30.00 50.00 30.00 30.00 50.00 70.00 ANALISIS EKONOMI TPTII DALAM SKEMA PERDAGANGAN KARBON

128 Gambar 37. Nilai NPV Ketiga Alternatif di Areal TPTII dengan TPTI BAU baseline, seluas 3.600 Ha dan Periode 50 tahun Rendahnya nilai kelayakan finansial potensi penyerapan karbon dengan asumsi tanpa penebangan alternatif-1 diduga dipengaruhi oleh biaya pembangunan TPTII yang jauh lebih besar dibandingkan dengan harga karbon. Artinya dengan struktur biaya yang ada saat ini maka pembangunan TPTII belum mampu menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi apabila hanya mempertimbangkan manfaat ekonomi penyerapan karbon. Tingkat kelayakan -100.00 -90.00 -80.00 -70.00 -60.00 -50.00 -40.00 -30.00 -20.00 -10.00

0.00 10

12 14 N P V R p . M il y a r Suku Bunga NPV SKENARIO-1. TANPA PENEBANGAN 5 US 15 US 25 US -30.00 -20.00 -10.00 0.00 10.00

20.00 30.00

40.00 50.00

10 12 14 N P V R p . M il y a r Suku Bunga NPV SKENARIO-2. PENEBANGAN DI JALUR TANAM TPTII 5 US 15 US 25 US 0.00 200.00 400.00 600.00 800.00 1000.00 10 12 14 N P V R p . M il y a r Suku Bunga NPV SKENARIO-3. PENEBANGAN SELEKTIF JALUR ANTARA DAN JALUR TANAM TPTII 5 US 15 US 25 US -120.00 -100.00 -80.00 -60.00 -40.00 -20.00

0.00 10

12 14 N P V R p . M il y a r Suku Bunga NPV SKENARIO-1. TANPA PENEBANGAN 5 US 15 US 25 US -40.00 -30.00 -20.00 -10.00 0.00 10.00

20.00 30.00

10 12 14 N P V R p . M il y a r Suku Bunga NPV SKENARIO-2. PENEBANGAN DI JALUR TANAM TPTII 5 US 15 US 25 US 0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 700.00 800.00 900.00 10 12 14 N P V R p . M il y a r Suku Bunga NPV SKENARIO-3. PENEBANGAN SELEKTIF JALUR ANTARA DAN JALUR TANAM TPTII 5 US 15 US 25 US -90.00 -80.00 -70.00 -60.00 -50.00 -40.00 -30.00 -20.00 -10.00 0.00 10 12 14 N P V R p . M il y a r Suku Bunga NPV SKENARIO-1. TANPA PENEBANGAN 5 US 15 US 25 US -20.00 -10.00 0.00 10.00

