Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

134

6.4. KESIMPULAN DAN SARAN

6.4.1. Kesimpulan

1 Dengan menggunakan TPTI BAU sebagai baseline dan potensi serapan karbon yang akan dibayar oleh buyers hanya 50 diketahui bahwa laju penyerapan karbon perhektar di areal TPTII relatif lebih tinggi, baik pada alternatif tanpa penebangan maupun alternatif penebangan yaitu 110,57 ton Cha sampai 136,63 ton Cha dengan nilai ekonomi karbon Rp. 5,53 jutaha sampai Rp. 6,83 jutaha pada harga karbon US 5 per ton C. 2 Pengelolaan sistem TPTII selama 50 tahun menunjukkan bahwa tanpa penebangan kayu atau hanya memperhitungkan nilai ekonomi karbon maka keuntungan yang dihasilkan sangat rendah negatif, berbanding terbalik dengan keuntungan yang diperoleh apabila terdapat alternatif penebangan kayu secara selektif pada jalur tanam dan jalur antara yang dapat memberikan keuntungan lebih tinggi positif pada tingkat harga US 5 sampai 25 per ton C. 3 Berdasarkan nilai NPV dan BCR kelayakan finansial penyerapan karbon pada alternatif-1 tanpa penebangan di areal TPTII diketahui tidak layak baik pada tingkat harga US 5 – 25 per tonC, biaya turun 15, dan suku bunga 10 - 14. Penebangan pada jalur tanam alternatif-2 layak sampai suku bunga 10-12, sedang penebangan selektif di jalur tanam dan jalur antara alternatif-3 diketahui masih layak sampai tingkat suku bunga 14. 4 Rendahnya tingkat kelayakan pada alternatif tanpa penebangan manfaat karbon saja dibandingkan dengan alternatif penebangan kayu selektif manfaat kayu dan karbon dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: a struktur pembiayaan yang relatif besar dalam mengelola TPTII, dan b elastisitas harga karbon lebih rendah dibanding elastisitas harga kayu persatuan. . 5 Perbedaan fungsi dan pola pengelolaan kawasan hutan antara TPTII, TPTI dan hutan primer akan menghasilkan nilai ekonomi manfaat karbon yang berbeda pula, dipengaruhi oleh tingkat penyerapan karbon, kerapatan tanaman, lama daur tebangan serta faktor harga yang 135 digunakan dalam analisis. Olehnya itu, penerapan sistem TPTII dengan memperpanjang daur umur tebangan merupakan salah satu pilihan untuk meningkatkan nilai ekonomi dari penyerapan karbon dalam jangka panjang.

6.4.2. Saran

Dokumen yang terkait

Language Disorder In Schizophrenia Patient: A Case Study Of Five Schizophrenia Paranoid Patients In Simeulue District Hospital

1 32 102

Integration of GIS Model and Forest Management Simulation to Minimize Loss Risk By Illegal Cutting (A Case Study of The Teak Forest in District Forest of Cepu, Central Java)

0 16 120

Growth of plantation and residual trees on the intensified indonesian selective cutting and planting. Case study in PT Gunung Meranti Forest Concession Area, Central Kalimantan Province

0 60 209

The potency of Intensive Sylviculture System (TPTII) to support reduced emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) (a case study in concession of PT.Sari Bumi Kusuma in Central Kalimantan)

0 22 597

Growth of plantation and residual trees on the intensified indonesian selective cutting and planting. Case study in PT Gunung Meranti Forest Concession Area, Central Kalimantan Province

0 21 394

Deforestation And Forest Degradation In Lombok Island, Indonesia: Causes And Consequences

0 2 95

IMPLEMENTASI PERATURAN HUKUM TENTANG REDUCNG EMISSIONS FROM DEFORESTATION AND FOREST DEGRADATION (REDD) DI INDONESIA

0 3 87

REDD+ and the Agricultural Drives of Deforestation Keyfindings from Three Studies in Brazil, Ghana and Indonesia

0 0 27

Methodology Design Document for Reducing Emissions from Deforestation and Degradation of Undrained Peat Swamp Forests in Central Kalimantan, Indonesia

0 0 286

Reducing Emission from Deforestation and Degradation Plus (REDD+)

0 0 42