,000,000 US 5 TonC US 15 TonC US 25 TonC R p H a T h n Harga Karbon Alternatif-3. Penebangan di Jalur Tanam dan Jalur Antara Pendapatan Biaya Keuntungan b Penebangan di Jalur Tanam TPTII Alternatif-2 c Penebangan di Jalur Tanam dan Jalur Antara TPTII Alternatif-3 127 adalah adanya manfaat secara ekonomi bagi pengusaha maupun masyarakat setempat, yang oleh Blom, et.al 2010 dinyatakan dengan prinsip keadilan equitable dalam menurunkan emisi dari deforestasi dan degradasi REDD.

6.3.3.2. NPV dan BCR

Penilaian kelayakan ekonomi manfaat karbon dengan menggunakan alternatif tanpa penebangan alternatif-1 di areal TPTII dihitung dengan dasar adanya selisih laju penyerapan karbon tahun berjalan dengan baseline potensi karbon pada TPTI. Hasil analisis dengan menggunakan luas areal tanam rata- rata pertahun 3.600 ha dan asumsi pengusahaan TPTII dilakukan selama dua daur 50 tahun menunjukkan bahwa pengelolaan TPTII dengan alternatif-1 tanpa penebangan dan hanya mempertimbangkan manfaat ekonomi karbon diketahui tidak layak secara finansial pada tingkat harga karbon US 5 - 25 per ton C, suku bunga 10, 12 dan 14 dan perubahan biaya biaya turun dan naik masing-masing 15 yang ditunjukan oleh nilai NPV negatif dan BCR 1 Tabel 28. Hasil analisis nilai NPV dan BCR menunjukan alternatif-2 penebangan di jalur tanam TPTII diketahui masih layak pada tingkat suku bunga 10- 12, pada harga US 5 ton C sampai US 25 ton C, serta pada kondisi biaya tetap dan menurun maupun pada kondisi biaya meningkat 15. Sedang pada alternatif-3 yaitu penebangan selektif di jalur antara dan jalur tanam TPTII diketahui sangat layak pada suku bunga 14, pada US 5 ton C sampai US 25 ton C maupun pada kondisi adanya perubahan biaya naik atau rueun 15 dari biaya tetap. Nilai NPV ketiga alternatif dengan skenario perubahan harga maupun perubahan biaya dapat dilihat pada Gambar 37. 128 Gambar 37. Nilai NPV Ketiga Alternatif di Areal TPTII dengan TPTI BAU baseline, seluas 3.600 Ha dan Periode 50 tahun Rendahnya nilai kelayakan finansial potensi penyerapan karbon dengan asumsi tanpa penebangan alternatif-1 diduga dipengaruhi oleh biaya pembangunan TPTII yang jauh lebih besar dibandingkan dengan harga karbon. Artinya dengan struktur biaya yang ada saat ini maka pembangunan TPTII belum mampu menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi apabila hanya mempertimbangkan manfaat ekonomi penyerapan karbon. Tingkat kelayakan -100.00 -90.00 -80.00 -70.00 -60.00 -50.00 -40.00 -30.00

Dokumen yang terkait

Language Disorder In Schizophrenia Patient: A Case Study Of Five Schizophrenia Paranoid Patients In Simeulue District Hospital

1 32 102

Integration of GIS Model and Forest Management Simulation to Minimize Loss Risk By Illegal Cutting (A Case Study of The Teak Forest in District Forest of Cepu, Central Java)

0 16 120

Growth of plantation and residual trees on the intensified indonesian selective cutting and planting. Case study in PT Gunung Meranti Forest Concession Area, Central Kalimantan Province

0 60 209

The potency of Intensive Sylviculture System (TPTII) to support reduced emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) (a case study in concession of PT.Sari Bumi Kusuma in Central Kalimantan)

0 22 597

Growth of plantation and residual trees on the intensified indonesian selective cutting and planting. Case study in PT Gunung Meranti Forest Concession Area, Central Kalimantan Province

0 21 394

Deforestation And Forest Degradation In Lombok Island, Indonesia: Causes And Consequences

0 2 95

IMPLEMENTASI PERATURAN HUKUM TENTANG REDUCNG EMISSIONS FROM DEFORESTATION AND FOREST DEGRADATION (REDD) DI INDONESIA

0 3 87

REDD+ and the Agricultural Drives of Deforestation Keyfindings from Three Studies in Brazil, Ghana and Indonesia

0 0 27

Methodology Design Document for Reducing Emissions from Deforestation and Degradation of Undrained Peat Swamp Forests in Central Kalimantan, Indonesia

0 0 286

Reducing Emission from Deforestation and Degradation Plus (REDD+)

0 0 42