20.00 30.00

40.00 50.00

60.00 70.00

10 12 14 N P V R p . M ilya r Suku Bunga NPV SKENARIO-2. PENEBANGAN DI JALUR TANAM TPTII 5 US 15 US 25 US 0.00 200.00 400.00 600.00 800.00 1000.00 10 12 14 N P V R p . M il y a r Suku Bunga NPV SKENARIO-3. PENEBANGAN SELEKTIF JALUR ANTARA DAN JALUR TANAM TPTII 5 US 15 US 25 US a Biaya Tetap b Biaya Naik 15 c Biaya Turun 15 129 perdagangan karbon yang rendah yang dipengaruhi oleh rendah faktor harga dapat dilihat dari beberapa hasil penelitian bahwa untuk reforestasi tanpa pemanenan dengan daur tanaman panjang menghasilkan nilai NPV per ton C -6,89 sampai 0,81 dengan biaya mitigasi karbon persiklus hidup 1,04 sampai 5,70 per ton C Boer, 2001. Dengan demikian dari hasil analisis menunjukan bahwa untuk mengimplementasikan mekanisme perdagangan karbon ke dalam sistem TPTII hanya akan feasible apabila harga karbon lebih besar dari US25 per tonC atau dengan menggunakan alternatif adanya penebangan secara selektif pada jalur tanam dan jalur antara dengan memperpanjang daur tebangan sehingga tingkat penyerapan karbon lebih besar dan tambahan penerimaan dari tebangan tegakan secara selektif pada jalur tanam dan jalur antara. Implementasi alternatif penebangan secara selektif yang disertai dengan memperpanjang daur penebangan dan internalisasi nilai ekonomi karbon dapat menjadi salah satu pilihan kebijakan dalam mengadaptasi skema perdagangan karbon. Pilihan terhadap alternatif ini merupakan salah satu upaya untuk mempercepat dan memperluas penerapan sistem TPTII dalam pengelolaan hutan di kawasan hutan produksi di Indonesia. Perluasan penerapan sistem TPTII dalam jangka panjang tentunya akan berdampak positif terhadap penyerapan karbon yang lebih besar dan pengurangan laju degradasi hutan. Pengaruh perubahan harga, biaya dan tingkat suku bunga akan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan pembangunan TPTII untuk kegiatan penyerapan karbon dalam jangka panjang. Semakin tinggi tingkat suku bunga dan biaya naik, maka nilai kelayakan akan semakin berkurang. Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan manfaat ekonomi dari kegiatan penanaman serta meningkatkan konservasi karbon dan mencegah degradasi, maka selain menerapkan alternatif penebangan jalur tanam dan jalur antara dan memperpanjang daur tebangan, dapat juga ditawarkan alternatif pendekatan lain seperti efisiensi pembiayaan dan peningkatan harga karbon sesuai dengan 130 kelayakan ekonominya. Penerapan alternatif tersebut diatas dan penentuan baseline secara tepat merupakan salah satu faktor penting dalam mengimplementasikan mekanisme REDD ke dalam sistem perdagangan karbon. Sehingga bagi negara-negara yang mampu mengembangkan pilihan desain REDD dalam menekan laju deforestasi seharusnya memperoleh insentif yang lebih tinggi Busch et al ,2009. 131 Tabel 28. Analisis Kelayakan dan Sensitivitas Ekonomi Potensi Penyerapan Karbon dengan Alternatif Tanpa Penebangan dan Penebangan Jalur Tanam dan Jalur Antara di Areal TPTII PT. SBK Kalimantan Tengah, menggunakan Baseline Potensi Karbon TPTI di HPH Pembanding di Kalimantan, Pada Areal Tanam Seluas 3600 Ha dengan daur 50 Tahun, pada kondisi terjadi perubahan Biaya, Suku Bunga dan Harga Karbon Dalam Jutaan Rupiah Perubahan Biaya Pengelolaan NPV BCR Alternatif Tanpa Penebangan dan Penebangan Harga Karbon Alternatif REDD USton C, Rp. 10.000 US 5 US 15 US 25 Suku Bunga i= Suku Bunga i= Suku Bunga i= 10 12 14 10 12 14 10 12 14 Biaya Tetap NPV - Alternatif-1 91.56 80.25 71.80 81.80 72.08 64.78 72.05 63.91 57.76 - Alternatif-2 19.05 9.71 25.66 28.45 1.75 18.77 37.84 6.20 11.89 - Alternatif-3 848.72 693.59 582.53 858.25 701.62 589.46 867.79 709.66 596.39 BCR - Alternatif-1 0.05 0.05 0.05 0.15 0.15 0.14 0.25 0.24 0.23 - Alternatif-2 1.13 0.92 0.73 1.19 0.99 0.81 1.26 1.05 0.88 - Alternatif-3 2.59 2.56 2.54 2.61 2.58 2.55 2.63 2.60 2.57 Biaya Naik 15 NPV - Alternatif-1 100 88 79 91 80 72 81 72 65 - Alternatif-2 2 22 36 12 14 29 21 7 22 - Alternatif-3 774 632 530 784 640 537 793 648 544 BCR - Alternatif-1 0.05 0.04 0.04 0.14 0.13 0.13 0.23 0.22 0.21 - Alternatif-2 1.01 0.83 0.66 1.07 0.89 0.73 1.13 0.95 0.79 - Alternatif-3 2.27 2.25 2.23 2.29 2.27 2.24 2.30 2.28 2.26 Biaya Turun 15 NPV - Alternatif-1 77 68 61 67 59 53 58 51 46 - Alternatif-2 41 8 11 51 16 4 60 24 3 - Alternatif-3 929 760 639 938 768 646 948 776 653 BCR - Alternatif-1 0.06 0.06 0.05 0.18 0.17 0.16 0.30 0.28 0.27 - Alternatif-2 1.33 1.08 0.86 1.40 1.16 0.95 1.48 1.24 1.03 - Alternatif-3 3.05 3.01 2.98 3.07 3.04 3.00 3.09 3.06 3.03 Sumber: Diolah dari Lampiran Analisis Finansial contoh pada Lampiran 23, 24 dan 25 Alternatif-1 : Tanpa Penebangan di Areal TPTII, dengan baseline TPTI pada HPH Pembanding di Kalimantan Barat Alternatif-2: Penebangan di Jalur Tanam TPTII Alternatif-3: Penebangan di Jalur Tanam dan Tebang Pilih di Jalur Tanam pada TPTII 132 6.3.4. Perbandingan Nilai Manfaat Ekonomi Karbon Pada Sistem TPTII dengan Tipologi Pengelolaan Hutan TPTI Hasil perhitungan nilai manfaat ekonomi dari ketiga model pengelolaan hutan atas dasar potensi karbon pendekatan riap bahwa nilai ekonomi karbon pada kondisi virgin forest lebih tinggi dibanding pada areal TPTII maupun TPTI. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh faktor potensi dan harga yang digunakan yaitu semakin tinggi potensi dan harga karbon maka nilai ekonominya akan semakin besar dengan asumsi biaya dan suku bunga tetap sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 29. Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa potensi karbon pada model pengelolaan TPTII memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dibanding dengan TPTI. Tabel 29. Potensi dan Nilai Karbon Menurut Model Pengelolaan Hutan pada Berbagai Tingkat Harga asumsi menggunakan pendekatan riap dan tanpa memperhitungkan suku bunga, umur daur 25 dan 50 Tahun Model Pengelolaan Potensi Karbon tonha Proyeksi Harga Karbon per ton US = Rp. 10.000 5 15 25 Hutan Virgin 242,41 12.121.000 36.363.000 60.605.000 TPTII tahun 25 170,68 8.533.952 25.601.855 42.669.758 TPTII tahun 50 306,78 15.338.958 46.016.874 76.694.791 TPTI tahun 50 33,52 1.675.874 5.027.622 8.379.370 Sumber: diolah dari data penelitian; Baseline Usaha-usaha nyata dari kegiatan TPTII dalam mengkoservasi karbon dapat diukur dari potensi ketersediaan karbon pada jalur tanam, jalur antara, kayu mati dan serasah yang mencapai 170,68 ton Cha untuk daur 25 tahun atau terdapat perbedaan sebesar 135,87 ton Cha 80,36 dan meningkat perbedaannya pada daur 50 tahun yaitu 306,78 ton Cha atau berbeda 273,26 ton Cha 89,07 jika dibandingkan dengan potensi ketersediaan karbon pada model pengelolaan TPTI 33,52 ton Cha. Dari hasil analisis ini menunjukkan bahwa TPTI 50 tahun dapat digunakan sebagai salah satu cara dalam menentukan baseline potensi karbon, sebagaimana yang telah digunakan dalam 133 penelitian ini. Oleh sebab itu, tanpa adanya usaha untuk melakukan penanaman maka akan mustahil dapat mengurangi emisi karbon dalam jangka panjang. Internalisasi manfaat sumberdaya hutan sebagai penyerap karbon dalam skema perdagangan seperti mekanisme REDD merupakan salah satu bentuk untuk mengendalikan kerusakan hutan dan perlindungan lingkungan secara global. Faktor utama yang cukup menentukan untuk berjalannya mekanisme ini adalah seberapa besar harga karbon yang berlaku dari konservasi karbon dalam pengelolaan hutan, selain pertimbangan baseline, sifat additive dan leakages. Potensi meningkatnya supplai karbon harus diantisipasi sejak awal di dalam membangun dan mengembangkan mekanisme REDD ke dalam skema perdagangan karbon. Salah satu pendekatan perlu dikaji yaitu penetapan standar harga karbon seharusnya tidak seutuhnya mengadopsi mekanisme sistem pasar murni. Artinya harga yang terbentuk dipasar tidak boleh hanya didasarkan pada prinsip jumlah permintaan dan penawaran karbon, tetapi harus dilihat bahwa fungsi dari karbon yang diperjualbelikan adalah sebagai bentuk pembayaran jasa lingkungan dalam rangka untuk mengurangi terjadinya perubahan iklim, yang akan memberikan manfaat bagi pembeli karbon maupun penjual karbon serta kepentingan seluruh umat manusia dalam jangka panjang. Peluang meningkatnya harga karbon diulas dari beberapa hasil penelitian dengan mengacu kepada analisis pasar karbon yang memperkirakan harga karbon dapat mencapai 20, 40 atau paling banyak 80 per tonC dan peningkatan harga ini memberikan peluang bagi aktivitas yang bertujuan untuk menurunkan emisi karbon mampu bersaiang dengan alternatif penggunaan lahan yang memiliki rotasi Niesten, et.al, 2002. 134

