103
6.2.4.1. Nilai Manfaat Ekonomi Karbon di Areal TPTII Alternatif Tanpa Penebangan
a. Penerimaan Manfaat Ekonomi Karbon
Pendugaan nilai manfaat ekonomi potensi karbon pada sistem TPTII yaitu atas dasar potensi karbon yang terserap pada tegakan meranti tanpa
dilakukan penebangan zero cutting selama daur 50 tahun alternatif-1. Penilaian tingkat penyerapan karbon dari sisi ekonomi dilakukan dengan
menghitung selisih potensi penyerapan karbon pada areal TPTII dengan areal TPTI PT. SJM di Kalimantan baseline. Asumsi-asumsi yang digunakan
dalam penilaian perhitungan manfaat ekonomi karbon pada areal TPTII dengan
baseline TPTI pada perusahaan lain dapat dilihat pada Lampiran 20.
Tahapan pendekatan perhitungan nilai manfaat karbon tanpa penebangan kayu yang dikelola dengan sistem TPTII di PT. Sari Bumi
Kusuma menggunakan baseline potensi penyerapan karbon di areal TPTI adalah sebagai berikut:
1 Menghitung jumlah penyerapan karbon pada tegakan meranti di areal
yang dikelola dengan sistem TPTII dan sistem TPTI, 2
Perhitungan penyerapan karbon tanaman pada sistem TPTII yaitu tegakan meranti pada jalur tanam dan jalur antara meliputi akar, batang,
cabang dan daun, b serasah atau bahan yang terdapat dipermukaan tanah, dan c kayu mati.
3 Perhitungan penyerapan karbon tanaman pada sistem TPTI yaitu
tegakan tanaman akar, batang, cabang dan daun, b serasah atau bahan yang terdapat dipermukaan tanah, dan c kayu mati.
4 Menghitung selisih potensi penyerapan karbon di TPTII dengan areal
TPTI baseline 5
Selisih potensi penyerapan karbon TPTII dengan baseline kemudian dikali dengan 50, dengan asumsi bahwa dalam skema perdagangan
karbon hanya 50 yang bersedia dibayarkan oleh buyers.
104
6 Menentukan harga karbon per ton, dengan menggunakan asumsi pada
harga proyek karbon yaitu 5, 15 dan 25 USDton C 1 USD= Rp. 10.000 dengan dasar skenario sensitivitas harga menggunakan analisis kelayakan
BCR ≥ 1 dan NPV ≥ 0. Sementara menurut Pirard 2005, penentuan
harga karbon 15, 18 dan 21 USDtonC dianggap wajar untuk karbon berbasis hutan yang diambil dari harga proyek karbon energi, namun
kemudian dikonversi oleh suku bunga yang berlaku di negara maju rata- rata 6 per tahun. Meskipun awalnya harga karbon dalam sistem
perdagangan karbon antara US 1 sampai 2,50 dan terus meningkat penerapan skenario harga karbon sampai US 10 sampai 30 Niles, et.al,
2002. 7
Menghitung nilai manfaat karbon rata-rata perhektar pertahuan dari REDD yaitu 50 dari selisih kandungan karbon antara areal TPTII
dibagi 50 tahun tanpa penebangan atau 25 tahun dengan penebangan. Potensi tersebut selajutnya dikali harga karbon per ton. Formula
perhitungan nilai ekonomi manfaat potensi penyerapan karbon adalah sebagai berikut:
TJC = JCTM + JCN + JCT – JCTML+JCNL+JCTL ……. 1 NPC = TJC2 x HC x LAM
…………… 2
dimana, TJC
= Total penurunan emisi karbon pada tanaman meranti di TPTII dengan baseline TPTI ton C
JCTM = jumlah karbon pada tegakan meranti sistem TPTII di jalur
tanam dan jalur antara akar, batang, cabang, dan daun ton C
JCN = jumlah karbon pada serasah dipermukaan tanah dari
tegakan meranti pada sistem TPTII ton C JCT
= jumlah karbon yang terdapat pada kayu mati pada sistem TPTII ton C
JCTML= Jumlah karbon pada tegakan tanaman pada sistem TPTI akar, batang, cabang, dan daun ton C
JCNL = Jumlah karbon pada serasah di permukaan tanah pada sistem TPTI ton C
105
JCTL = Jumlah karbon yang terdapat pada kayu dari sistem TPTI ton C
NPC =
Nilai manfaat penyerapan karbon dari pembangunan tanaman meranti TPTII Rp
HC = harga karbon dalam skema perdagangan karbon dengan
skema REDD diasumsikan sebesar 5, 15 dan 25 USDton C. 1USD= Rp. 10.000 dengan dasar skenario sensitivitas
harga dapat mencapai BCR ≥ 1 dan NPV ≥ 0.
LAM = luas areal pembangunan tanaman meranti – TPTII ha
b. Biaya Produksi