6.4. KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Language Disorder In Schizophrenia Patient: A Case Study Of Five Schizophrenia Paranoid Patients In Simeulue District Hospital

1 32 102

Integration of GIS Model and Forest Management Simulation to Minimize Loss Risk By Illegal Cutting (A Case Study of The Teak Forest in District Forest of Cepu, Central Java)

0 16 120

Growth of plantation and residual trees on the intensified indonesian selective cutting and planting. Case study in PT Gunung Meranti Forest Concession Area, Central Kalimantan Province

0 60 209

The potency of Intensive Sylviculture System (TPTII) to support reduced emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) (a case study in concession of PT.Sari Bumi Kusuma in Central Kalimantan)

0 22 597

Growth of plantation and residual trees on the intensified indonesian selective cutting and planting. Case study in PT Gunung Meranti Forest Concession Area, Central Kalimantan Province

0 21 394

Deforestation And Forest Degradation In Lombok Island, Indonesia: Causes And Consequences

0 2 95

IMPLEMENTASI PERATURAN HUKUM TENTANG REDUCNG EMISSIONS FROM DEFORESTATION AND FOREST DEGRADATION (REDD) DI INDONESIA

0 3 87

REDD+ and the Agricultural Drives of Deforestation Keyfindings from Three Studies in Brazil, Ghana and Indonesia

0 0 27

Methodology Design Document for Reducing Emissions from Deforestation and Degradation of Undrained Peat Swamp Forests in Central Kalimantan, Indonesia

0 0 286

Reducing Emission from Deforestation and Degradation Plus (REDD+)

0 0 42